Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

DistrikNasionalAvatar border
TS
DistrikNasional
Mini Investigasi Soal Tabloid Indonesia Barokah
Mini Investigasi Soal Tabloid Indonesia Barokah
 
Publik sempat heboh dengan beredarnya sebuah tabloid berjudul Indonesia Barokah. Polemik bermunculan kerena tabloid itu disinyalir berisi kampanye hitam dan masuk ke masjid-mesjid tanpa tau siapa pengirimnya.
 
Tabloid itu menyasar mencoba menyasar untuk menggerus elektabilitas salah satu paslon yakni kubu oposisi Prabowo-Sandi.  Kubu Prabowo-Sandi pun secara cepat bereaksi, dengan cara mengadukannya kepada dewan pers juga ke pihak kepolisian. Tabloid tersebut dinilai menebar desas-desus yang tidak benar, juga bermuatan hoaks yang menyerang kubu Prabowo-Sandi.
 
Ditengah polemik tabloid itu saya kaget sebab disebut nama Wakil Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'ruf, Ipang Wahid. Saya tau nama itu sebab nama Ipang Wahid adalah nama yang sangat disegani dalam dunia kreatif dan content digital, teman saya pun ada yang bekerja sebagai salah satu tim kreatif dalam naungan Ipang Wahid.
 
Mini Investigasi Soal Tabloid Indonesia Barokah

Dengan berpikir panjang saya mencoba mengkonfirmasi keterlibatan Ipang Wahid dalam Indonesia Barokah pada teman saya itu. Dengan sedikit dihinggapi rasa keraguan saya mencoba memberanikan diri menanyakan itu. Ya sadar betul mengorek informasi seperti itu akan serasa sebuah introgasi dan pertemanan kami menjadi taruhannya. Saya tidak ingin ketegangan politik merenggangkan pertemanan kami. Tapi demi sebuah kejernihan informasi saya mencoba memberanikan diri.
 
Saya memberanikan diri untuk membuka komunikasi dengan melemparkan sapaan sebagaimana biasa, “lagi dimana broo, ngopi sambil bagi-bagi cerita sabi gak nih?” ujar saya pada sebuah dalam sambungan suara. Ajakan saya pun ditanggapi “Weitss ada apa nih broo? Asyik juga nyeduh kopi maleman kayaknya. Konstelasi lagi perlu kafein nih biar lebih tenang”. Saya cukup senang pada saat itu mendapat sambutan yang positif, tapi mencium aroma kecurigaan dari teman saya seolah dia tau intensi ajakan saya untuk bercakakap soal dinamika politik hari-hari itu. Lalu kami janjian disebuah kedai kopi pinggir jalan yang cukup tenang di bilangan selatan Jakarta.
 
Waktu menunjukan pukul hampir jam setengah 11 kala itu, jumat malam yang disertai gerimis. Malam akan panjang pikir saya dan semoga obrolan nanti akan hangat sebagaimana kopi yang saya pesan. Tak lama setelah memesan kopi, teman saya pun datang. Sumringah kita kala itu, sebab ada beberapa kawan lain yang ikut dalam perbincangan.
 
Kopi pun tersaji, saya masih menunggu narasi apa yang akan muncul untuk memecah sunyi dalam percakapan kami. Kopi pun saya sruput dengan penuh keyakinan, lalu setelahnya saya melemparkan candaan, “barokah ini malem, gerimis-gerimis gini bisa nongkrong bareng sambil ngopi”. Lalu gelak tawa pun membuncah, yang secara langsung dijawab, oleh teman saya “iyanih mantep malem, kopinya beraroma investigasi”. Kami pun tertawa terpingkal-pingkal.
 
Mini Investigasi Soal Tabloid Indonesia Barokah

Saya langsung menanyakan hal yang sudah teman saya tau akan saya utarakan, “Jadi Indonesia Barokah gimana bro?” Teman saya pun menjawab dengan enteng, “alah biasa politik mah penuh dengan intrik dan gimmik”. Saya pun langsung menimpali, “nah siapa tuh yang lagi ngegimmik?”. Teman saya bak diplomat ulung langsung bersiasat, “kalo menurut lo siapa?”. Saya pun langsung tertawa dengan sedikit kecut, “kalo dari informasi yang beredar di dunia maya sih nama bos lo kecatut tuh, artinya yang buat petahana. Gimana tuh?”
 
Teman saya pun kembali ke statement awalnya, “yaa namanya juga gimmick bro, kubu sebelah kan suka bersandiwara tuh. Gw pribadi sih gelagat bos gw main gak kecium dikantor, emang sih nama doi santer disebut, tapi gw belum bisa jamin ini beneran doi yang main. Ya lo tau lah gw biasanya bikin apaan? Gak main lah gw berkubang dilumpur gitu, biarin cebong aja itumah kerjaannya, hahahaha, kalo moles-moles persona jadi ciamik tu baru deh jago”. Saya pun mengamini itu, “iyasih gw juga kaget sekaliber bos loe (Ipang Wahid) mana mau main begitu, tapi yang gak gw abis pikir banyak lo di twitter yang ngulas gimana keterlibatan doi, sampe ada yang bikin tread-nya coi, pake pembuktian screenshot2 gitu”.  “Ya namanya juga framming, bisa dibuat dan diarahkan”, ujar teman saya.

