AboeyyAvatar border
TS
Aboeyy
MAMA, MAAFKAN KAMI YANG TAK BISA MEMENUHI KEINGINANMU


Mama! Maafkan jika apa yang Ananda ceritakan ini termasuk suatu kedurhakaan. Tiada maksud lain bagi Ananda selain agar kisah ini menjadi ‘ibrah, dan kiranya Tuhan menjadikan ini sebagai amal jariyah bagi Mama yang kini telah damai di alam keabadian.
*****
Masih jelas di benak Ananda, ketika kita pulang dari Rumah Sakit Ulin Banjarmasin, sekitar satu minggu sebelum Mama dipanggil ke haribaan Tuhan. Mobil taksi yang dicarter melaju kencang menuju Kota Amuntai. Mata Mama terpejam, dan tampaknya tertidur pulas. Mungkin itu pengaruh obat penenang yang diberikan dokter pagi tadi, atau karena Mama memang begitu lelah. Yah, sejak 3 hari sebelumnya, Mama tak pernah bisa tidur. Setiap saat Mama hanya merintih sakit akibat penyakit yang Mama derita.

Ketika memasuki perbatasan Kota Kandangan, mobil merambat pelan karena banyaknya kendaraan yang berhenti di pinggir jalan. Kota Kandangan memang terkenal dengan warung kuliner yang berjejer di sepanjang jalan.

Tiba-tiba dengan suara pelan, namun jelas kami dengar, Mama berkata: “Berhenti, aku mau makan Katupat!” Memang, di antara menu makanan yang dijual, aroma Ketupat yang paling menyentuh hidung dan menggugah selera. Dan ketupat telah menjadi ikon kuliner Kota Kandangan, selain dodol.

Ketupat, ikon Kota Kandangan, Hulu Sungai Selatan, Kalsel

Ananda dan saudara-saudara yang lain saling berpandangan, berbicara dari mata ke mata. Kami tak mampu bersuara. Kami tak ingin menyakiti hati Mama, jika kami mengatakan: “Jangan, Ma! Nanti pengunjung lain akan kehilangan selera makan.”

Ah, andaikan kami bukan anak-anak yang lahir dari rahim Mama, tentu kami juga akan merasa jijik dengan bau yang keluar dari penyakit yang Mama derita. Bahkan dokter yang memeriksa Mama juga harus menutup mulut dan hidungnya.
***
“Katupatnya kita bungkus aja, Ma! Nanti Mama bisa kami suapi sambil jalan,” sahutku penuh takzim.
“Ngga, aku mau makan di sini saja,” Mama masih bersikeras dengan keinginannya. Sementara mobil sudah hampir melewati Rumah Makan itu.

“Inggih, Ma! Kita makan di sini. Tunggu saya belikan dulu ketupatnya.”

“Ngga, aku ingin makan di situ nah!” Mama menunjuk sebuah warung.

“Warungnya penuh, Ma! Mama ngga bisa duduk di sana. Lebih baik dibungkus, lalu kita makan di sini!” aku terus berusaha membujuk Mama.

“Pokoknya harus di situ!” Mama tetap bersikukuh dengan kemauannya.

Lagi-lagi kami saling pandang. Kami rasanya tak tega lagi menolak keinginan Mama. Sudah banyak penderitaan yang dialaminya, terutama semenjak mengidap penyakit tumor rahim sekitar 9 tahun yang lalu.

Mungkin karena terlalu lama berbaring, akhirnya beberapa borok tumbuh di punggung dan pantatnya, di samping saluran pembuangannya yang sudah tak bisa dikendalikan. Itulah yang menjadi sumber bau busuk dan amis yang cukup menyengat, sehingga kami berusaha agar Mama tidak makan di warung itu.

Bagaimana reaksi pengunjung yang sedang makan jika Mama duduk di sana. Teringat pula olehku, bagaimana di waktu kami kecil. Mama selalu dapat memenuhi keinginan kami, walau ia tak punya. Entah apa dan bagaimana caranya. Lalu, sekarang Mama cuma ingin makan Ketupat. Uangnya ada, barang yang diinginkan juga ada, haruskah kami tak mau memenuhi keinginannya?

Lagi pula, akan menjadi penyesalan seumur hidup bagi kami, andai itu adalah permintaan dan keinginan Mama yang terakhir, namun kami tak bisa mengabulkannya.

“Berhenti, Pir!” kakakku meminta sopir untuk menepi. Mama tampak begitu senang.

Pengunjung di Rumah Makan itu semakin ramai. Mungkin karena saat itu jamnya makan siang. Parkiran mobil semakin penuh, sehingga taksi yang kami tumpangi cukup lama untuk mencari tempat yang lapang dan aman untuk parkir.

Kakakku menyiapkan kursi roda di depan pintu mobil. Lalu kami memapah Mama untuk duduk di kursi itu. Baru saja Mama duduk, tiba-tiba Mama tampak seperti tertidur. Berulang kali kami memanggil dan menggoyang-goyang pelan tubuh Mama, namun Mama tetap tak bereaksi.

Karena panik, kami kembali membopong Mama ke dalam mobil, lalu membawa Mama ke Rumah Sakit terdekat. Kami berharap Mama akan sadar, sehingga kami bisa menyuapi Mama dengan ketupat yang sangat Mama inginkan itu. Namun sampai ketupat itu basi, Mama tak pernah siuman. Mungkin Tuhan telah menyediakan makanan yang lebih lezat buat Mama. (*)
TAMAT
Sumber foto-foto dari Google.

Quote:
Diubah oleh Aboeyy 09-06-2018 21:16
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
5.7K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.