claymiteAvatar border
TS
claymite
8 Film Sci-fi Mindblowing Yang Bikin Otak Jenius !








Apakah disini ada yang belum menonton Inception ? Buah mahakarya orisinil dari sutradara yang kerap didewakan, Christopher Nolan. Inception adalah film fiksi ilmiah yang berbalut action-thriller, dan bersetting di dunia entah kapan ketika ada teknologi dream sharing, yaitu teknologi yang membuat seseorang masuk ke dalam mimpi orang lain. Bercerita mengenai sekelompok tim (illegal) yang bertugas untuk menanamkan ide ke otak seseorang melalui mimpi. Intinya, film ini bercerita mengenai mimpi dan saya yakin sebagian dari kalian udah pernah menonton film ini, karena memang lumayan terkenal di kalangan general viewers (mengingat film ini datangnya dari sosok Nolan).

Film ini adalah ide gila mengenai mimpi, dan Nolan membuat tema mengenai mimpi tersebut lebih enjoyable. Yup, setidaknya film ini lebih mudah dipahami dan lebih ringan dibandingkan beberapa list thread ini kedepan. Yang membuat film ini agak mind-blowing yaitu tingkatan dalam mimpi tersebut (ada mimpi di dalam mimpi, lalu mimpi lagi di dalam mimpi, dst), namun sebenarnya kalau kalian gak mikir terlalu dalem (dan gak mikir konsep mimpi mereka) film ini termasuk jenis film yang mudah dinikmati.

Selain dari segi tema tentang mimpi yang menarik, film ini juga menyajikan visual effectdan sinematografi yang apik. Menyenangkan ketika melihat Inception bisa "melengkungkan dunia" sedemikian rupa saat masuk alam mimpi. Film ini juga mengandalkan Practical effect, salah satunya saat Arthur berlaga di lorong "muter-muter" itu yang merupakan scene paling ikonik di film ini. Konsep desain yang berkesan sleek dan modern pun makin menambahkan kesan megah film ini. Cast hampir seluruhnya A-List, mulai dari Leo, sampai Michael Caine. Dilanjut, salah satu scoring terbaik dari sang master Hans Zimmer, yang berjudul "Time" (yang sampai membuat saya terhanyut emosi sampai dijadikan playlist musik saya). Sampai akhirnya, Christopher Nolan mengakhiri film ini dengan elegan menggunakan ending cliffhanger.







Source Code adalah film sci-fi yang komplit ; you will get drama, you will get twist, you will get confusing science logic, and you will get boom. Sepanjang durasi 93 menit yang berjalan, kalian gak akan merasakan kejenuhan sedikitpun selama masih mengikuti alur cerita yang berisi petualangan sekaligus misteri yang ada di film ini. Bercerita mengenai Stevens yang terbangun di sebuah kereta, didepan seorang wanita yang tak dikenal bernama Christina ; yang herannya, mengenalnya dan kerap memanggilnya dengan nama Sean. Stevens kebingungan, karena ingatan terakhirnya ia berada di helikopter di Afghanistan, ditambah lagi ternyata ia sedang berada di tubuh seorang dosen yang bernama Sean Fentress (ini sebabnya Christina memanggilnya dengan nama itu).

Ditengah kebingungannya tersebut, boom ! Kereta tersebut meledak. Apakah Stevens mati ? Tidak, dia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan gelap bersama seorang kapten wanita yang menjelaskan bahwa Stevens sedang dalam misi dibawah kendali "Source Code". Lewat program ini, Stevens bisa masuk ke dalam tubuh seseorang (dalam hal ini, Sean Fentres). Perintahnya jelas, doi harus menemukan sebuah bom dalam kereta, bagaimana caranya ? Well, Stevens akan dibawa kembali ke situasi yang sama, dengan variasi aktivitas didalamnya yang masih sama. Stevens diberi waktu selama 8 menit untuk menemukan bom tersebut sebelum kereta itu meledak lagi.