Mini Investigasi Soal Tabloid Indonesia Barokah
 
Percakapan mulai menghangat ketika itu, saya pun memberanikan diri untuk mengajukan hipotesis bahwa tabloid tersebut adalah operasi yang dialkukan pemerintah berbekal pengetahuan saya dan membaca berita-berita yang bererdar. “kalo menurut gw ini yang main pemerintah sih sob, soalnya TKN santai banget tanggapannya soal itu tabloid, bahkan bilang itu tabloid isinya fakta, kubu oposisi tidak perlu takutlah, kesannya TKN sudah tau peredaran itu dan paham betul dari segi kontennya”. Teman saya pun menimpali, “kubu oposisi emang suka reaksioner dan berlebihan bro kalo nanggapin sesuatu, kayak Kasus Ratna kan begitu”. Saya pun berpindah pada tumpuan argumen lain dengan terlebih dahulu melempar sebuah pertanyaan, “lo curiga kenapa yang disasar tabloid itu masjid gak sih? Which is itu punya korelasi sama pendukung Prabowo yang dianggap berasal dari kalangan Islam garis keras, warisan HTI”. Teman saya pun secara cepat menanggapi, “motif deradikalisasi kali, kan ada tuh kontennya yang bahas itu kalo gw gak salah”. Mendengar ucapan itupun pikiran saya terbersit satu hal mengenai pernyataan BIN mengenai masjid yang terpapar radikalisme dibeberapa daerah, juga kritik Prabowo soal netralitas BIN pada saat dirinya menggelar pidato kebangsaan. Dan saya langsung utarakan pikiran itu, sejenak temen saya merenung.
 
“Nah itu bro! soal deradikalisasi, kalo lo bilang gitu makin kentel ini operasinya pemerintah, ada motif penanganan radikalisme dan meredam militansi massa pendukung Prabowo”, sambut saya dengan dengan tujuan memecah keheningan. Temen saya pun kembali menjawab secara moderat bak diplomat dalam sebuah lobi politik, Gw rasa sih Pakde gak segatel itu bro sama kekuasaan sampe abuse power, daripada ngurus itu mending main sama si Ethes dia.
 
Saya pun mengendurkan perbincangan saya, merasa ada benarnya juga yang dia katakan. Saya pun kembali lagi ke soal bos teman saya yang diduga terlibat menciptakan Indonesia Barokah. “Jadi Soal IPW gimans bro?” Teman saya pun mengajukan sebuah argumen bahwa kemungkinan yang bermain berasal dari TKN bisa dan mungkin saja terjadi, dan nama Ipang Wahid yang terseret ada bentuk pengkambinghitaman. Menurut teman saya memang Ipang Wahid adalah figur yang sangat dekat dengan Jokowi-Ma’ruf, bahkan nama dia digadang-gadang akan menempati suatu kursi di Kementerian, tapi belum tau akan menempati pos apa, yang jelas sekarang dia sengat dekat dengan Bekraf. Menurut dia mungkin saja ada sesama TKN lain yang cemburu dengan sosok Ipang Wahid dan mencoba menjegal gerak dan langkah Ipang Wahid dengan cara seperti itu. “Lo paham kan kita alergi banget sama kampanye hitam dan hoaks, nah bos gw coba disingkirin dah tuh dengan diseret pada stigma menyebarkan kampanye hitam”. Saya pun terpukau melihat penjelasan itu, logis juga menurut saya argumen yang teman saya ucapkan, apalagi peluang Jokowi menang dinilai sangat besar, jadi sangat mungkin memicu konflik dalam kalangan internal terkait pembagian jatah jabatan. Juga menguatkan pernyataan awal teman saya soal intrik dan gimmick.
 
Yaah siapa yang tau juga jika ternyata Ipang Wahid merahasiakan operasi khususnya ini dari teman saya. Atau memang benar ada operasi kompetitor dari Ipang Wahid sesama TKN. Atau bahkan ada operasi infilterasi lain dari orang di luar TKN. Atau juga boleh jadi ini sandiwara babak baru dari kubu Prabowo-Sandi. Atau juga boleh jadi ada operasi intelijen dari BIN sebagai upaya deradikalisasi memanfaatkan momen pilpres ini. Atau bahkan ada konspirasi global yang mau mengintervensi mengacak-acak kedamaian Pilpres kita. Ah apa saja mungkin, apa saja bisa. God only knows!
 
Malam hampir dipenghujung ketika itu, sementara kami belum memiliki benang merah yang sama soal siapa yang berada di balik Indonesia Barokah. Tapi kami sepakat tentang satu hal bahwa dalam politik itu apa yang kita percayai adalah selayaknya Pita Mobius, kita tidak pernah bisa benar-benar yakin akan kebenaran satu hal.
0
2.4K
12
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.