Sepertinya tahun 2019 masih menjadi tahun yang kelam bagi jomblowan dan jomblowati. Sama seperti tahun - tahun sebelumnya dimana jomblo tidak pernah lepas dari sasaran tembak. Status jomblo sepertinya sudah berubah menjadi sebuah kondisi yang memprihatinkan. Lebih parahnya, alih - alih menolong para tuna asmara, sebagian lebih memilih untuk mengoloknya. Sampai saat ini para jomblo hanya bisa mengelak dari tuduhan keji mulai dari tidak laku sampai homo dengan cara memberikan tafsir sendiri - sendiri akan status jomblo. Mungkin karena banyaknya tafsir dari para pengelak nasib tersebut yang menjadikan sampai sekarang belum ada undang - undang yang melindungi kaum mereka. Pada wakil mereka di parlemen mungkin masih kebingungan karena ada beberapa tafsir yang bahkan saling berkontradiksi. Mahkamah konstitusi pun mungkin belum bisa memutuskan definisi dari status tersebut. Beberapa tafsir yang beredar luas di masyarakat akar rumput adalah sebagai berikut.