- Beranda
- The Lounge
RUU PERMUSIKAN; UNDANG-UNDANG DAGELAN DI NEGARA BERKEMBANG!
...
TS
infoanaksultan
RUU PERMUSIKAN; UNDANG-UNDANG DAGELAN DI NEGARA BERKEMBANG!
Hai rich people di mana pun berada. Semoga kalian senantiasa diberikan kesehatan, keberkahan, keselamatan dan kesejahteraan dari Tuhan YME. Sebab hanya orang yang sehat, sejahtera dan punya keterlimpahan berkah dan selamat yang cukuplah yang mampu berpikir sehat.
Pada kesempatan ini ane mau ngebahas hal yang sedang hype di sosial media. Hal yang mungkin (menurut ane) agak nyeleneh. Hal yang sepatutnya tidak diurusi oleh penyalur lidah rakyat; yakni DPR dan para kronconya.
Ya, hal itu adalah seputar RUU Permusikan; sebuah rancangan undang-undang dagelan yang cuma ada di negara berkembang seperti Endonesah tercintah ini. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai hal tersebut, pertama-tama ane mau negasin dulu bahwa di sini ane hanya mengungkapkan pendapat pribadi, secara, negara ini adalah negara demokratis kan? Kedua, ane nggak berafiliasi dengan siapa pun, jadi tidak ada kepentingan lain selain berpendapat. Ketiga, di sini ane hanya seorang penikmat musik bawah tanah, yang dalam hal ini adalah warga penikmat musik biasa.
Ok, tanpa berpanjang lebar, berikut pendapat ane seputar RUU Permusikan.
Demikian yang bisa ane sampaikan. Di sini ane cuma mau ngasih tahu betapa 'terlalu' hebatnya negara kita sampai kepikiran untuk membuat RUU ini. Mungkin karena ada beberapa pihak yang terganggu, secara ada beberapa musisi bawah tanah yang secara kontras merong-rong pihak-pihak tersebut, dan memberi citra sebenarnya terhadap apa yang terjadi di masyarakat.
dan
Pada kesempatan ini ane mau ngebahas hal yang sedang hype di sosial media. Hal yang mungkin (menurut ane) agak nyeleneh. Hal yang sepatutnya tidak diurusi oleh penyalur lidah rakyat; yakni DPR dan para kronconya.
Ya, hal itu adalah seputar RUU Permusikan; sebuah rancangan undang-undang dagelan yang cuma ada di negara berkembang seperti Endonesah tercintah ini. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai hal tersebut, pertama-tama ane mau negasin dulu bahwa di sini ane hanya mengungkapkan pendapat pribadi, secara, negara ini adalah negara demokratis kan? Kedua, ane nggak berafiliasi dengan siapa pun, jadi tidak ada kepentingan lain selain berpendapat. Ketiga, di sini ane hanya seorang penikmat musik bawah tanah, yang dalam hal ini adalah warga penikmat musik biasa.
Ok, tanpa berpanjang lebar, berikut pendapat ane seputar RUU Permusikan.
Quote:
DIAKUI JADI PROFESI SETELAH IKUT UJI KOMPETENSI (PERLU GITU? EMANG LADY GAGA JUGA IKUT UJI KOMPETENSI DI NEGARANYA?)
Lucu aja sih. Kok kepikiran gitu musisi harus mengikuti uji kompetensi. Pertanyaanya; kalau ada yang mengadakan uji kompetensi, siapa yang menilai nanti? Apa yang menjadi penilaian? Apa hasil dari penilaian itu? Sertifikasi? Seberapa penting sertifikasi untuk musisi? Kan musik itu adalah seni. Seni itu kan berdasar pada interpretasi masing-masing orang. Nggak perlulah ada sertifikasi segala. Buat apa? Toh ujungnya musik hanya untuk dinikmati. Bukan dijadikan rujukan kehidupan.
Quote:
Lucu aja sih. Kok kepikiran gitu musisi harus mengikuti uji kompetensi. Pertanyaanya; kalau ada yang mengadakan uji kompetensi, siapa yang menilai nanti? Apa yang menjadi penilaian? Apa hasil dari penilaian itu? Sertifikasi? Seberapa penting sertifikasi untuk musisi? Kan musik itu adalah seni. Seni itu kan berdasar pada interpretasi masing-masing orang. Nggak perlulah ada sertifikasi segala. Buat apa? Toh ujungnya musik hanya untuk dinikmati. Bukan dijadikan rujukan kehidupan.
Quote:
PEMERINTAH AKAN MENETAPKAN HONORIUM MINIMUM BAGI MUSISI TERSERTIFIKASI (NGAPAIN?)
