DistrikNasionalAvatar border
TS
DistrikNasional
Ambisi Jokowi Dihadang Kata Cukup Maruf Amin



Sumbangan Tulisan Oleh : 
Politikus Milenial, Frank Wawolangi
 
Akhirnya saat yang dinanti-nantikan tiba. Debat Capres yang pertama telah dilaksanakan dan berlangsung dengan lancar. Kedua kontestan capres dan cawapres beradu gagasan secara langsung. Meskipun sebelumnya diterpa issue yang kurang menyegarkan dari diberikannya kisi-kisi pertanyaan dari KPU, sempat membuat banyak kalangan khawatir debat capres ini akan menampilkan adu hapalan ketimbang adu gagasan. Namun pada sesi akhir debat, ketika setiap capres dan cawapres memberikan pertanyaan langsung disitulah keseruan dimulai, dimana kedua kontestan mulai melemparkan kritikan tajam. Dari sesi itulah kita dapat melihat karakter kedua pasangan capres cawapres dengan jelas. Apabila kita cukup sensitif melihatnya.
 
Jalannya Pertandingan
Prabowo Sandi mengawali debat capres dengan baik. Dalam pertandingan sepak bola, saya analogikan mereka seperti timnas Perancis. Perpaduan senior dengan rookie yang dibawakan Prabowo Sandi sukses membawa visi misi mereka dengan baik. Message nya jelas dan mengena. Bahasa tubuhnya rileks namun intimidatif bagi lawannya. Tiki taka diantara keduanya berjalan dengan mulus, umpan satu duanya berjalan. Team work nya menghasilkan jab-jab ringan namun memberikan poin bagi pasangan ini. Prabowo tidak terlihat egois. Beliau paham dimana kekuasaannya harus dibagi. Sebagai mantan tentara, terlihat jelas bahwa karakter Prabowo sangat percaya pada tim work apalagi kepada tenaga yang lebih muda dan fresh. Ketika diberi kesempatan itu, Sandi juga memanfaatkan dengan baik untuk langsung menyerang. Efektif melihat peluang dan mampu menyelesaikannya seperti Kylian Mbappe. Namun sangat disiplin posisinya. Ketika sesudah menyerang, Sandi kembali pada posisinya sebagai cawapres tepat pada waktunya. Terlihat jelas apabila Prabowo Sandi menjadi Presiden dan wakil Presiden, komunikasi akan terjalin dengan rapi, sehati dan minim konflik.
 
Berbeda dengan Jokowi Maruf Amin. Mereka mengawali perdebatan dengan kikuk. Pesan yang disampaikan lebih bersifat normatif dan mengambang. Jokowi terus melemparkan pesan sebagai petahana tentang apa yang telah dia lakukan selama ini. Meninggalkan Maruf Amin sebagai wakilnya hanya berfungsi untuk mengambilkan bola pertanyaan untuk Jokowi. Apakah pesan-pesan yang dibawakan oleh Jokowi sampai ke audiens? Setelah melakukan survey singkat, hanya 3 orang dari 10 orang yang menonton menangkap pesan Jokowi. Sisanya mereka hanya mendengar, namun tidak memperhatikan. Dan yang paling terlihat dari pasangan ini adalah, terdapat jurang pemisah yang besar diantara keduanya. Diantara Jokowi dan Maruf Amin seperti terdapat tembok besar yang tidak kelihatan. Diantara mereka terlihat jarang melakukan kontak fisik, entah mungkin karena Jokowi merasa terlalu superior sehingga menganggap Maruf Amin tidak mampu mengikuti ritme nya, atau memang karena chemistry diantara keduanya hanya terbangun dari kepentingan jangka pendek semata.Terlihat ketika Jokowi memberikan kesempatan cawapresnya untuk menguatkan, kesempatan itu disia-siakan oleh Maruf Amin dengan mengatakan “cukup”. Setelah itu, Jokowi terlihat seperti “one man show”, bekerja sendiri dalam permainan tim, sibuk menutup lubang-lubang yang ditinggalkan Maruf Amin. Sehingga Jokowi dinilai enggan membaginya kembali ke Maruf Amin karena berpikir ada potensi kehilangan kesempatan. Dapat disimpulkan Maruf Amin tidak seistimewa Ahok atau setidaknya JK. Dimana mereka mampu saling mengisi pada momen tertentu. Jurang komunikasi diantara keduanya terlihat jelas, dan terlihat Indonesia apabila dipimpin oleh pasangan ini hanya kembali menghadirkan kericuhan diantara internal mereka, karena mereka hanya disatukan oleh kepentingan sesaat.
 
Sesi Jual Beli Serangan
Memasuki tanya jawab antar kedua kandidat, Jokowi yang menyadari ketertinggalannya langsung gas pol menyerang Prabowo secara personal. Serangan ini memang mudah dipatahkan dengan Prabowo, dimulai dari issue perempuan, caleg mantan koruptor dan rekam jejak pelanggar HAM. Namun sayang, narasi yang dibangun oleh Jokowi tidak berkesinambungan antar alinea, sehingga terlihat pertanyaan tersebut pokoknya dibuat untuk menyerang musuh atau memamerkan keberhasilan pribadi secara membabi buta.
 
