KKL. Kuliah Kaya Liburan, eh salah maksudnya Kuliah Kerja Lapangan. Apa yang pertama kali kalian pikirkan ketika mendengar hal tersebut? pelesiran? liburan? atau hanya sekadar buang-buang uang? Jelas tidak. Tujuan diadakannya KKL ini sangatlah baik jika dilaksanakan dengan baik pula. Sebelum saya membahas lebih dalam lagi terkait dengan keresahan program atau mata kuliah ini, saya akan memberitahukan bahwa alasan mengapa hal ini perlu dibahas. Untuk kali ini mungkin saya akan memfokuskan pembahasan pada program KKL bagi mereka yang berkecimpung dengan program studi pendidikan yang nantinya jika lulus akan menjadi seorang guru. KKL yang seharusnya menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk meningkatkan kualitas teorinya di dalam kelas dengan melihat langsung atau mempraktekan apa yang telah ia pelajari ini justru seolah-olah menjadi kegiatan yang sangat tidak penting. Mengapa? ini dia penjelasannya.
Spoiler for 1. Tujuan diadakannya KKL:
Tujuan diadakannya KKL
Sebelumnya, kita perlu menjabarkan sedikit mengenai tujuan diadakannya KKL ini terlebih dahulu. Jelas bahwa tiap intansi perguruan tinggi baik di bidang program studi atau yang lainnya, dalam menentukan atau menjalankan program pasti memiliki tujuan dan pencapaian itu sendiri. namun apakah tujuan yang telah tertulis akan terlaksana sebagai mana mestinya? Mungkin tidak. Secara umum, Kuliah Kerja Lapangan diadakan dengan maksud mengunjungi tempat intansi yang terkait dengan program studi yang kita pelajari dan didalamnya dimaksudkan agar mahasiswa lebih memahami suatu hal bukan sekadar teori, selain itu wawasan mahasiswa juga diharapkan lebih meningkat setelah program ini terlaksana. Ya kurang lebih seperti itulah tujuan dari diadakannya KKL. Tapi apakah KKL dilakukan hanya sekadar untuk menambah wawasan? harusnya tidak. KKL pada program studi pendidikan seharusnya bukan semata-mata mencari contoh bagaimana pendidikan yang lebih baik, jika pun saat ini kita mendapat predikat program studi terbaik di Indonesia, harusnya kita bisa menyebarkan hal positif itu atau memberikan wawasan lebih kepada mereka yang masih belum baik karena kita sudah mendapat predikat terbaik.
Spoiler for 2. Mengapa Harus ke Luar Negeri:
Mengapa Harus ke Luar Negeri
Beberapa intansi perguruan negeri nyatanya masih memegang konsep bahwa dengan berkunjung ke luar negeri maka kualitas dari diri kita akan semakin baik. Benar memang bahwa pepatah mengatakan "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina" tapi nampaknya pepatah tersebut telah disalahartikan oleh mereka yang menilai bahwa Kuliah Kerja Lapangan harus dilakukan ke luar negeri. Terlebih jika alasan kesepakatan itu dilatarbelakangi dengan pernyataan bahwa program studi pendidikan "kita" adalah yang paling baik di Indonesia. WHAT THE.... Lantas haruskah kita selalu melihat ke atas dengan adanya pernyataan seperti itu? Harusnya sih tidak. Jika memang seperti itu maka ada yang salah dari tujuan diadakannya KKL ini. KKL harusnya tidak melulu mencari contoh kualitas program studi yang lebih baik, tapi memberikan contoh bahwa dengan kualitas kita yang baik maka kita bisa memberikan sesuatu pada mereka yang belum baik.
Spoiler for 3. Apakah di Dalam Negeri Sudah Baik:
Apakah di Dalam Negeri Sudah Baik
Dalam soal pendidikan, entah dari mana asalnya pernyataan kualitas suatu program studi dikatakan paling baik di Indonesia? apa format penilaiannya? Cara mengajar dosen? perbendaharaan kualitas buku di perpustakaannya? Tingkatan dosen yang sudah banyak memegang gelar doktor? atau fasilitas di program studi tersebut sudah memakan machine learning dalam kegiatan perkuliahannya. Jelas ini adalah suatu tindakan subjektif. Apakah dengan predikat program studi terbaik di Indonesia maka mahasiswanya adalah mahasiswa yang penuh dedikasi yang selalu mengedepankan integritas dan disiplin tinggi dalam memajukan pendidikan di Indonesia? nyatakan tidak. Jika memang seperti itu maka kualitas lulusannya tidak ada yang menjadi bankir melainkan terjun ke dunia pendidikan. Itu artinya kualitas diri kita pun masih sangat kurang dan jika memang sudah menjadi yang terbaik, lantas apakah teman-teman kita dengan program studi yang sama di dalam negeri juga sudah baik. Pasti tidak, untuk itu seharusnya kita bisa menengok ke bawah untuk persoalan ini. Kita seharusnya melakukan sharing kepada mereka yang jelas membutuhkan masukan yang lebih.
