Persaudaraan Alumni (PA) 212 kembali memecah belah umat Islam dan persatuan bangsa. Sama seperti kasus sebelumnya, PA 212 menggunakan politik identitas dengan memakai agama untuk politik bersampul tabligh akbar.

Tabligh akbar ini digelar di Bundaran Gladak, Jalan Slamet Riyadi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (13/1). Tabligh ini mengusung tema “Putihkan Solo, Kibarkan Bendera Tauhid.”

PA 212 mengklaim acara ini dihadiri 2.350 orang dengan penanggung jawab Ketua PA 212 Solo Raya, R Djayendra Dewa. Tokoh yang hadir dalam tabligh akbar ini adalah Amien Rais, MA (Dewan Kehormatan PAN), KH Slamet Ma’arif (Ketua Umum PA 212), KH Dr Muinudinillah Basri, Lc, MA (Ketua DSKS/Dewan Syariah Kota Surakarta-Penasehat PA 212 Solo Raya), Ustadz Fadlan Garamatan (Ustadz asal Papua-Pengasuh Pondok Pesantren Al Fatih Kaaffah Nusantara/AFKN Bekasi), Ustadz Aris Munandar Al Fatah (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia/DDII Jateng), Ustadz Drs. Wasono Nurhadi (Divisi Ekonomi DSKS-Grup Santri Makaryo), Ustadz Edi Lukito, SH (Ketua DPP LUIS), Prof Dr Cipto Subadi (Mewakili PC Muhammadiyah Kec. Kartasura), Begug Purnomosidi (Mantan Bupati Wonogiri), KH Muh Ali Naharussurur (Ketua SAR Juba Rescue), dan Lieus Sungkarisma (Tokoh Tionghoa-Aktivis #2019GantiPresiden).

Dalam tablig akbar ini, tokoh yang hadir rata-rata mengeluarkan pernyataan provokatif. Seperti KH Muhammad Ali Naharussurur (Ketua SAR Juba Rescue Ponpes Takmirul Islam). Ia menyindir kepolisian yang tidak netral dan pilih kasih.

“Ada institusi yang katanya mengayomi rakyat, katanya membimbing rakyat dan bertanggung jawab terhadap Kamtibmas, tidak pilih kasih dan berjanji bertindak adil. Tetapi itulah manusia, kenyataannya berbeda,” kata Ali.



Dengan nada mengancam, Ali menyebut Presiden RI mengganggu keimanan serta membangkitkan komunis di Indonesia.

“Kepada Presiden sampai RT, Jenderal sampai Kopral bahwa seragam yang kalian pakai hanya sampai usia pensiun, KTP yang kalian pegang hanya berlaku sepanjang hidup kalian, dan setelah itu yang diperhitungkan adalah Tauhid. Maka siapapun kalian yang mengganggu keimanan kami dan mencoba membangkitkan Komunis di negeri ini, maka kalian adalah musuh kami, meskipun kamu menjadi imam sholat tetapi kamu membantu musuh Islam maka kamu adalah musuh kami, kamu telah berkhianat kepada kami dan kamu jangan kembali ke Solo, tetapi buang saja ke Bengawan, karena hukum bagi orang yang berkhianat adalah ditembak kepalanya,” ujarnya.

Hal senada dikatakan KH Slamet Maarif (Ketua Umum PA 212), ia menuduh Polri sengaja menghalangi peserta tabligh akbar. Ia mengatakan, rezim Jokowi takut dengan tabligh akbar. Ia kemudian terang-terangan mengatakan mendukung Prabowo di Pilpres.

Selain itu, Slamet memfitnah pemerintah curang dengan kasus hoaks KTP berceceran di mana-mana, 7 Kontainer Surat suara di Priok yang sudah dicoblos. “Kami tahu mereka bagi-bagi amplop, kami melihat kalian yang mempunyai jabatan menyalahgunakan jabatanmu. Pemerintah, TNI/Polri, KPU, Bawaslu adalah wasit, sebagai wasit harus jujur. Kami adalah penonton, maka jangan salahkan kami sebagai penonton akan turun ke lapangan menendang bola jika wasit tidak jujur,” tuturnya.

Ustadz Nurhadi wasono selaku pemandu acara juga secara eksplisit menggiring opini peserta aksi untuk ikut membantu menyukseskan KPU dan menyukseskan Pemilu dengan menyosialisasikan tata cara pencoblosan dalam Pilpres 2019, yaitu “No. 1 dibuka, No. 2 dicoblos, No. 3 dilipat, No. 4 dimasukkan kotak”.

Selanjutnya, ia menghimbau agar para peserta aksi bisa menyosialisasikan hal tersebut kepada masyarakat di kampung-kampung, terutama kepada para lansia yang kemungkinan belum paham dan masyarakat ekonomi rendah.

Khilafah

Jimmaaatttt