Yang Terindah;
Ialah diksi dengan dua makna yang berbeda.
Satu, yakni makna untuk menggambarkanmu,
Dua, yakni makna yang sukar untuk kau percaya.

Aku tidak ingin letakkan ambiguitas itu di dalam prosa.
Karena hanya ada satu makna di dalam maksudku.

Yakni makna,
Untuk menggambarkan tentangmu.

Terlalu lama aku di dalam lingkaran;
Dipenjara waktu.
Dibelenggu jejak; yang enggan maju.
Hingga ketika, aku melihatmu.
Mengenalmu.
Diijinkan 'tuk mencintaimu.
Tanpa diijinkan memiliki jalan hidupmu.

Kehadiranmu,
Adalah titik sesudah koma.
Adalah titik sesudah titik-titik.
Adalah titik

Ketiadaanmu,
Membuatku terkubur.
Entah hidup; entah mati.
Entah ada; entah ditelan semesta.
Entah.

Kapanpun aku ingin bersama denganmu
Aku cukup menutup mataku dan bermimpi kau dekat
Aku melihatmu, aku menyentuhmu, aku merasakanmu, seperti nyata

Kuingin, bersama. Walau nanti,
Walau nanti ubanmu yang akan tumbuh lebih dulu.
Kuingin, bersama. Walau nanti,
Walau nanti restunya hadir disaat-saat akhir kitamemiliki hayat.

Kuingin, masih ada kita. Yang terus berupaya, yang terus meyakini satu kata : Percaya.
Kuingin, masih ada kita. Yang tak berhenti di pemberhentian, yang terus meyakini satu tujuan : Pelaminan.

Mari kita membangun jembatan
Dari sisiku menuju sisimu
Ku akan menjadi orang yang ‘kan menyeberanginya
Agar tak terbesit dalam pikirmu bahwa kita berada di ujung jalan

Dan aku tahu kau ‘kan ada disana untukku
Aku ‘kan bertaruh untuk kita, bahwa perasaan ini mengarah ke jalan yang sama

Seberapa jauh aku harus terpisah darimu?
Aku tidak tahu, yang kutahu kitaitu Satu...

Aku ingin tetap mengenangmu.
Sebagai titik

Akhir.

Aku ingin tetap meminangmu.
Sebagai tujuan

Akhir.

Aku ingin ini,
tidak berakhir.