Berbeda dengan Prabowo Sandi yang fokus dan siap menghadapi serangan. Apa yang ditudingkan oleh Jokowi justru semakin menunjukan bahwa disitulah letak perbedaan kualitasnya dengan Prabowo. Sehingga publik justru melihat Jokowi hanya mencari-cari kesalahan Prabowo yang bahkan belum pernah mendapatkan kesempatan memerintah Republik ini. Pertanyaan Jokowi justru membuka peluang rakyat Indonesia untuk makin yakin memilih Prabowo sebagai pemimpinnya. Kapital yang berhasil didapatkan dari serangan Jokowi mampu diperkuat lagi oleh Prabowo ketika menyerang. Apabila diperhatikan dengan seksama 2 serangan akhir Prabowo Sandi, sangat fokus pada kebijakan Jokowi sebagai petahana. Sehingga pesan yang hendak disampaikan jelas, bahwa Petahana tidak mampu menghasilkan kebijakan yang selaras dengan kepentingan rakyat banyak. Ujung-ujungnya adalah masalah kepemimpinan dimana celah itu dibuka sendiri oleh Jokowi. Dan ketika lagi-lagi Jokowi berusaha menghindar dari serangan, terlihat jelas bahwa Jokowi adalah sosok yang pemimpin yang kerap menghindari tudingan.
 
Karakter Menentukan Hasil Akhir
Persoalan leadership ini tidak dapat dipungkiri menjadi masalah besar bangsa Indonesia saat ini. Terlihat ketika berbagai serangan yang diarahkan ke Prabowo,  insting Prabowo tidak tahan untuk memasang badannya sendiri untuk menjadi pelindung. Prabowo tampil seperti De Gea di United ketika melawan Spurs Januari 2019. Di situlah letak perbedaan Prabowo dengan Jokowi, dimana Jokowi cenderung menyelamatkan dirinya sendiri, dan Prabowo cenderung mengorbankan dirinya sendiri. Namun Prabowo lupa bahwa beliau tidak muda lagi, kebijaksanaan beliau perlu diperkuat dengan tenaga baru yang sejauh ini sudah berhasil dilakukan oleh Sandi. Sandi tidak segan memijit bahu Prabowo ketika ritme mulai meninggi, Sandi juga berhasil mendinginkan suasana ketika tensi mulai memanas 
 
Kesimpulan
Baik Jokowi maupun Prabowo merupakan pengulangan pilpres 2014. Apa yang ditampilkan oleh Jokowi maupun Prabowo tidak jauh berbeda dengan yang telah terjadi pada debat capres 2014. Jokowi normatif dalam mengemukakan visi misinya bahkan terlihat lebih pesimis dibandingkan tahun 2014. Mungkin beliau menyadari bahwa dalam debat capres, janji-janji bombastis akan menyulitkan dirinya sendiri. Jokowi juga hit and run dalam menyerang dan masih memamerkan keberhasilan diri.
 
Prabowo pun tidak jauh berbeda dengan 2014. Yang membedakan sekarang adalah Prabowo melawan petahana dimana disitulah keuntungan Prabowo bisa bebas mengkritik lawannya. Prabowo tampil lebih bijak meski semangat pejuangnya masih melekat. Memang itulah yang diperlukan rakyat Indonesia saat ini, semangat untuk berjuang.
 
Penampilan Maruf Amin kemarin malam tidak berhasil memenuhi harapan semua orang. Baik dari Jokowi, pendukungnya sendiri maupun rakyat Indonesia. Pesan yang disampaikan oleh Maruf Amin sangat lambat dan datar. Tidak ada ide-ide baru dalam gagasannya. Pandangan Maruf Amin juga lebih banyak terpotong oleh waktu yang disediakan. Dapat dimaklumi karena kesepuhan Beliau dari sisi umur dan agama. Namun senioritas tersebut juga menjadi sumber kelemahan pemerintahan Jokowi nanti apabila terpilih. Pasangan ini dinilai akan sulit saling berkomunikasi apalagi dengan pihak lain. 
 
Dan yang menarik adalah bagaimana Sandi berhasil membawa penyegaran baru dalam kontestasi kepemimpinan ini. Sandi proaktif dalam menyerang namun disiplin dalam menjaga ritme. Pesan-pesannya sampai ke masyarakat dan tepat waktu. Perannya pas. Tidak berlebih atau kurang. Sandi sukses menjalankan perannya sebagai sidekick yang diperlukan oleh Prabowo. Sandi telah membuktikan kepada rakyat Indonesia bahwa dirinya mampu mendampingi Prabowo ketika terpilih menjadi Presiden RI nanti. Pasangan ini terbukti sangat PAS baik off air maupun on air apabila dibandingkan dengan pasangan lainnya. Bagaimanapun juga berdua lebih baik daripada hanya sendirian. Karena memimpin Negara Indonesia yang besar dan kaya ini, memang diperlukan leadership dan team work yang baik.
-1
2.8K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.2KThread40.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.