Tren perfilman dunia saat ini sedang hangat-hangatnya karena film superhero. Apalagi dengan dirilisnya trailer Avengers 4 kemarin. Betapa banyak judul film superhero yang telah dirilis di masa lalu, dan yang akan dirilis bertahun-tahun ke depan, menjadikan keprihatinan ane atas tren yang ane rasa sudah mulai jenuh ini. Film superhero telah menjamur dengan banyaknya sekuel-sekuel dan crossover, menjadikan ane mengharapkan angin segar untuk sejenak berpaling dari tren ini. Tentu saja, ada beberapa film superhero yang berkualitas di masa lalu, namun jika kuantitasnya sudah semasif sekarang, ya lama-lama jenuh juga rasanya.
Tentu saja banyak pihak yang tidak akan setuju dengan pemikiran ane atau gak peduli.
. Dengan adanya
, ane hanya ingin mengutarakan pendapat ane selaku minoritas dan penikmat film. No offense buat penggemar tren ini, tapi jujur ane sudah bosan dengan tren film superhero yang terus meroket. Alasan-alasannya adalah sebagai berikut.
1. Oversaturation
Film superhero itu sudah menelorkan terlalu banyak judul dalam hampir dua dekade terakhir. Entah itu dari DC maupun Marvel. Untuk satu hero saja, studio membuat banyak judul film solo maupun crossover. Dan kebanyakan judul-judul tersebut kualitasnya gak ada yang spesial. Contohnya saja Iron Man. Kita sudah ada Ironman 1,2,3, Civil War, Avengers 1,2,3,4. Atau Superman, ada Superman Return, Man of Steel, BvS, JL.
Jumlah yang memang sudah banyak ini akan terus bertambah selagi uang terus mengalir ke kantong mereka. Sebagai sarana hiburan dan bisnis, ini memang tidaklah salah. Namun ane merasa sedih, karena ane melihat orang-orang seperti dijejali makanan cepat saji, membuat tubuh kita tidak sehat. Film superhero dijadikan alat kapitalisme dalam mendulang dolar. Apalagi dengan adanya konsep
shared-universe. Wah, mereka bisa membuat sekuel, prekuel, spin-off, reboot, remake, dan lain sebagainya. Karakter-karakter tersebut gak akan dibuat mati, karena terlalu bernilai untuk menghasilkan duit.
Quote:
You either die a hero, or live long enough to see yourself become villain. --Batman, TDK.
Ane gak bakal menyangkal bahwa tentu ada beberapa judul film superhero yang berkualitas, dan layak menyandang titel hero, seperti wonder woman, spider-man 2, logan, the dark knight. Film-film tersebut mempunyai pesan moral yang benar-benar heroik.
2. Mempromosikan False Idol
Penonton, khususnya anak-anak dan remaja, akan dipaparkan tayangan yang memuat kepahlawanan yang tidak realistis. Pahlawan super yang ada di film-film itu tidak akan pernah ada, dan tidak akan pernah bisa ditiru. Kalau pun ada penonton yang bisa menyaring amanat yang terkandung dalam film-film tersebut, maka mereka itu sudah mampu berpikir dewasa. Lain orang dewasa, lain lagi anak-anak. Mereka akan terjebak dalam pemikiran semu akan kehebatan karakter fiksi, mengidolakan mereka yang hanya dibalut kostum dan CGI, dan melupakan pahlawan sebenarnya dalam kehidupan. Hal inilah yang menjadikan Spider-Man 2 itu satu dari film superhero yang berfaedah.
Quote:
I believe theres a hero in all of us, that keeps us honest, gives us strength, makes us noble. And finally gets us to die with pride. Even though sometimes we have to be steady and give up the thing we want most, even our dreams. --Aunt May, Spider-Man 2.
Menjadi hero tidaklah selalu membutuhkan kekuatan super, karena dengan bermodalkan keberanian dan kejujuran, semua orang bisa menjadi
everyday hero. Namun, karakterisasi superhero masa kini terisi penuh dengan aksi keren, konflik antar hero, lelucon-lelucon
goofy, atau terlalu suram.
And that's not so heroic. Ane gak bisa bayangkan orang tua yang membawa anak-anaknya nonton film seperti ini dan bilang, "Nak, tuh kamu bisa jadi hero loh, tapi syaratnya kamu harus disuntik obat dulu, atau disinari gamma, atau bahkan kamu harus jadi keturunan dewa dulu".
