Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

madjidmsAvatar border
TS
madjidms
Membaca: Sekadar Hobi atau Sebuah Kewajiban?


Dari kecil, kita sudah diajarkan membaca. Dimulai dari mengeja, kemudian menyatukan huruf-huruf konsonan dan huruf vokal, hingga akhirnya bisa membaca satu kalimat dan memahami sebuah bacaan secara utuh.

Di Indonesia kita tercinta ini, membaca adalah salah satu kompetensi wajib yang harus dipenuhi oleh pelajar dalam rangkaian wajib belajar 9 tahun. Jadi, kegiatan membaca sudah diajarkan untuk anak-anak Indonesia sejak kecil.

Dengan fakta ini, harusnya membaca adalah suatu kegiatan yang wajib dilakukan. Tapi pada kenyataannya membaca masih dianggap sebagai sebuah hobi alih-alih sebuah kegiatan wajib.

Gue sendiri, mungkin kalau bukan seorang pelajar, gue nggak akan terlalu sering membaca. Membaca yang gue maksud di sini adalah membaca bacaan-bacaan berbobot, seperti novel klasik, modul, jurnal ilmiah, dan bacaan penunjang pendidikan lain.

Jujur, gue sudah kehilangan hobi membaca sejak gue punya smartphone. Makanya kalau ada yang bilang smartphone lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya, gue amini pernyataan itu. Karena hal itu nyata terjadi pada diri gue.

Dulu sekali, saat gue masih megang handphone sejenis Nokia 1661, gue masih sangat senang meluangkan waktu untuk membaca novel-novel tebal sebut saja Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Padahal waktu itu umur gue masih 13 tahun. Tapi gue sudah terbiasa membabat habis novel dengan tebal halaman mencapai 300an lebih dalam sehari semalam. Gila, ngegas amat gue.

Dan lagi-lagi gue dibuat malu setiap kali mengingat masa lalu. Nggak tahu apa memang gue yang semakin malas, tapi membaca sudah bukan menjadi prioritas utama gue.

Sekarang ini, seiring dengan preferensi gue yang sudah beralih dari buku ke gadget, yang gue baca nggak pernah lebih baik dari sekadar chat maupun postingan di media sosial. Parahnya adalah gue juga selalu menghindari jenis-jenis teks panjang. Kalaupun gue diharuskan membaca sebuah artikel, gue akan menerapkan teknik skimming atau scanning.

Orang-orang malas cenderung mencari cara termudah dan tercepat untuk melakukan sesuatu, betul?

Dengan getir gue jawab, betul.

Bukan hanya preferensi gue yang beralih, fisik gue pun rasanya sudah tidak bisa lagi diajak untuk membaca dalam waktu lama. Beberapa saat lalu, saat salah satu mata kuliah mengharuskan gue untuk membaca sebuah novel klasik, baru gue mulai baca dua halaman, rasa kantuk sudah menyerang dengan membabi buta. Payah memang.

Dan dengan tidak tahu dirinya, gue masih mengesampingkan membaca dan lebih memilih scrolling twitter. Hahahahha!

Tapi, jangan salah. Justru dari twitter inilah gue akhirnya menjemput hidayah. lol. Suka gitu emang.

Jadi gini ceritanya. Hari itu, tepatnya tanggal 19 Januari 2019, gue lagi asyik-asyiknya scrolling twitter. Gue baru dapet banyak followers baru berkat menerapkan sistem mutualan yang selalu gue hindari selama gue punya akun twitter sejak 2014 lalu. Nah, salah satu mutual gue me-retweet sebuah tweet dari @rockygerung. Begini bunyinya.



Setelah baca tweet itu, sebuah pertanyaan sekelebat melintas di pikiran gue. Ah, masa iya sih Indonesia masuk peringkat negara literasi terendah di dunia? Memangnya sudah separah itu ya? Gue pun akhirnya mencari informasi lebih lanjut tentang hal tersebut.