Hmm, cukup sampai situ dulu ya, karena esensi plot film ini cukup penting dan penuh dengan kejutan. Keseluruhan film ini sangat menarik, sooo interesting. Itulah sebabnya kenapa saya bilang kalian gak bakal mengalami kejenuhan sepanjang cerita selama mengikuti alur cerita yang ada. Source Code ternyata memang lebih complicated dibandingkan eksperimen "temukan bom dalam kereta". Kemampuan akting Jake Gyllenhaal yang berperan sebagai Stevens gak perlu diragukan lagi. Duncan Jones, sang sutradara yang sebelumnya terkenal lewat karya debutnya 'Moon' menyajikan film sci-fi dengan "hati" yang membuat kita secara perlahan bisa terekat-ekat melalui jalinan ceritanya yang jenius.







Ini dia karya debut Duncan Jones yang amat sangat brillian. Sebuah film "tersembunyi" yang sangat sayang dilewatkan bagi para pecinta film yang senang dibuat penasaran dan berpikir. Film ini merupakan angin segar bagi genre sci-fi disaat film-film sci-fi lainnya yang lebih mengutamakan pameran CGI dan menggambarkan setting futuristik, dan terkadang melupakan sisi cerita. Film ini lebih mengetengahkan sisi science dan psikologis manusia yang ada didalamnya ketimbang memamerkan efek tercanggih dalam parade CGI. Bagaimana psikologis sosok astronot yang hampir 3 tahun ruang angkasa hanya bersama seorang robot untuk menemaninya ?

Di masa depan, sebuah perusahaan bernama Lunar Industries sanggup memaksimalkan sumber energi untuk Bumi. Untuk itulah dibangun pangkalan di Bulan, dan seorang astronot yang bernama Sam, ditugaskan selama 3 tahun untuk menjaga dan mengoperasikan pangkalan tersebut yang hanya ditemani oleh sebuah robot yang bisa berbicara untuk menemaninya. Gila ya, kita seminggu saja gak berinteraksi langsung dengan sesama manusia udah ngerasain efek psikis-nya tersendiri. Gimana jika selama 3 tahun sendirian di luar angkasa sana ? Ini sebabnya Sam selalu mengalami halusinasi sampai halusinasinya tersebut membuat Sam mengalami kecelakaan.

Buat kalian pecinta sci-fi seperti Star Wars, Star Trek, dan Avatar yang merupakan film dengan sejuta efek spesial canggih mungkin akan bosan dengan tontonan seperti ini. Tapi jika kalian merupakan pecinta film yang menyukai jenis tontonan yang berbeda dan lebih mengutamakan cerita, film ini akan menjadi angin segar bagi kalian. Lagi-lagi, Duncan Jones berhasil membuahkan karya jenius dengan twist thoughtful yang bikin garuk-garuk kepala. Ditambah scoring yang benar-benar "sakit" dan menyayat hati dari Clint Mansell. Oh iya, jangan lupakan "one man show" dari Sam Rockwell, aktor underrated yang berhasil memainkan karakter Sam dengan brillian.







Predestination, salah satu film sci-fi dengan premis paling "sakit" sejauh ini. Judul Predestination sendiri aja sudah punya makna "suatu hal yang dituliskan Tuhan", atau dengan kata lain "takdir". Kata-kata dari posternya juga sangat menarik banget ; to save the future, he must protect his past. Film yang membuat kita diajak bersenang-senang melalui konsep time travel penuh twist-nya, film yang membuat kita dibawa tenggelam melalui drama-nya. Sungguh produk langka film yang bisa menyeimbangkan antara hiburan dan kedalaman cerita seperti ini. Apalagi kekelaman hidup mengenai takdir yang dibawakan film ini terasa begitu kental akan drama.

