Museum ini terletak di dekat alun-alun kota Sumedang dan dikelola oleh yayasan Pangeran Sumedang. Disini tersimpan peninggalan kerajaan Sumedang Larang, mulai dari pusaka dan senjata, pakaian, kamar tidur dan perabotan, galeri musik (gamelan) dan kereta kencana. Ane merinding disko gan pas di ruangan pusaka dan di ruangan gamelan, kita nggak boleh iseng mainin gamelannya

Gunung Kunci

Sebenarnya tempat ini bukan benar-benar sebuah gunung atau bukit, tapi benteng yang tersembunyi. Dari jauh seperti bukit yang dikelilingi pohon pinus dan mahoni, padahal tempat ini adalah bunker dan penjara yang dibangun di tahun 1914-1917. Ada beberapa bagian yang hancur karena telah digempur ketika perang, namun banyak juga bagian yang masih utuh. Tempat ini buka dari jam 08.00 – 17.00 WIB

Makam Cut Nyak Dien

Tahukah gansis kalau Cut Nyak Dien justru berada di Sumedang? Nah, makam ini berada di komplek pemakaman Gunung Puyuh. Beliau menghabiskan hari tua di Sumedang karena dibuang oleh Belanda yang takut akan keberadaannya, Cut Nyak Dien diterima dan dirawat oleh bupati Sumedang Pangeran Suriaatmadja. Dalam kondisi renta dan buta, pahlawan dari Aceh ini masih bisa mengajar mengaji ke ibu-ibu di Sumedang.

Waduk Jatigede

Waduk ini baru beroperasi penuh di tahun 2017, padahal sudah direncanakan dari zaman Belanda. Dengan segala pro dan kontranya, waduk ini juga menjadi tujuan wisata. Bahkan bekas desa yang ditenggelamkan juga ramai dengan pengunjung.


Tempat lain yang oke buat wisata adalah Kampung Karuhun, Kampung Toga dan Curug (air terjun)

Untuk kuliner, jelas lah wajib nyobain tahu Sumedang. Tapi banyak juga kok makanan enak lain kayak tutug oncom, surabi, sate sapi Ibu Oon Paseh dan lain-lain. Serunya, di Sumedang sekarang sudah banyak kedai kopi kecil, harganya murah banget. Harga manual brewnya cuma sekitar Rp 12.000 segelas.


Ada satu lagi tempat nongkrong yang oke punya, namanya Toga Peak. Disini kita bisa makan dan jajan sambil lihat kota Sumedang dari ketinggian.