Adakah ada orang yang bercita-cita gagal? Saya kira tidak ada. Padahal gagal adalah keniscayaan. Saya yakin, semua orang pernah gagal. Apalagi bagi orang yang memilih jalur karier sebagai wiraswasta, pengusaha atau pebisnis. Presentase kegagalannya pasti lebih besar, dibandingkan dengan mereka yang bekerja ikut orang.

Lalu jika gagal adalah keniscayaan, mengapa tidak kita inginkan saja kegagalan itu? Mengapa kita selalu tertarik untuk ikut seminar-seminar yang bertema, "Bagaimana menjadi sukses?" Mungkin alasan logisnya adalah, karena tidak ada seminar, bagaimana menjadi gagal, hehe. Namun saya yakin, kalau pun ada seminar "cara sukses untuk gagal", tidak ada satu orang pun yang berminat untuk mengikutinya, meskipun gratis! Dapat makan siang lagi. Kenapa? Karena maindset orang, gagal itu menyedihkan. Padahal tidak.



Dibalik kegagalan, ada sebuah nikmat yang jarang orang syukuri. Buat saya, gagal adalah sarana untuk take off lebih jauh dan lebih tinggi daripada penerbangan pertama yang sudah saya lalui. Kok bisa? Bisa, dan inilah alasannya, mengapa kadang saya ingin gagal.



Gagal adalah sarana evaluasi paling sempurna. Terkadang saat kita mengerjakan pekerjaan apapun itu, ada sesuatu yang terasa mengganjal, tapi kita tidak tahu apa itu. Semua berjalan baik-baik saja, tapi untuk mencapai puncak rasanya sulit sekali. di evaluasi sana sini, tidak kunjung ketemu. Nah, di sinilah kadang kegagalan akan membuka semua tabir yang selama ini tertutupi.

Saat semuanya rusak, gagal, tidak laku dijual, saat itulah kita punya waktu untuk melihat dengan jernih di mana salah kita. Kalau produk kita laku, yakin bisa? Saya kok ragu. Karena evaluasi kita terbentur dengan produksi yang harus diselesaikan hari ini, minggu ini dan bulan ini. Semakin lama, semakin tertutup luka itu, hingga menjadi bom waktu untuk kita.



Gagal membuat kita tetap menginjak bumi. Kegagalan akan membuat kita sadar, bahwa kita ini bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa di dunia ini. Ada yang lebih baik dari kita. Kesadaran macam ini, akan menjauhkan kita dari sikap sombong. Ingat, sombong itu awal dari keruntuhan sebuah imperium, sebesar apapun itu.

Ojo dumeh kata orang jawa. Jangan mentang-mentang kalau di Indonesia-kan. Jangan mentang-mentang punya teman banyak, lalu yakin akan menang pemilu. Banyak yang terjungkal dan mewek berjamaah karena hal macam ini. Orang yang benar-benar hebat, akan bisa memaknai kegagalan nya dengan baik untuk tetap sadar, bahwa dia masih ada dan menginjakkan kaki di bumi.



Gagal mengajarkan orang bertanggung jawab. Pengusaha beneran, tidak akan segan mengatakan bahwa kegagalan adalah tanggung jawabnya. Tapi pengusaha abal-abal, akan mencari pembenaran atas kegagalannya. Pokoknya saya tidak salah dan yang salah dia. Saya difitnah bla..bla.. Coba belajar jujur dulu. Iya sikap tidak mau bertanggung jawab itu diawali ketidak jujuran.

Padahal, kunci dari semua keberhasilan adalah kejujuran. Boleh saja anda sukses dengan tidak jujur, tapi suatu saat akan jatuh. Nah, gagal harusnya adalah waktu yang tepat untuk belajar bertanggung jawab dan jujur. Dengan dua modal ini, anda bisa membangun usaha anda lagi dengan pondasi yang lebih kokoh.

Well, masih banyak ilmu yang bisa diambil dari kegagalan. Tapi tiga hal di atas, saya kira adalah ilmu utama. Jadi, jangan takut gagal saat memulai sesuatu. Takutlah jika sudah gagal, tapi tidak bisa mengambil manfaat apapun dari kegagalan itu, kemudian menyerah dan lari. Kalau itu yang anda lakukan, fix anda bukan manusia. karena manusia itu tempatnya gagal, bukan kesempurnaan. Salam Damai.


Merdeka!

Ide Tulisan : Pemikiran Pribadi
Sumber Gambar : sini, sini, sini