Film ini menceritakan tentang seorang agen yang bertugas untuk menghentikkan aksi kejahatan sebelum kejahatan itu terjadi. Bagaimana caranya ? Tentu saja dengan memakai mesin waktu yang berbentuk tas biola dalam film ini. Awalnya, saya mengira film ini termasuk ke jenis film mainstream layaknya blueprint Hollywood yang penuh aksi dan ledakan. Tapi, semua dugaan saya salah ketika fokus film ini beralih pada pembicaraan antara seorang bartender dengan penulis transgender yang mengisahkan masa lalunya yang pilu. Predestination menjadikan sentuhan time travel-nya sebagai jalan untuk mengeskekusi drama kehidupan. Konsep sci-fi disini amat sangat sederhana dan predictable. Konsep paradoks dan ouroboros yang disajikan secara familiar membuat penonton mudah menebak twist-nya jika mengetahui konsep sebab-akibat.

Dibalik itu semua, ternyata ada kejutan dan twist yang lebih "sakit". Kejutan muncul bukan sebagai penghias plot, tapi lebih kepada pembangunan karakter yang sedang dibangun. Disaat banyak sci-fi yang bertemakan time travel mencoba bersikap lebih positif, Predestination justru sebaliknya. Ini merupakan film bertemakan perjalanan waktu paling depresif yang pernah saya tonton. Fakta bahwa kita tidak bisa merubah takdir ditekankan sebagai hal yang memilukan. Saya kagum dengan directing film ini, karena diawal kita akan digiring untuk mempercayai bahwa film ini berkisah tentang upaya balas dendam atau membunuh seseorang di masa lalu (seperti film Looper) karena voice over di intro film ini, tapi ternyata ? Zonk besar !







Lagi-lagi, buah karya dari sang maestro Christopher Nolan, yang bekerjasama dengan Jonathan Nolan sebagai penulis naskah, dan juga Kip Thorne, seorang ahli fisika yang dijadikan konsultan supaya semua aspek dalam film ini terasa sedekat mungkin dengan kenyataan. Banyak banget pertanyaan yang hadir didalam benak kita akan angkasa raya yang luas itu, Apakah ada makhluk lain diluar sana ? Apakah ada tempat selain Bumi untuk ditinggali ? Apakah teori Wormhole benar adanya ? Serta masih banyak pertanyaan lain mengenai misteri yang hadir di angkasa raya. Akhirnya, di tahun 2014 lalu, Nolan menciptakan film sci-fi yang mengulik dunia luar angkasa, dan hebatnya, semuanya terlihat sangat amat mendekati kenyataan.

Interstellar mengambil setting pada masa depan, dimana kondisi Bumi kritis, SDA menipis, banyak hasil panen gagal yang akhirnya menyebabkan sebagian masyarakat kelaparan. Oleh sebab itu, seorang mantan pilot uji NASA yang telah beralih sebagai petani jagung ditugaskan kembali untuk mengeksplorasi luar angkasa, untuk menemukan planet baru yang layak huni untuk kelangsungan hidup manusia. Jujur saja, saya melihat Interstellar ini sebagai film Nolan paling ambisius yang pernah dibuat. Ada berbagai teori dan konsep yang tersaji didalam naskah film buatan Nolan bros ini, sebut saja teori mengenai wormhole, mengenai teori gravitasi dan relativitas, ilmu tata surya, bahkan time travel pun ada disini, yang membuat film ini bukan hanya sebagai dramatisasi sains belaka, tapi lebih berusaha sedekat mungkin dengan kenyataan seperti yang terpapar dalam sains.

Nolan memang dikenal sebagai orang yang amat sangat perfeksionis, bisa kita lihat dari segi dialog dalam film ini juga gak luput dari perhatiannya. Dengan bantuan Kip Thorne yang menjadi konsultan di film ini, Nolan berhasil menciptakan dialog yang scientific. Aspek visual ? Kerjasama debutnya bersama Hoyte van Hoytema (yang kemudian menjadi DoP untuk film doi selanjutnya ; Dunkirk) benar-benar memanjakan mata. Belum lagi komposer andalannya, Hans Zimmer yang membuat scoring yang anti-mainstream dan unik. Banyak yang bilang bahwa film Nolan kurang luar biasa karena kurang memiliki "hati" (ingat kutipan ini ; "Nolan make film with brain, Spielberg make film with heart"), dan di film inilah doi membuktikan bahwa filmnya mampu menghadirkan drama yang heartwarming, khususnya hubungan ayah-anak.







