Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mendoan76Avatar border
TS
mendoan76
Ahli BPPT Widjo Kongko Ingatkan Tetap Ada Potensi Tsunami 57 Meter
Ahli BPPT Widjo Kongko Ingatkan Tetap Ada Potensi Tsunami 57 Meter* Ahli BPPT Widjo Kongko Ingatkan Tetap Ada Potensi Tsunami 57 Meter

IDNTimes
2018/12/26 19:43
Mengikuti

Jakarta, IDN Times – Perekayasa Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko mengingatkan adanya potensi tsunami besar yang ‘menghantui’ Kabupaten Pandeglang, Banten.

“Kalau misalnya, moga-moga tidak, tapi potensi itu tetap ada yang di megathrust itu kemudian terjadi, ya toh berarti di Pandeglang bisa lebih dari 20 meter, apakah mereka (masyarakat) siap?” kata Widjo saat dihubungi IDN Times, Rabu (26/12).
Widjo pernah memaparkan kajiannya akan potensi tsunami besar setinggi 57 meter dalam kegiatan seminar ilmiah BMKG yang berjudul 'Sumber-sumber Gempabumi dan Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat' pada 3 April 2018.

1. Tsunami Banten yang terjadi lebih kecil dari model yang ia kaji

Kabid Mitigasi Bencana Persatuan Insinyur Indonesia (PII) ini mengatakan, meski sumber gempa berbeda dari yang analisis pada April lalu, namun dampak secara umum yakni tsunami sama.

“Padahal ini sumber dari Krakatau yang hitungannya 1/5 bahkan 1/10 kecilnya daripada yang saya modelkan dulu,” katanya.

2. Ia tidak menyangka jumlah korban akan setinggi ini dari tsunami setinggi 8 meter

Widjo mengaku terkejut dengan jumlah korban tsunami Banten. Ia kembali mempertanyakan apakah masyarakat dan pemerintah siap menghadapi potensi tsunami yang lebih besar.

“Apalagi kalau misalkan di bagian barat itu sekitar 10-15 meter. Bukan yang di bawah, kalo di bawah itu ada yang 50 meter memang. Di Serang, Banten juga kira-kira sekian. Di sana banyak industri petrokimia dan lain-lain, apakah mereka sudah memikirkan itu?” jelasnya.

Widjo menyatakan potensi tsunami besar di Banten belum bisa lepas, namun untuk ketinggian ia tidak bisa menyebut pasti meski adanya potensi setinggi 57 meter yang pernah ia paparkan.

“Kalau yang sumber megathrust tetap potensi karena belum lepas ini. Tetap ada kalau itu. Tingginya tergantung berapa. Gak ada kaitan langsung dengan yang sekarang terjadi. Yang sekarang kan (Gunung) Anak Krakataunya, lebih ke longsor,” ujar Widjo.

3. Saat ini Indonesia masih belum siap bencana tsunami

Pria kelahiran 1967 ini mengatakan Indonesia masih belum siap dengan bencana tsunami. Ia merujuk pada video band Seventeen yang viral di media sosial.

“Mereka lagi enjoy, tiba-tiba muncul (tsunami). Gak ada peringatan sama sekali, kita gak siap. Kalau ada ngomong kita siap, gak ada cerita, keliru,” katanya.
Ia juga mengakui saat ini Indonesia tidak punya peringatan tsunami non-tektonik, ia pun menolak jika BMKG menjadi kambing hitam apabila terjadi tsunami.

“Sekarang, peringatan dini yang gak ada. Emang gak ada. Memang peringatan dini non-tektonik kita gak ada. Jadi BMKG gak bisa disalahin,” ucapnya.

“Makanya perlu dibenerin peringatan dini supaya bisa melakukan peringatan dini non-tektonik,” imbuh Widjo.

4. Hasil kajian Widjo bulan April lalu tentang potensi tsunami 57 meter

Dalam presentasinya April lalu, Widjo menyebut potensi tsunami setinggi 57 meter terjadi di Kabupaten Pandeglang, Banten. Ia mengungkap potensi gempa besar di daerah subduksi di selatan Jawa dan Selat Sunda menjadi pemicunya.

“Karena di buku gempa 2017 ('Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia' tahun 2017 yang disusun Kementerian PUPR) dicantumkan ada (gempa) mulai dari 8,5 hingga 9 magnitude. Saya hanya memakai sumber itu,” katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, peta tersebut menggambarkan tiga potensi gempa bumi megathrust di lokasi dekat dengan wilayah kajian, yang terdiri atas Enggano (M 8,4), Selat Sunda (M 8,7), dan Jawa Barat-Tengah (M 8,7). Hasil kajiannya menyebut ada beberapa daerah yang berpotensi terdampak tsunami, termasuk Jakarta.

“Saya pakai ketiganya tapi saya konsentrasi di Selat Sunda. Waktu itu menimbulkan tsunami cukup tinggi. Muali dari Bekasi 3 meter, Jakarta 3 sampai 5 meter, terus makin besar. Lalu di Pandeglang sisi Selatan, bukan yang di Tanjung Lesung, yang menghadap Samudera Hindia itu ada yang 57 meter,” paparnya kepada IDN Times.

