Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lostcgAvatar border
TS
lostcg
Kisah Edi Setiawan, Sang Penghayat Kepercayaan Sapta Darma Kota Batu
Kisah Edi Setiawan, Sang Penghayat Kepercayaan Sapta Darma Kota Batu

Published on Friday, 04 January 2019 22:16

Page 1 of 2



Sudah satu tahun lebih Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan penghayat kepercayaan di Indonesia, terkait Undang-Undang Administrasi Kependudukan pada November 2017 lalu. Sehingga masyarakat penghayat kepercayaan tak perlu lagi takut dengan adanya diskriminasi akan adanya status mereka.

Hal itu menjadi cerita tersendiri bagi beberapa orang penghayat kepercayaan di Kota Batu. Beberapa di antaranya adalah warga yang tergabung dalam Paguyuban Sapta Darma Kota Batu, Edi Setiawan dan istrinya Bibit Samini.

Mereka tinggal bersama enam orang di rumah sederhana. Selain pasangan suami istri Edi dan Bibit ada satu putrinya, dua cucu dan mertua Edi. Tepatnya di Jalan Kasiman, RT 2 RW 9 Kelurahan Ngaglik, Kecamatan/Kota Batu.

Edi, adalah orang yang memperjuangkan apa yang diyakininya dan dipercayainya. Yaitu sebagai penghayat kepercayaan Sapta Darma. Bahkan dirinya adalah orang yang pertama mengganti kolom kepercayaan di KTP miliknya. Yang awalnya beragama Islam, kemudian menjadi Kepercayaan Terhadap Tuhan YME, pada tahun 2017.

Tentu tidak mudah mengganti kolom kepercayaan dalam KTP. Bahkan setelah MK memutuskan dan mengesahkan aturan tersebut. Namun juga tak jarang ada penolakan dari masyarakat di lingkup yang lebih luas dan dalam keluarga di lingkup yang lebih inti. Mulai tahun 2015 KK dan KTP kolom kepercayaan dikosongi dulu. Baru tahun 2017 setelah ada kebijakan dari MK baru diisi oleh Dispenduk. Ia sendiri mengurus hingga tahun 2015 dan baru bisa terisi status keyakinannya pada 2017.

"Saya mulai ikut sebagai penghayat kepercayaan Sapta Darma sejak tahun 1991. Tentu ada saja yang mengatakan bahwa saya pengikut aliran sesat ataupun yang lainnya. Begitu juga dari keluarga saya," ujar Edi membuka ceritanya kepada Malang Post.

Namun, bapak dua anak ini tak menyerah dengan apa yang diyakini dan dipercayainya. Hal itu ditunjukkan Edi dengan sikap toleransi yang ada di dalam rumahnya. Di mana dalam satu rumah, satu anaknya, dua cucu dan mertuanya memiliki keyakinan yang berbeda. Yakni Islam.

"Dari dalam rumah saya bangun toleransi. Dari dalam rumah saya saya tunjukkan bahwa perbedaan itu indah.

Bahkan, untuk tempat sembahyang, saya juga memperbolehkan anak saya atau mertua saya untuk saat di tempat ibadah yang kami gunakan atau di musala dekat rumah," urainya.

Dengan laku yang ditunjukkan tersebut, perlahan banyak masyarakat sekitarnya yang mulai membuka diri. Itulah sebenarnya cermin dari Bhineka Tunggal Ika. Sehingga dengan berbagai usahanya tersebut, saat ini Dispendukcapil Kota Batu telah mendata ada delapan orang yang telah mengubah kolom kepercayaan menjadi Kepercayaan Terhadap Tuhan YME.

Semuanya adalah warga dari Sapta Darma Kota Batu. Saat ini yang terdata lembaga persatuan warga Sapta Darma (Persada) sebanyak 75 orang. "Memang belum semua mengganti kolom kepercayaan yang ada di KTP. Pasalnya ada beberapa pembatas yang ditakutkan oleh warga Sapta Darma," imbuh laki-laki kelahiran Batu, 1 Maret 1967 ini.

Misalnya saja, jika nanti meninggal beberapa warga Sapta Darma takut tidak bisa disemayamkan karena penolakan.

Tidak bisa menikahkan anaknya sebagai wali. Melainkan hanya sebagai saksi.

"Untuk masalah pernikahan, saya sendiri mengalaminya saat menikahkan dua anak saya. Saya hanya bisa menjadi saksi. Tapi itu bukan masalah bagi saya dan keluarga tentunya," ungkapnya.

Sementara bagi warga Sapta Darma yang meninggal. Di Kota Batu, lanjut dia, masyarakatnya memiliki toleransi yang sangat tinggi. Itu terbukti dari salah satu warga Sapta Darma Kota Batu, Bapak Rojiun asal Gang Modes, Desa Sidomulyo,Kecamatan Batu yang meninggal dunia dimakamkan di makam umum pada bulan November 2018 lalu. Di mana masyarakat Sidomulyo juga ikut dalam pemakaman tersebut.

Selain itu, ia mencontohkan, di Kota Batu telah mencatat sejarah dengan adanya salah satu ASN penghayat kepercayaan dengan kolom e-KTP Kepercayaan Terhadap YME diambil sumpah jabatan secara kerohanian Sapta Darma di Balai Kota Among Tani tanggal 25 April 2015.

Sepenggal cerita tersebut bisa menjadi contoh kecil indahnya keberagaman dan toleransi dari ruang privat hingga publik.

Bahkan cerita tersebut meneguhkan dengan apa yang sering diungkapkan oleh Wali Kota Batu, Dra. Dewanti Rumpoko jika Kota Batu merupakan kota yang cinta damai, beragam, masyarakatnya menjaga toleransi antar umat bergama.

Ajakan damai dan toleransi kerap digaungkan dan disampaikan Wali Kota, Dra. Dewanti Rumpoko MSi. Misalnya saat menghadiri perayaan Natal Sekolah Alkitab Batu, di Auditorium Beth Sean SAB Batu pada 17 Desember 2018.

 "Caranya harus saling menghargai dan menghormati. Selain itu menjunjung tinggi toleransi dalam hidup berkehidupan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," ujarnya.(eri/ary)

https://www.malang-post.com/features...a-batu?start=1

Semoga aja ada yang mengikuti jejaknya, lebih baik kolom agama di ktp dihapus aja
2
3.6K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.2KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.