Semua karena pemilihan umum, terutama pemilihan Presiden. Pesta demokrasi yang harusnya berlangsung happy dengan perang ide dan gagasan untuk mensejahterakan rakyat, menjadi perang brutal politik identitas. Semua berebut menjadi paling pribumi dan paling condong ke agama terentu. Sampai kemampuan membaca ayat pun dibawa-bawa!



Kubu yang satu, dari Pilgub Jakarta sudah memainkan isu ini, tapi tidak harus dilayani dan ditiru caranya. Sudah tahu politisasi agama itu salah kok terus digoreng. Kita hanya mau membalas boss! Dalih kubu sebelahnya. Membalas dengan menggunakan cara orang bodoh? Lalu apa bedahnya anda dengan si bodoh? Yang muncul sekarang apa? Tantangan baca ayat lah, tantangan Sholat lah. Hey! Ibadah itu urusan individu dengan Tuhannya! UUD menjamin kebebasan untuk beribadah.

Tidak patut manusia berlagak seperti Tuhan yang menilai ibadah orang lain. Apakah tataran ibadah hanya di gerakan dan merdunya suara? Tidak! Orang kalau taat beragama, mau apapun agamanya akan terlihat dari perilakunya! Karena tidak ada satu agama pun yang tidak mengajarkan cinta kasih, dan kebaikan! Jadi sudahlah, hentikan gorengan recehan macam ini. Mari bicara, bagaimana Indonesia bersaing ke depan! Bagaimana rakyat senang di masa yang akan datang.



Kondisi macam ini juga kurang bagus untuk iklim berusaha. Orang mau menanamkan modal juga akan mikir-mikir. Gimana kalau nanti setelah pemerintahan baru ada perubahan regulasi? Perubahannya macam apa, masih abu-abu. Kenapa abu-abu? Karena calonnya sibuk serang hal-hal yang tidak terlalu subtantif dan perlu. Akibatnya apa? Orang menahan diri untuk berinvestasi dan berusaha. Dampaknya apa? Rakyat yang harusnya punya peluang lapangan kerja baru hilang sudah! Siapa yang susah?

Siapa yang menyusahkan? Politisi di sana, entah mikir sampai sini atau tidak ya? Bahwa setiap pernyataan mereka itu didengar, bahkan mendapat respon dari para pelaku usaha. Coba kalau narasi yang dibangun hari ini adalah, ekonomi akan seperti bla..bla..bla... Jalan menuju ke sana seperti ini, kalau meleset kami akan memakai plan itu! Dua-duanya perang program, kami pelaku usah menyimpulkan dan menyiapkan penyesuaian. Jadi siapapun yang berkompetisi dan terpilih, tidak jadi soal karena sudah diperkirakan!



Usaha tidak akan terganggu karena suksesi politik dan rakyat tetap happy tanpa terkotak-kotak. Kondisi kita? Seolah akan perang dunia! Narasinya mencekam, mau main bola saja susah. Coba cek kapan Liga Indonesia akan berputar? Nanti setelah pemilu! Bayangkan, jika Inggris menetapkan model beginian. Apa tidak galau nunggu laga Bango yang harus ditunda karena pemilihan perdana menteri.

Well, semoga ini yang terakhir. Semoga pemilu-pemilu ke depan, yang seperti ini tidak akan terjadi. Hal pertama yang harus kita semua sadari adalah, Pemilu adalah untuk kita. Siapapun pemenangnya. motivasinya adalah kerja untuk Indonesia. Jadi siapapun yang menang akan disambut dengan bahagia, bukan bermuram durja dan ngamuk berjamaah sepanjang tahun. Salam Damai.



Merdeka!

Ide Tulisan : Resolusi diri sendiri
Sumber Gambar : sini, sini, sini, sini