Ini dia, salah satu buah mahakarya ciptaan sutradara favorit saya di era sekarang (setelah David Lynch), yaitu Dennis Villeneuve, yang berhasil membuat film sci-fi dengan kemasan drama menyentuh. Jangan harapkan film ini merupakan film invasi alien seperti Edge of Tommorow yang menyajikan action berupa tawuran yang amat sangat brutal dengan para alien heptatod. Karena Arrival justru merupakan anti-tesis dari Edge of Tommorow itu sendiri mengenai invasi alien. Film ini lebih kepada drama penuh suspens dengan pusat gravitasi pada karakterisasi. Tema besar yang diangkat adalah mengenai humanity, kehendak personal, tanggung jawab, rasa takut, dan bahasa.

Bercerita mengenai 12 pesawat alien yang tiba-tiba mendarat di 12 titik Bumi, membuat PBB panik dan memerintahkan seorang ahli bahasa yang bernama Banks untuk berkomunikasi dengan para alien tersebut. Banks tidak sendiri, ia diwakili oleh Kolonel Weber dari pihak militer dan Ian Donnely yang merupakan ahli fisika. Mengapa para alien datang ke bumi ? Apa yang dicarinya ? Apakah peperangan ? Hmm, i don't think so. Satu yang menarik di film ini, yaitu "bahasa". Inilah kejeniusan Villeneuve, doi menggambarkan bahasa alien dengan sesuatu yang sirkular (berupa simbol, seperti sebuah lingkaran), dan menariknya, bahasa di film ini sangat berkaitan erat dengan plot maupun timeline yang ada di film ini (dengan kata lain, saling berkesinambungan maknanya).

Pikiran kita akan dipermainkan oleh film ini, karena begitu sampai pada third act, akan ada pengungkapan yang membuat kita berpikir ulang apa yang sebenernya terjadi, karena begitu kita mengerti apa yang terjadi di akhir, kita akan melihat keseluruhan film ini sebagai sesuatu yang berbeda, semua akan menjadi mind-blowingly masuk akal, jika kita benar-benar memperhatikan detail sejak adegan pertama. Well, saya akan sedikit menjelaskan bahwa film ini sedikitnya bercerita tentang rasa takut manusia. Seperti yang diucapkan Banks menjelang akhir ; "A it's core", film ini menentang kita dengan pertanyaan "Beneran yang ditakuti adalah The Unknown ?", Lalu bagaimana jika kita sudah mengetahui apa yang bakal terjadi (dalam kata lain ; takdir), apakah kita masih sudi untuk melanjutkan hidup ? Proses lebih penting daripada hasil, dan dalam film ini, tidak ada frasa "akhir". Semuanya hanyalah "lingkaran besar".







Saya selalu senang melihat film-film indie low-budget berkualitas tinggi mengusung genre fantastis, khususnya sci-fi, kenapa ? Karena kita akan melihat bagaimana cerita-cerita unik, cerdas, dan bebas (bebas dalam artian "bukan hanya untuk hiburan semata") dieskekusi dengan serba minimalis. Dari situ terciptalah kesegaran tersendiri yang biasanya identik dengan budget raksasa dan efek spesial CGI, dihadirkan dengan apa adanya tanpa segala kemewahan tersebut hingga akhirnya lebih berfokus kepada kualitas cerita serta akting. Hal itulah yang terjadi pada Coherence, sebuah film sci-fi yang menceritakan tentang dunia paralel.

