Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

president.trumpAvatar border
TS
president.trump
Duh, Korban Gempa di Pidie Jaya Masih Dipungli, Tega Amat!
Duh, Korban Gempa di Pidie Jaya Masih Dipungli, Tega Amat!
Rabu, 02 Januari 2019 – 15:43 WIB


Duh, Korban Gempa di Pidie Jaya Masih Dipungli, Tega Amat!


jpnn.com, MEUREUDU - Proses rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan korban gempa di Pidie Jaya (Pijay), Aceh, ternyata dikeluhkan sejumlah warga setempat.

Kali ini, sederet masalah diungkap ke publik di antaranya pungli, mark up hingga permintaan biaya pembuatan gambar rumah.

Sebelum dibeberkan ke media, warga sempat melayangkan keluhannya ke Kelompok Masyarakat (Pokmas), Konsultan Manajemen (KM) hingga pemerintah setempat.

Rusli AR, warga Gampong Rheng Krueng, Meureudu rumahnya rusak berat saat gempa melanda. Bantuan pembangunan rumahnya senilai Rp 85 juta.

Dipotong pengurus Pokmas dalam dua tahap pencairan dana sebesar Rp 2.950.000, alasannya untuk pembuatan laporan. Potongan berikutnya, Rp110 ribu untuk uang minum orang kantor. Berikutnya, sumbangan anak yatim Rp100 ribu.

"Selain itu ada juga pemotongan 1.5 persen untuk transportasi pengurus Pokmas,"
sebut Rusli, Senin (31/12/2018).

Dia juga memperlihatkan rekapan jumlah barang yang telah dibelanjakan dan dana yang telah dihabiskan Pokmas.

Akibat pemotongan, dirinya terpaksa harus berutang untuk mengerjakan rumahnya itu.


Rusli juga mengaku, Pokmas yang mengelola bantuan melakukan pengelambungan harga barang dan jumlah barang yang dipasok untuk rumahnya.

Menurutnya, jumlah barang yang diterimanya dangan catatan barang yang diberikan pengurus Pokmas padanya sangat jauh berbeda. Dan setiap kali Rusli meminta faktur pembelian, pengurus Pokmas tidak pernah memberikannya, dengan alasan penerima manfaat tidak berhak mengetahui dan memegang faktur.

"Harga barang dinaikan dari harga pasaran. Begitu juga dengan jumlahnya tidak sesuai dengan yang dicatat oleh pemilik rumah dengan pengurus Pokmas," jelas Rusli.

Tak berakhir hingga di situ, ia juga mengaku mendapat ancaman jika membocorkan ini ke publik.

Keluhan lainnya datang dari M. Harun, korban gempa asal Gampong Deah Teumanah, Kecamatan Trienggadeng. Ia mengaku dipersulit saat proses pencairan tahap ketiga.

Sebab menurutnya, sebagai penerima manfaat yang masuk katagori rusak berat, ia harus membuat gambar sendiri. Namun, gambar rumah yang harus dibuat di tengah jalan tersebut, diharuskan dibuat oleh konsultan pendamping.

"Konsulatan Pendamping minta Rp2,5 juta untuk pembuatan gambar. Sebab jika dibuat sendiri, takut tidak diterima dan persulit mereka. Saya tidak tawar dengan harga Rp1,7 juta supaya tidak tidak dipersulit pencairan dana tahap ke tiga," kata Harun.

Anehnya, saat proses pencairan tahap ketiga, ia dipaksa harus menambah Rp500 ribu lagi untuk pembuatan gambar tersebut. Setelah disangupi permintaan tambahan dana, dirinya harus membuat gambar lain. Pasalnya rumah yang dibangun tidak sesuai dengan gambar yang dibuat konsultan.

"Pertama Rp1,7 juta sudah saya setujui, tapi mereka minta tambah lagi Rp500 ribu, yang katanya untuk orang kabupaten. Sekarang saya merasa sangat dipersulit, karena gambar yang mereka buat tidak seuai dengan rumah yang dibangun. Apakah seperti ini yang harus kami terima," keluhnya.

Hingga berita ini diturunkan, Kalak BPBD Pidie Jaya, M Nasir belum dapat dihubungi. Saat upaya konfirmasi dilakukan, bersangkutan menolak telpon. (mag-78/mai)


https://www.jpnn.com/news/duh-korban...ga-amat?page=1



Privinsi Syariah mamen.... emoticon-Cool
1
1.8K
22
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.