Film ini malah lebih heroik dari sebagian besar film superhero saat ini. source: viu.com
3. Terlalu bergantung pada CGI
Ane merasa miris saat menonton aksi-aksi para superhuman melawan monster dan villain di film-film tersebut. Oleh karena kekuatan mereka besar, maka kerusakan dan efek serangan mereka mengharuskan adanya CGI untuk turut ambil peran. Semakin sering CGI menganimasikan adegan, nantinya akan semakin sedikit sutradara yang memegang teguh
practical effect untuk membuat adegan-adegan di film mereka. Padahal, efek CGI ini banyak hit and miss-nya, yang kalau sedang miss, sangat terasa seperti anime live action, wagu untuk ditonton. Dan kalau terlalu realistis, kesannya ironis, penonton menonton greencreen yang disulap menjadi efek visual. Gak ada yang salah sih dengan penggunaan CGI ini, namun nilai artistiknya terlalu dibuat-buat.
4. Overshadow bagi film-film lain
Dengan adanya perilisan yang sangat hype untuk film superhero tertentu, akan menjadikan judul-judul film lainnya tidak terlalu diperhatikan banyak penonton. Padahal, judul-judul tersebut layak mendapat perhatian dan apresiasi yang lebih. Film superhero yang terlalu diantisipasi menjadikan judul-judul film ini seperti angin lalu, yang didiskusikan sejenak, lalu terlupakan. Sementara, film superhero dibuat banyak teori, easter egg, dan prediksi-prediksi. Dengan laju produksi yang terus meningkat, bayang-bayang ketenaran film superhero akan terasa, dan orang-orang akan mulai tidak tertarik terhadap film-film dengan genre lainnya.
5. Terlalu formulatik
Film-film superhero itu terlalu formulatik. Ceritanya mengikuti pola-pola yang mirip.
Quote:
Start.
Ada pahlawan super, ada villain super.
Pahlawan pengen kedamaian, villain pengen kekacauan.
Pahlawan sama villain bertarung.
Pahlawan menang, penonton bersorak.
End.
Tentu saja ada beberapa yang tidak mengikuti pola di atas sepenuhnya. Namun, hampir semua film superhero mengikuti pola tersebut.
"Nah Infinity War kan villain-nya menang tuh? Kan beda."
Lha itu kan film baru setengah jalan, dan diakhiri dengan cliffhanger. Cerita masih akan berlanjut, kita lihat saja nanti.
Poin ini yang menyebabkan munculnya poin 1 di atas.
6. Berkembangnya fans yang fanatik
Implikasi dari terlalu maraknya film superhero ini yaitu terbentuknya fans yang sifatnya terlalu memuja. Apalagi dengan adanya persaingan antara dua studio produksi, maka fans juga akan terbagi kubunya. Mereka akan saling serang, jika kubu yang lain melemparkan sindiran maupun kritikan. Setiap kubu merasa lebih baik dari yang lainnya. Dinamika ini sungguh tidak menyehatkan dikarenakan oleh fans-fans bersumbu pendek tersebut. Ketika pihak netral menengahkan mereka dengan argumen-argumen, para fans pun balas melayangkan argumen-argumen yang lebih mematikan, tentu saja dengan diselingi beberapa hujatan. C'mon guys, kritikan dan sindiran itu biasa dalam pasar perfilman. Tapi gak usah toxic juga dong maennya. Hormati satu sama lain, karena persepsi itu sulit untuk disamakan.
Disini ane mencoba memposisikan diri sebagai penikmat film pada umumnya, dan tidak memihak pada satu kubu tertentu. Ane tetep menaruh respek buat mereka yang memang mencintai film bertema seperti ini. Gak ada dendam dan muatan kebencian. Ane hanya mencoba mengutarakan kejenuhan ane saja akan tren yang sedang berlangsung dengan argumen-argumen ane yang mungkin banyak celahnya. Kita lihat, pasti ada pihak yang tidak senang dengan pernyataan-pernyataan ane di atas, apalagi orang Indonesia yang sering main solot tanpa etika.
. Jadilah bijak, dan tidak bersumbu pendek.
Sekian.
Monggo mampir di trit-trit ane yang lain.