Ada yang bisa jelaskan kenapa pemerintah tercintah kita sampai kepikiran kaya gini? OK, pak, kalau memang ingin menyejahterakan para musisi, nggak perlulah pakai standar minimum honorium segala, cukup selesaikan saja masalah copyright lagi di negara tercintah kita ini. Kenapa? Karena lebih baik begitu. Urusan honor tampil itu urusan musisi dan pihak penyelenggara. Yang patut dihargai dari musisi itu karyanya, bukan pengetahuan dan kemampuannya (karena tidak semua kemampuan akan dikeluarkan saat ada di atas panggung), bedakan dengan dokter, apoteker, guru atau dosen. Daripada melakukan sertifikasi dagelan kaya gitu, lebih baik tegakan saja masalah pemberantasan perkara copyright lagu. Secara, masa iya capek-capek bikin lagu, bikin karya, eh yang bawain orang lain, yang terkenal orang yang lain, sedang yang ciptain lagu malah miskin mikirin karya lainnya.
Quote:
Ada yang bisa jelaskan kenapa pemerintah tercintah kita sampai kepikiran kaya gini? OK, pak, kalau memang ingin menyejahterakan para musisi, nggak perlulah pakai standar minimum honorium segala, cukup selesaikan saja masalah copyright lagi di negara tercintah kita ini. Kenapa? Karena lebih baik begitu. Urusan honor tampil itu urusan musisi dan pihak penyelenggara. Yang patut dihargai dari musisi itu karyanya, bukan pengetahuan dan kemampuannya (karena tidak semua kemampuan akan dikeluarkan saat ada di atas panggung), bedakan dengan dokter, apoteker, guru atau dosen. Daripada melakukan sertifikasi dagelan kaya gitu, lebih baik tegakan saja masalah pemberantasan perkara copyright lagu. Secara, masa iya capek-capek bikin lagu, bikin karya, eh yang bawain orang lain, yang terkenal orang yang lain, sedang yang ciptain lagu malah miskin mikirin karya lainnya.
Quote:
TERDAPAT BANYAK PASAL KARET YANG BISA MENJERUMUSKAN MUSISI KE BUI
Sama dengan UU ITE, dalam RUU Permusikan juga terdapat beberapa pasal karet, salah satu tentang larangan mendorong khalayak umum melakukan tindakan melawan hukum hingga larangan melakukan provokasi yang berujung pada perselisihan antar-kelompok.
Ok, yang ane sayang di sini adalah tidak jelasnya tindakan melawan hukum yang seperti apa yang dilarang. Di sana hanya tertuang larang itu, tanpa detail lengkap. Tentu ini amat multi tafsir. Dalam perundang-undangan kita ada yang namanya pasal perbuatan tidak menyenangkan. Jadi, apakah bila seorang musisi membuat lagu yang tidak menyenangkan salah satu pihak padahal itu adalah sebuah kritik bagi pihak tersebut lalu si musisi akhirnya di BUI karena dianggap melakukan tidak menyenangkan? Hah, berbahagialah kalian yang masih bisa menikmati musik sebagai sebuah hiburan dan cerminan masyarakat sosial.
Quote:
Sama dengan UU ITE, dalam RUU Permusikan juga terdapat beberapa pasal karet, salah satu tentang larangan mendorong khalayak umum melakukan tindakan melawan hukum hingga larangan melakukan provokasi yang berujung pada perselisihan antar-kelompok.
Ok, yang ane sayang di sini adalah tidak jelasnya tindakan melawan hukum yang seperti apa yang dilarang. Di sana hanya tertuang larang itu, tanpa detail lengkap. Tentu ini amat multi tafsir. Dalam perundang-undangan kita ada yang namanya pasal perbuatan tidak menyenangkan. Jadi, apakah bila seorang musisi membuat lagu yang tidak menyenangkan salah satu pihak padahal itu adalah sebuah kritik bagi pihak tersebut lalu si musisi akhirnya di BUI karena dianggap melakukan tidak menyenangkan? Hah, berbahagialah kalian yang masih bisa menikmati musik sebagai sebuah hiburan dan cerminan masyarakat sosial.
Demikian yang bisa ane sampaikan. Di sini ane cuma mau ngasih tahu betapa 'terlalu' hebatnya negara kita sampai kepikiran untuk membuat RUU ini. Mungkin karena ada beberapa pihak yang terganggu, secara ada beberapa musisi bawah tanah yang secara kontras merong-rong pihak-pihak tersebut, dan memberi citra sebenarnya terhadap apa yang terjadi di masyarakat.
PERINGATAN; INI HANYA SEBUAH OPINI
JIKA ARTIKEL INI MEMBERI DAMPAK BAIK ANE RELA DITIMPUK PAKE
danARTIKEL ANE BUAT DENGAN PIKIRAN INI SEDANG GAMBAR DARI SI MBAH GOOGLE
Quote:
0
1.2K
13
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
922.7KThread•82.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru