Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

beyoungcarerockAvatar border
TS
beyoungcarerock
Paling 'Menghibur' di 2018: Hoax Oplas hingga Bidan 'Ngegas'
Paling 'Menghibur' di 2018: Hoax Oplas hingga Bidan 'Ngegas'

Jakarta - Informasi kesehatan merupakan salah satu informasi paling banyak diminati, apalagi jika info tersebut dapat menginspirasi sebagian masyarakat. Tetapi tidak sedikit pula informasi kesehatan yang bikin 'ngakak'.

Dirangkum dari data mood rating yang dipilih pembaca, ada 5 artikel detikHealth yang dianggap paling 'menghibur'. Mulai dari hoax tentang operasi plastik hingga cerita tentang bidan 'ngegas' saat berdebat soal vaksin.

Selengkapnya, bisa disimak di slide berikut.

1. Proses penyembuhan luka oplas

Paling 'Menghibur' di 2018: Hoax Oplas hingga Bidan 'Ngegas'

Aktivis Ratna Sarumpaet sempat jadi perbincangan setelah disebut-sebut jadi korban penganiayaan, namun belakangan diketahui hanya mengalami lebam akibat tindakan operasi plastik.

Menurut keterangan pakar, berbagai tindakan dengan sayatan pasti meninggalkan bekas. Lokasi dan perawatan bekas luka yang menentukan jejak tersebut bisa dilihat jelas atau tersembunyi. Hal ini adalah respon alami tubuh terhadap luka besar atau kecil.

Diketahui dari situs Premier Plastic Surgery Arts of Voorhies, New Jersey, proses penyembuhan seharusnya tidak jadi masalah. Namun pada beberapa kasus, lukanya telah sembuh, mengalami infeksi, atau tidak dirawat dengan baik. Ada juga yang secara genetis rentan terhadap luka hingga menjadi keloid.

"Dokter biasanya tahu cara menyembunyikan lukanya," kata dokter bedah plastik William Franckle, dikutip dari situs tersebut, Rabu (3/10/2018).

Franckle mengatakan, ada tiga tahap penyembuhan luka yang mempengaruhi tampilan dan fungsi tubuh. Pertama adalah fase inflammatory selama beberapa hari usai operasi. Luka bekas oplas terlihat merah, bengkak, dan sakit bila disentuh. Hal ini diakibatkan sel tubuh sedang memproduksi senyawa, untuk persiapan penyembuhan luka.

Setelah 6-8 minggu, luka memasuki fase proliferasi yang ditandai ukuran luka makin besar. Pasien biasanya terus menerima kolagen untuk memperbaiki kondisi luka. Tahap terakhir adalah remodelling yang berlangsung 4-12 bulan. Bekas luka semakin kecil dan halus dengan kolagen yang diproduksi tubuh, bukan ditambahkan dari luar.

2. Fobia jarum suntik

Paling 'Menghibur' di 2018: Hoax Oplas hingga Bidan 'Ngegas'

Pasangan bakal capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno menjalani rangkaian pemeriksaan kesahatan guna syarat untuk maju di Pemilihan Presiden 2019 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Senin (13/08/18).

Di tengah rangkaian pemeriksaan, Prabowo Subianto mengunggapkan rasa takut terhadap jarum suntik. Meski cuma bercanda, pengakuan ini mengingatkan bahwa fobia terhadap jarum suntik memang benar-benar ada. Trypanophobia namanya.

Psikiater dari RSAU Dr M Salamun Bandung, dr Yuliana Ratna Wati SpKJ, menjelaskan bahwa seseorang bisa mengalami fobia atau ganguan cemas dan takut terhadap jarum suntik, antara lain karena mengalami trauma dengan yang berkaitan dengan jarum suntik.

"Jarum suntik dalam hal ini sebagai objek fobiknya. Terjadinya ya macam-macam faktor, salah satunya mungkin pernah mengalami trauma yang berkaitan dengan jarum suntik. Misalnya dari kecil ditakut-takuti kalau nakal diancam akan disuntik," jelas dr Yuliana.

Sementara itu, dr Wayan SpKJ dari RSUD Koja Jakarta Utara juga menjelaskan hal serupa. Fobia atau rasa takut dapat, menurutnya terjadi karena trauma yang terjadi pada pengalaman hidup.

"Phobia itu akan sejenis gangguan cemas, rasa takut kepada sesuatu yang tidak berbahaya, contohnya seperti jarum suntik, mereka bisa menghindar ya, dan penyebabnya bisa beda-beda," ujarnya.

3. Bintang porno di situs antivaksin

Paling 'Menghibur' di 2018: Hoax Oplas hingga Bidan 'Ngegas'

Sebuah artikel tentang anti vaksin menjadi perbincangan hangat. Bukan karena muncul di tengah wabah difteri yang melanda beberapa daerah di Indonesia, tapi karena menampilkan sosok bintang film dewasa.

Dalam artikel tersebut, Dr Bernard Mahfoudz, yang disebut sebagai pakar anti vaksin asal Amerika Serikat, membeberkan sisi-sisi gelap riset pengembangan vaksin. Intinya, vaksinasi disebut sebagai salah satu upaya Amerika Serikat untuk menguasai dunia.

Tak lupa, artikel yang dipublikasikan pada Juni 2017 tersebut juga memajang foto Dr Bernard. Sayangnya, banyak yang mengenali foto tersebut dan memastikan bahwa pria kulit putih berkepala plontos tersebut bukan dokter melainkan seorang aktor film dewasa.

Dalam berbagai kesempatan, gencarnya kampanye anti vaksin dituding sebagai salah satu penyebab munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri di berbagai daerah.

4. Trauma psikologis Ratna Sarumpaet

Paling 'Menghibur' di 2018: Hoax Oplas hingga Bidan 'Ngegas'

Aktivis Ratna Sarumpaet diduga mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh sekelompok orang tak dikenal pada 21 september lalu. Akibatnya, ia disebut mengalami trauma dan menolak foto-fotonya disebarluarkan. Belakangan, ia diketahui hanya mengalami lebam akibat prosedur operasi plastik.

Trauma merupakan istilah medis yang berarti luka. Dijelaskan oleh Danika Nurkalista, psikolog dari Yayasan PULIH, trauma psikologis bisa diartikan luka psikolog yang disebabkan oleh peristiwa yang traumatis yaitu peristiwa yang mengagetkan, di luar kendali, mengancam keutuhan diri secara fisik maupun mental.

Kekerasan fisik seperti yang dialami oleh Ratna Sarumpaet bisa menimbulkan trauma apabila tergolong pengalaman traumatis. Danika menyebutkan dampak trauma ada beberapa fase, misal dampak yang segera terjadi setelah kejadian traumatis adalah respon shock.

"Coba saja bayangkan bisa diri sendiri yang diserang? Kaget luar biasa kan? Dan juga ada rasa takut yang kuat. Takut akan keselamatan diri," imbuh dia.

Ada beberapa tanda yang bisa kita kenali jika seseorang mengalami trauma psikis atau psikologis. Misalnya, seperti terlihat gemeter, hilang arah, tak fokus apabila diajak berbicara seperti biasanya dan terlihat sering melamun saat bicara.

5. Bidan 'ngegas' debat soal vaksin

Paling 'Menghibur' di 2018: Hoax Oplas hingga Bidan 'Ngegas'

Vaksin diperlukan untuk mencegah wabah penyakit. Namun berbagai isu yang bermunculan mulai dari kehalalan hingga keamananya membuat beberapa kalangan terutama para ibu jadi khawatir. Dampak yang terjadi ada beberapa orang tua yang lebih memilih agar anaknya tidak divaksin.

Salah satu contoh kasus tersebut terekam dalam cuplikan layar di media sosial yang viral. Seorang netizen mengunggah percakapan antara dua orang yang diduga seorang bidan dengan pasiennya.

Dalam percakapan sang pasien tidak ingin anaknya kelak divaksin dengan alasan karena tidak halal dan sedang tidak dalam darurat wabah. Ia juga menyebut bahwa tenaga kesehatan yang menyarankan vaksin sama seperti sales.

Pecakapan tersebut viral karena bidan menunjukan bagaimana caranya menghadapi pasien yang bersikeras tidak ingin anaknya divaksin.

Sumber


Sampai jumpa di tahun 2019 dengan lawakan2 segar nya kembali emoticon-Wakaka emoticon-Wkwkwk emoticon-Wakaka


Hulahiiiii emoticon-Belgia emoticon-Belgia emoticon-Belgia
Diubah oleh KASKUS.HQ 26-12-2018 03:03
11
7.7K
54
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.