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, film ini menceritakan dunia paralel / multiverse. Ada 8 orang yang sedang menikmati acara makan malam, hingga akhirnya acara tersebut terganggu akibat listrik mati. Kejadian listrik mati tersebut diakibatkan oleh komet yang melintasi bumi malam itu. Tapi ternyata, ada kejadian lain selain insiden mati listrik tersebut, yaitu kehadiran "tamu" yang merupakan diri mereka sendiri dari alternate realities yang lain. Dan mereka semua sedang menghadapi jutaan kemungkinan alternate realities yang terjadi ketika komet masih berada di atas bumi.

Bagi saya, esensi dari science-fiction itu adalah menghilangkan batasan yang ada dengan berpatokan pada unsur sains. Tapi, banyak sci-fi akhir-akhir ini (khususnya Hollywood) melupakan unsur "science" dan secara total berfokus pada unsur "fiction" alias fiksinya. Inilah film murni sci-fi, Coherence mengambil beberapa unsur sains, kemudian mengaitkannya, lalu menciptakan alternate dimension yang realistis yang membuat Coherence sangat dekat dengan kehidupan nyata. Kalian akan dibikin "garuk garuk kepala" bukan karena plot yang unbelievable, tapi karena menonton film tersebut butuh konsentrasi yang maksimum, bahkan saya sendiri sampai re-watch berkali-kali untuk memahaminya. Inception, Interstellar, Predestination mindblowing banget ? Tunggu setelah kalian menonton film ini !







Film sci-fi tergila yang pernah saya tonton ! Bahkan ini film debutnya sang sutradara ; Shane Carruth yang berhasil menjadi bintang di Sundance Film Festival pada 2004 lalu, dan film ini mendapatkan status "cult". Ini bukanlah tipikal film Hollywood. Lagi-lagi ini merupakan film indie yang dibuat dengan buah tangan Shane Carruth (yang satu dekade kemudian menggarap film surrealis ; Upstream Color). Di film ini kita akan menemukan sajian plot yang berjalan tidak secara konvensional dan berisikan dialog-dialog ilmiah yang susah dimengerti orang awam. Menonton film ini saya jadi kembali tersadarkan pada esensi dari film yang merupakan simbol kreatifitas. Dibuat dengan budget hanya $7.000, Primer tidak pernah terlihat murahan meski tanpa mengetahui budget aslinya.

Bercerita mengenai dua orang engineer, Abe dan Aaron menemukan alat yang bisa digunakan sebagai mesin waktu untuk kembali ke masa lalu. Seperti yang sudah saya singgung, film ini berisikan dialog-dialog ilmiah, bahkan sejak 30 menit pertama film. Gak usah khawatir, untuk memahami jalinan cerita film ini tidaklah perlu mengenal akan istilah-istilah ilmiah dan fisika yang bertebaran, karena berbagai dialog rumit tersebut sebenernya hanyalah berfungsi sebagai deskripsi detail mengenai bagaimana cara kerja mesin waktu tersebut. Shane Carruth benar-benar membuat film sci-fi serumit mungkin, terlepas dari dialog dan istilah fisika, kontinuitas waktu yang menjadi bias dengan tema mesin waktu inilah yang membuat plotnya rumit.

If you are too lazy to think, then you shouldn't watch it. Kombinasi dialog kelas tinggi dan plot yang rumit inilah yang menjadikan tantangan tersendiri bagi penonton (termasuk saya) untuk memecahkan puzzle yang terdapat dalam film tersebut. So, balik lagi kepada para viewers, termasuk kategori manakah kalian ? Viewers yang menyerah dengan puzzle tersebut dan memaki-maki, atau viewers yang berusaha menyelesaikan puzzle tersebut sehingga ia akan menemukan "emas" dalam puzzle tersebut ? Up to you.






emoticon-Rate 5 Staremoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Rate 5 Star

Design, Illustration and Written by claymite


anasabila
seangabriel
4iinch
4iinch dan 11 lainnya memberi reputasi
12
24.9K
105
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.