5. Hasil kajian yang sempat membuat heboh

Widjo mengatakan tidak ada masalah pada kajian itu, namun saat itu banyak media yang hadir dan ada kesalahan. Ia pun sempat dipanggil pihak kepolisian untuk diminta klarifikasi.

“Kemudian dikutip oleh media, jadi heboh. Tapi sudah selesai, gak masalah. Waktu itu sempat ditelepon (kepolisian), klarifikasi karena mereka banyak terima laporan ada warga resah,” kata Widjo.
++++
Gimana koment agan2...
Bujur buneng..mmg bisa ya tsunami tinggi 57meter?....kalo disamain sama gedung tower.sampe berapa lantai ya tuh? 30 lantaikah?..

+++++
Pascatsunami Selat Sunda, Persatuan Insinyur Indonesia Usulkan Hal Ini kepada Pemerintah* Ahli BPPT Widjo Kongko Ingatkan Tetap Ada Potensi Tsunami 57 Meter

Tribun Medan
2018/12/25 22:08
Mengikuti

TRIBUN-MEDAN.com - Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada keluarga korban tsunami di Banten dan Lampung. Ketua Umum PII Heru Dewanto, ada beberapa rekomendasi terkait bencana tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung. Rekomendasi ini bertujuan untuk penanganan bencana serupa di Indonesia di masa depan.

Menurutnya, pemerintah perlu membangun sistem Peringatan Dini Tsunami tidak hanya yang disebabkan gempa tektonik (seismik) tapi juga gempa non tektonik seperti gempa vulkanik yg terjadi di selat Sunda.

Pembangunan ini meliputi subsistem di hulu (di tengah laut) berupa sistem sensor pemantau perubahan muka laut seperti buoy, kabel bawah laut, dan radar. Saat ini baru ada sistem peringatan dini di pantai, bukan di hulu. “Pembangunan sistem hulu ini harus terintegrasi dengan rantai sistem peringatan dini hingga ke hilir, yaitu masyarakat di daerah yang akan berpotensi terpapar dan para pengelola fasilitas umum yang vital di daerah pesisir,” kata Heru, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (25/12/2018).

Di sisi lain, Heru juga menegaskan bahwa semua pihak harus mengkritisi sikap fatalisme yang sudah berakar di negeri ini dalam menyikapi potensi bencana. "Yaitu sikap pandang untuk menyerahkan urusan bencana ke tangan sang nasib, akibatnya kita ogah berinvestasi agak besar utk memitigasi bencana. Padahal, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, dengan sistem mitigasi bencana dari hulu ke hilir, korban dan dampak bencana dapat diminimalisir bahkan dihindari. "

Sementara itu, Widjo Kongko, ahli tsunami PII yang juga Ketua Bidang Mitigasi Bencana PII memaparkan kondisi dan situasi tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung adalah peristiwa fenomenal, memang ini kejadian jarang dan tidak lazim. Tsunami yang terjadi kali ini tidak didahului oleh gempa tektonik sehingga masyarakat di sekitar pantai tidak sadar untuk melakukan evakuasi mandiri.

“Sistem Peringatan Dini Tsunami yang dipicu oleh bukan gempa tektonik tidak ada, sehingga pihak otoritas atau Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika tidak dapat mengeluarkan peringatan dini ke masyarakat,” jelasnya.

Dia mengungkapkan kelemahan sistem operasional peringatan dini saat ini, yang hanya mengantisipasi tsunami akibat gempa tektonik. “ *Sistem Peringatan Dini Tsunami BMKG baru akan bekerja jika sumber tsunaminya adalah gempa tektonik. Sistem peringatan dini yang sumbernya bukan dari gempa tektonik seperti saat ini tidak tersedia di BMKG.”*

Kejadian tsunami kali ini mengingatkan kembali pada hasil penelitian Dr. Widjo Kongko yang disampaikan pada seminar tertanggal 3 April 2018 lalu dalam paparannya bertajuk “Potensi Tsunami Jawa Barat” yang merupakan hasil dari sejumlah skenario pemodelan. Widjo mengatakan bahwasanya PII siap untuk melakukan kajian perihal mitigasi kebencanaan khususnya yang disebabkan tsunami bersama dengan stakeholder lainnya.

Menurutnya lagi, pemerintah harus mendorong penegakan hukum atas regulasi terkait dengan kelola tata ruang pemanfaatan daerah pesisir berbasis kebencanaan, terutama penentuan Batas Sempadan Pantai sesuai dengan Perpres 51/2016.

“Perpres mengamanatkan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota e dalam Perda (RTRW) Kabupaten/Kota, dimana *penghitungan batas sempadan pantai utk daerah tertentu yang berpotensi tsunami juga harus memperhatikan perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami.* Jadi tidak semua daerah garis sempadan pantainya sama 100 m” tutur Widjo.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pelajaran dari Tsunami Selat Sunda, Ini yang Sebaiknya Dilakukan Pemerintah
0
4.6K
32
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.2KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.