Dulu ketika belum memiliki pekerjaan, saya selalu berpikir "kapan mendapatkan pekerjaan?"


Dulu ketika belum memiliki pekerjaan, saya mempunyai harapan "seandainya punya pekerjaan tetap dan gaji saya bisa menutupi biaya hidup saya sehari - hari, itu sudah cukup untuk saya, tidak perlu gaji besar ataupun kerjaan yang ringan"

Kenyataannya saat ini saya selalu mengeluh dengan beratnya pekerjaan saya, yang menurut saya tidak sesuai apa yang saya kerjakan dengan gaji yang saya terima meskipun gaji itu dapat menutup biaya hidup saya sehari - hari"

Harapan saya saat ini "saya mempunyai kerjaan yang ringan dan gaji besar bahkan menjadi bos"

Dulu ketika masih susah, saya selalu berpikir "apakah besok saya bisa makan?"

Dulu ketika masih susah, saya mempunyai harapan "seandainya setiap hari saya bisa makan sampai kenyang, itu sudah cukup untuk saya, tidak perlu lezat ataupun enak"

Kenyataannya saat ini saya selalu mengeluh dan pilih - pilih makanan bahkan sering tidak mau makan karena makanan yang disediakan sudah bosan atau tidak enak menurut saya

Harapan saya saat ini "saya setiap makan selalu dengan menu yang berbeda dan makanan yang lezat"

Dulu ketika belum memiliki handphone, saya selalu berpikir "sampai kapan saya harus seperti ini? sulit menghubungi seseorang disaat penting"

Dulu ketika belum memiliki handphone, saya mempunyai harapan "seandainya saya mempunyai handphone meskipun hanya bisa telepon, itu sudah cukup untuk saya, tidak perlu canggih ataupun mahal"

Kenyataannya saat ini saya selalu mengeluh karena handphone yang saya gunakan tidak dapat mengakses media sosial ataupun bermain game"

Harapan saya saat ini "saya ingin handphone yang canggih dan terbaru agar bisa dengan mudah berkomunikasi ataupun bermain game"

Dulu ketika belum memiliki kendaraan, saya selalu berpikir "sampai kapan saya harus berjalan kaki seperti ini?"

Dulu ketika belum memiliki kendaraan, saya mempunyai harapan "seandainya saya punya kendaraan meskipun kendaraan bekas, itu sudah cukup untuk saya, tidak perlu yang mewah ataupun cepat"

Kenyataannya saat ini saya selalu mengeluh karena kendaraan yang saya gunakan sangat jelek dan lambat
Harapan saya saat ini "saya saat ini mempunyai kendaraan sport mewah dan cepat"

Dulu ketika masih tinggal di kontrakan, saya selalu berpikir "sampai kapan harus bayar kontrakan setiap tahun seperti ini?"

Dulu ketika masih tinggal di kontrakan, saya mempunyai harapan "seandainya saya punya rumah sendiri, meskipun kecil dan tidak mewah, yang penting milik sendiri"

kenyataanya saat ini saya selalu mengeluh karena rumah yang saya miliki sangat kecil dan saya malu jika ada yang berkunjung ke rumah saya

Harapan saya saat ini "mempunyai rumah yang megah"

Tanpa saya sadari harapan saya yang dulu saya harapkan sudah dikabulkan oleh TUHAN namun saya tidak menikmatinya dan menuntut TUHAN untuk mengabulkan harapan saya yang baru, harapan saya saat ini

Ketika harapan saya tidak dikabulkan atau belum dikabulkan oleh TUHAN, saya marah kepada TUHAN karena saya tau TUHAN itu MAHA PENGASIH, MAHA BAIK dan MAHA PENYAYANG dan saya berpikir kenapa TUHAN yang MAHA KUASA tidak mengabulkan permintaan saya dan akhirnya saya menyalahkan TUHAN atas harapan saya yang tidak atau belum menjadi kenyataan

Dengan pikiran saya yang dangkal, saya berpikir jika memang TUHAN itu MAHA PENGASIH, MAHA BAIK dan MAHA PENYAYANG seharusnya TUHAN langsung mengabulkan apa pun permintaan saya

Saya lupa jika TUHAN itu juga MAHA ADIL, TUHAN akan mengabulkan permintaan saya sesuai dengan apa yang saya lakukan

Dengan ego saya yang besar dan menutupi pikiran saya, saya semakin marah kepada TUHAN karena saya merasa sudah terus berdoa dan meminta kepada TUHAN

Saya lupa jika TUHAN itu juga MAHA TAU, tanpa saya berdoa dan meminta kepada TUHAN, TUHAN pun sudah tau apa yang saya harapkan dan saya inginkan

TUHAN menginginkan saya berusaha dalam kehidupan bukan sekedar berdoa dan meminta secara instan kepadaNYA

TUHAN menginginkan saya berdoa kepadanya untuk mensyukuri apa yang TUHAN berikan kepada saya dan untuk memberikan petunjuk kepada saya, bukan untuk mengeluh atau meminta secara instan

Tanpa saya sadari saya menjadikan TUHAN seperti pembantu

Saya seolah – olah lebih tau dari TUHAN tentang segala hal yang terbaik untuk saya

Saya yang berencana dan mengharapkan sesuatu namun tidak terkabulkan dan saya menyalahkan TUHAN

Seperti majikan yang menyuruh pembantu namun pembantunya tidak melaksanakan tugasnya

Tanpa saya sadari harapan dan permintaan saya saat ini berdasarkan nafsu dan gengsi saya, bukan berdasarkan kebutuhan saya

Perumpamaan
Orang yang menunjukan jalan adalah TUHAN
Bertanya yang kita lakukan adalah DOA
Perjalanan yang kita lakukan adalah USAHA

Ibarat kita ingin menuju suatu tempat namun kita tidak tau jalan yang harus dilalui, kita bertanya kepada orang dijalan untuk menunjukan ke arah tujuan

Kita tetap harus berjalan ke arah yang ditunjukan

Bukan sekedar bertanya, bertanya dan bertanya kepada orang itu secara berulang – ulang

Hasilnya akan sama jika hanya bertanya tanpa berjalan ke arah yang ditunjukan

Begitu juga dengan kehidupan, perlu adanya usaha, bukan sekedar berdoa, berdoa dan berdoa

Berdoa itu adalah spritual, bukan sebuah ritual belaka yang hanya dilakukan dan kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan secara instan

Tapi tidak tertutup kemungkinan TUHAN memberikan kita secara instan

Ibarat kita bertanya kepada orang dijalan untuk menunjukan ke arah tujuan, dan orang tersebut berkata “biar saya mengantar anda sampai tujuan”

Mungkin karena satu arah tujuan dengan orang tersebut

Begitu juga TUHAN terkadang dia memberikan secara instan apa yang kita harapkan

Mungkin karena apa yang kita harapkan memang yang terbaik buat kita