Kita coba tarik contoh sederhana, semisal prodi yang terbaik ada di Kota Jakarta, mereka mengadakan KKL ke luar negeri dengan alasan ingin mencari contoh yang lebih baik lagi. Lalu di sisi lain Prodi yang kurang baik ada di Kota Makassar, mereka mengadakan KKL ke Jakarta karena menganggap yang di Jakarta adalah yang paling baik, namun ternyata mereka yang di Makassar terkendala untuk ke Jakarta, alhasil mereka mengurungkan niatnya untuk ke Jakarta. Dari kondisi tersebut, apabila kita memiliki integritas yang tinggi maka seharusnya mereka yang di Jakarta mengadakan KKL ke Makassar untuk bisa berbagi ilmu pengetahuan kepada mereka yang jelas membutuhkan. Mindset "Kita ini yang paling baik di negeri ini" membuat sebagian besar pola pikir kapitalis tumbuh di dalamnya.
Spoiler for 4. Biaya ke Luar Negeri Lebih Murah:
Biaya ke Luar Negeri Lebih Murah, Coba Hitung Lagi
Selain alasan predikat yang terbaik di negeri ini, ternyata ada alasan lain dibalik kesepakatan pergi ke Luar Negeri, yakni biaya yang lebih murah. Memang jika dari Jakarta ke malaysia atau ke Singapura lebih murah jika dibandingkan kita ke Makassar dengan menggunakan akomodasi pesawat. Tapi perlu diingat bahwa biaya bukan sekadar tiket pesawat melainkan ada hal lain di luar ongkos itu. Mudah memang jika bagi mereka yang sudah memiliki paspor, tapi bagaimana dengan yang belum? tentunya harus mengurus terlebih dahulu, artinya ada biaya lain selain ongkos. Kemudian, kita perlu menukarkan rupiah menjadi mata uang negera yang kita tuju, apakah nominalnya akan sama? jelas tidak, kita harus menukar lebih banyak. Ini jelas kita perlu mengeluarkan uang lebih jika ke luar negeri. Apabila mereka dengan tegas mengatakan bahwa biaya dalam negeri lebih mahal maka mereka tidak melihat ke bawah.
Spoiler for 5. Harusnya Bisa Lihat Mahasiswa yang Kurang Mampu:
Harusnya Bisa Lihat Mahasiswa yang Kurang Mampu
Apabila beberapa pihak menekankan dan melakukan kesepakatan secara sepihak tanpa adanya tampungan aspirasi dari mahasiswa maka jelas bahwa mereka khususnya para dosen tidak melihat kondisi dari mahasiswa-mahasiswanya terutama mahasiswa yang dikatakan kurang mampu. Saya bicara seperti ini karena saya pribadi telah mengalami masa ini dan pada waktu itu pihak dosen dengan kekehnya ingin mengadakan kunjungan ke luar negeri, jelas ini terlalu sepihak jika kita menuruti kemauan mereka. Saya dan teman-teman terus berjuang dan mempertahankan bahwa KKL di dalam negeri tidak merugikan apapun dan siapa pun. Beruntung jika mereka mahasiswa yang kurang mampu ini mendapatkan beasiswa dalam perkuliahannya namun beasiswa itu rata-rata digunakan untuk biaya semester. Apa jadinya jika uang tersebut digunakan untuk pelesir ke luar negeri? dengan maksud menuruti keinginan kalangan mereka.
Spoiler for 6. Mahasiswa dan Wakil Rakyat Sama:
Pantas Wakil Rakyat Sukanya Pelesiran, Mahasiswanya Juga
Tak heran apabila Kuliah Kerja Lapangan ini dilakukan secara rutin untuk menengok barang belanjaan "branded" dengan harga yang kataya miring. Mahasiswa tidak perlu protes apabila ada wakil rakyat yang secara santai melakukan kunjungan kerja ke luar negeri secara rutin, jika sesekali ya wajar tapi kalau rutin apa masuk akal? Nah dari situ maka tak perlu protes karena mahasiswa pun sejak dini sudah diajarkan untuk pelesiran. Kita pun yang bekas mahasiswa juga sudah tak asing dengan pelesiran-pelesiran tersebut, karena saya dan rekan lainnya sudah paham dimana busuknya.
Itu dia penjabaran dari saya terhadap program KKL yang seharusnya menjadi wadah bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas pendidikannya namun nyatanya harus pasrah dengan tuntutan segelintir pihak yang kekeh untuk berlenggang ke luar negeri. Tulisan ini tidak ada maksud apa-apa, hanya saja cukup disayangkan demi 2 sks, mahasiswa harus merogoh kocek yang begitu dalam dengan kenyataan bahwa di tempat tujuan "Luar Negeri" mereka hanya menyaksikan temannya melakukan presentasi atau sekadar mendengarkan pembicara dalam presentasi KKL. Saya yakin pula bahwa tulisan ini tidak akan memengaruhi para dosen yang kekeh itu karena mereka terlalu sibuk dengan urusan akreditasi. Tapi bagaimana dengan mahasiswanya? Entah, mungkin saat ini sedang nongkrong di kedai kopi yang gelasnya ditulis nama mereka dengan spidol.