Seperti biasa, gue mulai berselancar di Google. Millenial ya gini, semua dicari dari Google. Singkat cerita gue menemukan artikel dari Republika.co.id, judul artikelnya adalah Indonesia Dilanda Kedangkalan Literasi. Dari artikel itu gue menemukan sebuah fakta bahwa berdasarkan data Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia berada di peringkat 64 dari 72 negara yang rutin membaca.

Gue pun shock dong. Peringkat 64 dari 72 itu rendah banget. Apalagi mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak, 1 persen bisa berarti ratusan, bahkan bisa jadi ribuan orang.



Gue langsung kepikiran kebiasaan harian gue selama ini dengan membaca yang hanya mendapat sedikit prioritas dibandingkan aktifitas lainnnya, padahal poisisi gue di sini adalah seorang pelajar, artinya ada ratusan orang di luar sana yang sama bahkan lebih parah dari gue.

Gue takutnya lebih banyak orang yang lebih parah dari gue dibanding orang-orang yang lebih baik. Logikanya gini. Gue aja yang seorang pelajar, tingkat udah S1, spesifkasi sastra, males baca, gimana yang lain yang notabene bukan pelajar?

Dan menurut pengamatan gue, anak-anak sekolah sekarang juga sudah jarang yang menekuni membaca sebagai hobi. Anak-anak sekarang lebih suka main gadget. Gue nggak ngarang ya. Ini pengamatan yang gue lakukan terhadap keluarga gue sendiri dan tentu gue juga termasuk sebagai salah satu sampel buruknya.

Sekarang pertanyaannya, kenapa sih kok tingkat literasi di Indonesia bisa serendah itu?

Mari kita kulik sama-sama.

Di sini gue cuma mau sorotin satu hal, kegiatan membaca di Indonesia, hanya dilestarikan secara kontinu di lingkungan pendidikan. Di luar forum pendidikan, kegiatan membaca hanyalah kegiatan sampingan yang bahkan seringkali dilupakan.

Sudah bukan rahasia lagi kalau mayoritas masyarakat Indonesia banyak yang tidak bisa membaca (lengkapnya baca-tulis-hitung atau calistung) karena mereka tidak mengenyam pendidikan. Padahal, menurut catatan Kementrian Pendidikan, jumlah anak-anak putus sekolah saja sudah lebih dari 4,2 juta jiwa. Artinya, secara kasar bisa disimpulkan kalau 4,2 juta anak-anak di Indonesia masih belum melestarikan budaya membaca. Ini baru jumlah anak-anak, belum lagi orang dewasa dan lansia.

Dan budaya membaca di lingkungan sekolah sendiri apakah sudah maksimal?

Sayangnya, menurut pengamatan gue, belum.

Membaca masih dilihat sebagai sebuah hobi. Gue tentunya pernah dong jadi anak sekolah. Dan di lingkungan pertemanan gue dulu, hanya anak-anak yang langganan jadi juara kelas yang punya kebiasaan rutin membaca. Bagi anak-anak lain, membaca masih dianggap sebagai sebuah kegiatan yang membosankan.

Sangat ironis tentunya. Mengingat membaca adalah salah satu kegiatan yang sangat krusial dalam proses pembentukan pola pikir yang matang dengan pertimbangan wawasan yang luas.

Ada banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan dari membaca, tapi kenapa kita masih enggan dan pura-pura lupa? (ngomong depan kaca)

Harusnya membaca tidak hanya dilihat sebagai sebuah hobi. Menurut gue membaca itu wajib bagi semua orang, dan nggak terkecuali gue. Kalaupun kita belum suka, setidaknya cobalah buat suka. Zaman sekarang ini toh mendapatkan bacaan yang berkualitas nggak sesusah dulu.

Sekarang sudah tahun 2019. Gue berusaha untuk memaparkan fakta ini biar kita sama-sama paham dan sadar kalau budaya membaca jangan sampai hilang.

Mari membaca, mari tingkatkan literasi Indonesia^^

••My••
Diubah oleh madjidms 02-02-2019 11:56
3
3.4K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Hobby & Community
Hobby & CommunityKASKUS Official
10.4KThread6.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.