Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.




Tak dapat dipungkiri, keterbukaan informasi yang begitu pesat dewasa ini selain membawa pengaruh positif namun juga sebaliknya, membawa efek samping. Akibat arus informasi yang terbuka lebar tanpa filter saat ini, setiap orang dengan bebas menuliskan apapun yang menjadi opininya ke dunia maya melalui sosial media.

Jika dulu, informasi hanya bisa kita dapat dari media mainstream, kini setiap orang bak wartawan yang bisa menyiarkan segala yang dilihatnya, didengarnya, dan dirasanya melalui dunia maya. Tak ada lagi informasi yang bisa disembunyikan ke publik. Namun celakanya, akibat hal ini kita akan sangat susah membedakan mana fakta, mana opini. Semuanya bercampur bak garam di sayur asem.

Terlebih masyarakat kita yang doyanmenshare tanpa memverifikasi terlebih dahulu kebenaran akan informasi yang diterimanya tersebut, membuat kerancuan tersebut semakin menjadi - jadi. Di mata mereka, berita hoax bisa dianggap sebagai fakta. Berita bohong bisa menjadi benar.


Menjelang pemilu yang akan berlangsung tahun depan, secara kebetulan rentetan bencana menerjang Indonesia. Gempa bumi dengan kekuatan 7 SR menghantam Kota Mataram dan sekitarnya pada bulan Juli yang lalu mengakibatkan korban berjatuhan. Gempa yang diakibatkan oleh pergerakan sesar Flores ini hingga 1 Oktober 2018 telah menelan 564 orang korban jiwa.

Belum usai penanganan gempa di Lombok, gempa dengan kekuatan hampir serupa kembali mengguncang. Kali ini gempa ini menerjang Kota Palu dan sekitarnya. Gempa yang diakibatkan pergerakan sesar Palu-Koro ini juga memicu gelombang tsunami dan likuifaksi yang meluluhlantakkan Kota Palu dan sekitarnya. Dua bulan setelahnya, tanpa diawali dengan gempa, tsunami ganti menerjang wilayah pesisir Banten dan Lampung. Tsunami ini diduga oleh adanya longsoran material anak gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda.


Secara sains, ketiga peristiwa bencana ini dapat dijelaskan dengan gamblang. Indonesia yang terletak di cincin api (ring of fire) memang memiliki potensi besar terhadap adanya gempa dan gunung meletus. Setiap pergerakan lempeng bumi akan saling terkait, sehingga jika disuatu wilayah terjadi gempa akibat pergerakan tersebut, bukan tak mungkin lempeng lain akan ikut bergerak dan menyebabkan gempa di daerah lain. Yang terbaru, gempa dengan kekuatan yang hampir sama baru saja mengguncang Filipina.


Namun hal ini terkadang disikapi lain oleh masyarakat Indonesia melalui media sosial. Entah karena memang mereka tidak tahu, atau memang sengaja menghubung-hubungkan dengan peristiwa yang sedang hangat terjadi. Contohnya pada saat terjadi gempa Lombok, ada yang menganggap gempa tersebut terjadi karena dukungan mantan Gubernur NTB, Muhammad Zainul Majdi (TGB) kepada presiden petahana, Jokowi.


Kalimat tersebut diatas adalah salah satu kalimat yang dituliskan oleh netizen pada kolom komentar di akun Instagram TGB yang diunggah pada 1 Agustus yang lalu. Bukan hanya satu, kalimat - kalimat sejenis yang menggambarkan bahwa dukungan politik TGB jadi salah satu penyebab gempa Lombok banyak berseliweran. Sedang pada gempa dan tsunami di Palu, para cocokmologi mengatakan bahwa hal ini dipicu oleh adanya Festival Nomoni yang digelar oleh Pemerintah Kota Palu. Ada pula yang berpendapat, gempa ini dipicu oleh meningkatnya kaum LGBT disana serta penetapan salah satu pemuka agama asal Palu yang menjadi penyebab bencana ini terjadi. Ada pula yang menarik kesimpulan, beberapa daerah yang akhir - akhir ini mengalami bencana adalah daerah yang pada 2014 yang lalu menjadi lumbung suara Prabowo - Hatta.


Dalam kasus ini, pendekatan sains seolah diabaikan. Dan lebih mirisnya, cocokmologi yang dilakukan oleh segelintir orang ini lebih banyak dikait-kaitkan dengan kepentingan politik. Tak ada penjelasan yang masuk akal dan lebih terkesan menggiring opini publik. Sampai kapan hal seperti ini akan terus terjadi?





Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Ini, Ini, dan Ini
Sumur Gambar : Om Google