Quote:
Di media sosial beredar cuplikan video tentang aksi di depan Balai Kota Solo. Video itu dibagikan di grup Whatsapp (WA) dan beberapa akun instagram (IG) . Sebaran video itu disertai keterangan demo tolak lampion dilangsungkan Minggu (20/1/2019).
Potongan video itu hanya menyoroti pemasangan lampion di Balai Kota. Salah satu orator mempertanyakan banyaknya lampion sebagaimana di negeri China, padahal itu ada di Kota Solo.
“Lampion yang mendominasi sedemikian rupa ini, kemudian warga bertanya-tanya, ini Hong Kong? Ndak... ini bukan... di Solo....” ujar orator yang berdiri di bak truk yang dimodifikasi menjadi panggung orasi.
Cuplikan video itu mengesankan aksi mendemo lampion. Lampion dipasang di Jl. Jenderal Sudirman (Jensud) Solo berkaitan dengan perayaan Imlek.
Ratusan lampion itu dipasang sejak pekan lalu. Sudah bertahun-tahun tradisi ini berlangsung. Pemasangan itu dilakukan oleh panitia Perayaan Imlek Kota Solo.
Dari penelusuran Solopos.com, Senin (21/1/2019) cuplikan video itu bukanlah aksi mendemo lampion.
Aksi itu dilakukan oleh sejumlah kalangan yang menolak mosaik mirip salib di koridor Jl. Jenderal Sudirman. Dalam aksi itu, ada sejumlah orator, salah satunya menyinggung banyaknya lampion. Namun, orasi soal lampion itu dicuplik secara khusus sehingga terkesan berasal dari demonstrasi soal lampion.
Orator itu berdiri di bak truk dengan spanduk bertuliskan “ Ciptakan Solo Damai Tolak Mosaik Mirip Salib di Jalan Jenderal Sudirman”. Aksi itu berlangsung di depan Balai Kota Solo, Jumat (18/1/2019) siang.
Keluar Konteks
Cuplikan video tuntutan tolak lampion itu cenderung keluar dari konteks yaitu demonstrasi soal mosaik mirip salib namun dikemas sedemikian rupa sehingga terkesan demonstrasi soal lampion. Hal ini bisa dikategorikan misinformasi kategori false context .
Ratusan lampion kecil yang menghiasi Jl. Jenderal Sudirman juga akan dipindah. Namun, pemindahan itu tidak ada kaitannya dengan demonstrasi maupun penolakan. Lampion kecil yang menggantung tersebut dikhawatirkan rusak terkena proyek pemasangan batu andesit tahap kedua di koridor itu. Lampion itu dipasang oleh panitia perayaan Imlek dan biaya listriknya yang mencapai Rp50 juta berasal dari iuran panitia dan warga.
Wakapolresta Solo AKBP Andy Rifai kepada Solopos.com, melalui aplikasi perpesanan Whatsapp menyatakan toleransi warga Kota Solo itu selalu dipelihara, bahkan Solo merupakan salah satu kota paling nyaman dihuni berdasarkan survei.
“Tentu saja hal itu bisa tercipta karena masyarakat Solo yang menginginkan terus menjaga toleransi yang sudah ada. Kami imbau kepada masyarakat jangan mudah percaya dengan info yang ada di medsos karena sekarang ini banyak berita hoaks yang sengaja disebar kepada masyarakat agar timbul keresahan. Untuk itu, mari selalu dijaga dan dipelihara kerukunan dan toleransi, jangan mau diadu domba dan dipecah belah oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” jelas Andy Rifai.
SUMBER
indonesia aslinya adalah negara yang "cukup" damai
dan selalu berusaha di buat ribut oleh orang yang menginginkan kekacauan, kehancuran, maupun perpecahan
segala upaya di lakukan mulai dari aksi anarkis hingga hoax
semua hal itu mempunyai tujuan yang sama
yaitu membuat nama islam seolah2 adalah kaum radikal
yang selalu membesar besarkan masalah hanya karena hal kecil
kalian bisa setuju, bisa juga tidak
muslim yang damai yang toleran, cenderung lebih suka diam ga bersuara
membiarkan kaum radikal seenaknya menghancurkan nama islam dengan hoax hingga tindakan yang nyata
hal ini makin membuat para "radikal" senang ngerasa di support secara moril
dengan tindakan pembiaran itu
hal ini di perparah oleh elite politik yang menggunakan segala cara untuk menggapai kekuasaan
awal mula adalah pilkada DKI jakarta
mau denial seperti apapun
itu adalah awal dari segala intoleransi di indonesia
masih ingat ini?
akibat pembiaran dari mayoritas yang ntah memang toleran atau memang sengaja melakukan pembiaran
negara indonesia semakin menuju ambang kehancuran, ambang suriah
radikal, intoleransi yang terus membuahkan hasil bagaikan bola salju
akan terus menggelinding semakin lama, semakin besar
dan ini terbukti pada pilpres skrg
ini adalah versi lain dari tidak mensholatkan jenazah
itupun karena calonnya adalah seiman
apakah masih akan di biarkan?
apakah masih tidak bertindak?
apakah masih membiarkan tindakan intoleransi terus menggelinding dan menghantam negara?
anda tidak perlu dari sabang terbang ke merauke untuk menjaga toleransi
cukup menjaga daerah masing2 dari gerakan radikal
tumbuhkan sifat kritis pada diri dan lingkungan sekitar
melihat hal yang tidak sesuati dengan AJARAN AGAMAMU haruslah bersuara dan bertindak, jangan hanya diam
Quote:
awal suatu peristiwa, pasti akan memiliki akhir cerita
apakah awal dari segala intoleransi di indonesia bisa di akhiri oleh silent majority
ataukah awal dari segala intoleransi di indonesia, berakhir seperti suriah?
jangan hanya teriak agamanya mengajarkan segala kebaikan dan memperjuangkan kedamaian di dunia, tapi hanya sekedar katanya
jangan hanya teriak paling pribumi, paling nasionalis, nenek moyangnya paling berjasa, tapi pada generasinya hanya diam tanpa tindakan