Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

hantupuskomAvatar border
TS
hantupuskom
Sesepuh Masjid Jogokariyan Kaget Massa Bisa Masuki Zona Terlarang
TEMPO.CO, Jakarta - Sesepuh masjid Jogokariyan Yogyakarta Muhammad Jazir ASP mengaku kaget dengan peristiwa kericuhan yang terjadi antara massa yang menggunakan atribut PDI Perjuangan dengan kelompok pemuda Jogokariyan di depan Masjid Jogokariyan Yogya Minggu 27 Januari 2019.

“Padahal sejak pemilu tahun 1999, sudah ada kesepakatan dari Kapolda DIY saat itu, bahwa massa PDIP di larang konvoi di area Jogokariyan, kok sekarang bisa masuk? ” kat Jazir kepada Tempo Senin 28 Januari 2019.

Kericuhan tersebut bermula ketika massa yang mengenakan atribut PDIP melintas di depan masjid Jogokariyan dan merusak spanduk. Massa juga memainkan gas sepedah motor hingga menimbulkan kebisingan. Kemudian, pemuda Masjid Jogokariyan pun keluar dari masjid dan menghadang massa PDIP dan hingga terjadi ketegangan. 

Bentrok baru mereda setelah petugas Babinsa Koramil 09/MJ dan Babinkamtibmas Polsek Mantrijeron turun. Kemudian dilakukan mediasi dilakukan di Pendopo Kecamatan Mantrijeron yang dihadiri Camat Mantrijeron, Kapolsek Mantrijeron, Danramil 09/MJ, Bawaslu, Panwas Kecamatan Mantrijeron, Takmir Masjid Jogokaryan.

Jazir menuturkan, pada pemilu 1999 silam, kampung Jogokariyan di Kecamatan Mantrijeron dan sekitarnya sampai kampung Karangkajen di sisi selatan Yogya, memang menjadi basis kuat pendukung Partai Persatuan Pembangunan alias PPP. Di kampung-kampung ini juga banyak terlahir berbagai organisasi masyarakat yang berafiliasi politik dengan partai berlambang kabah tersebut.

Simpatisan PDIP dan PPP sendiri selama ini di Yogya tak pernah akur dan kerap terlibat ricuh, terlebih saat masa masa kampanye pemilu. Zona massa PDIP dan PPP pun dibagi berdasarkan warna dominan partai itu, yakni zona merah dan zona hijau. “Nah, ini kok mereka (massa konvoi PDIP) bisa masuk zona hijau, apa sudah ada perubahan kebijakan?”

Jazir menuturkan, sebelum kejadian ricuh Minggu 27 Januari 2019 itu warga Jogokariyan tenang-tenang saja menggelar acara pemilihan takmir yang diikuti pembagian sembako untuk dhuafa. Mereka meyakini massa konvoi PDIP yang sejak siang sudah berseliweran di jalanan untuk mengadiri acara Deklarasi Jogja Dukung Jokowi-Maruf di Stadion Mandala Krida tak bakal melintas Jogokariyan.

Terlebih saat acara pemilihan takmir masjid, ujar Jazir, hadir pula Kapolresta Yogya untuk ikut menggunakan hak suaranya. Kericuhan terjadi saat acara sudah memasuki sesi penutup yakni saat pembagian sembako.

“Biasanya juga kalau ada konvoi massa merah, polisi pasti akan menempatkan personil di ujung-ujung jalan masuk Jogokariyan, tapi kemarin katanya enggak ada yang berjaga,” ujarnya.

Jazir menuturkan pihaknya selaku pihak yang diserang tak akan melaporkan kejadian itu. Kejadian di depan masjid Jogokariyan telah diselesaikan dengan mediasi yang melibatkan musyawarah pimpinan kecamatan setempat dan polisi. “Tapi kalau diserang lagi, ya, kami lawan! Apalagi yang diserang masjid, karena ini bukan soal politik, tapi soal premanisme,“ ujar dia.

Sumur:
https://nasional.tempo.co/amp/1169714/sesepuh-masjid-jogokariyan-kaget-massa-bisa-masuki-zona-terlarang

udah mau pemilu malah cari perkara
emoticon-Traveller
2
4.2K
24
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.