- Beranda
- Berita dan Politik
Ayah Korban Penembakan Paniai Tagih Janji Jokowi
...
TS
kellyrp
Ayah Korban Penembakan Paniai Tagih Janji Jokowi
Obet Gobay (kanan) dan Yones Douw (kiri) di kantor Amnesty Internasional(Kompas.com/Fitria Chusna Farisa)
Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com - Ayah salah seorang korban kasus penembakan di Kabupaten Paniai, Papua, mendatangi kantor Amnesty Internasional, Jakarta Pusat, Jumat (7/12/2018).
Ia adalah Obet Gobay, ayah dari Apius Gobay yang meninggal dunia karena terjangan timah panas di Paniai 2014. Kedatangan Obet ke Jakarta adalah untuk menagih janji Presiden Joko Widodo mengusut kasus yang menewaskan putranya empat tahun silam.
Ia hadir bersama aktivis HAM Papua, Yones Douw. Obet yang kurang lancar berbahasa Indonesia ini menuturkan, putranya, yang kala itu masih bersekolah, punya cita-cita tinggi. Namun, cita-cita itu terenggut bersamaan dengan hembusan napas terakhir Apius.
"Mereka sekolah ingin menjadi orang besar, tapi sampai sekarang tidak selesai kasus ini. Itu kenapa saya datangi tempat ini mencari keadilan," kata Obet, melalui terjemahan Yones Douw.
Obet mengatakan, putranya tak pernah berbuat jahat, tetapi harus mengalami kejadian yang merenggut nyawanya. Bertahun-tahun Obet menanti janji pemerintah untuk menuntaskan kasus ini. Tetapi, hingga empat tahun lamanya, pelaku penembakan Apius tak juga ditemukan.
"Saya tidak bicara banyak, tapi saya tunggu pemerintah kapan menyelesaikan kasus ini," kata Obet yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan Majelis Gereja.
"Panjang atau pendek, saya tunggu pemerintah untuk pengungkapan pelaku,"sambungnya sambil menyeka air mata.
Sementara itu, secara pribadi Yones Douw menambahkan, pemerintah harus cepat menuntaskan kasus ini. Sebab, selain karena berjanji, pengungkapan kasus yang terlalu lama dapat menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap mereka menjadi hilang.
"Janji Menkopolhukam, Pak Jokowi, hari ini sedang kami tunggu.
Kalau sudah empat tahun kepercayaan kepada negara akan hilang. Saya di sini bicara Hak Asasi Manusia," kata Yones.
Tanggal 7-8 Desember 2018 menandai empat tahun penganiayaan dan penembakan di Kabupaten Paniai, Papua. Pada 7 Desember empat tahun lalu, di Jalan Poros Madi-Enarotali, Distrik Paniai Timur, terjadi penganiayaan kepada seorang warga bernama Yulianus Yeimo.
Menurut keterangan tertulis yang dirilis oleh Amnesty Internasional, Yulianus mengalami luka bengkak pada bagian belakang telinga kanan dan kiri, serta luka robek di ibu jari kaki kiri. Luka tersebut akibat pukulan popor senjata api laras panjang. Sementara penembakan terjadi di Lapangan Karel Gobai, Kota Enarotali, Senin 8 Desember 2014. Kala itu, personel polisi dan tentara menembak kerumunan warga yang sedang melakukan protes damai atas penganiayaan Yulianus. Penembakan ini menewaskan empat pemuda Papua yang seluruhnya pelajar. Mereka adalah Apius Gobay (16), Alpius Youw (18), Simon Degei (17), dan Yulian Yeimo (17). Penembakan juga mengakibatkan setidaknya 11 warga sipil terluka.
https://nasional.kompas.com/read/201...h-janji-jokowi.
Ia adalah Obet Gobay, ayah dari Apius Gobay yang meninggal dunia karena terjangan timah panas di Paniai 2014. Kedatangan Obet ke Jakarta adalah untuk menagih janji Presiden Joko Widodo mengusut kasus yang menewaskan putranya empat tahun silam.
Ia hadir bersama aktivis HAM Papua, Yones Douw. Obet yang kurang lancar berbahasa Indonesia ini menuturkan, putranya, yang kala itu masih bersekolah, punya cita-cita tinggi. Namun, cita-cita itu terenggut bersamaan dengan hembusan napas terakhir Apius.
"Mereka sekolah ingin menjadi orang besar, tapi sampai sekarang tidak selesai kasus ini. Itu kenapa saya datangi tempat ini mencari keadilan," kata Obet, melalui terjemahan Yones Douw.
Obet mengatakan, putranya tak pernah berbuat jahat, tetapi harus mengalami kejadian yang merenggut nyawanya. Bertahun-tahun Obet menanti janji pemerintah untuk menuntaskan kasus ini. Tetapi, hingga empat tahun lamanya, pelaku penembakan Apius tak juga ditemukan.
"Saya tidak bicara banyak, tapi saya tunggu pemerintah kapan menyelesaikan kasus ini," kata Obet yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan Majelis Gereja.
"Panjang atau pendek, saya tunggu pemerintah untuk pengungkapan pelaku,"sambungnya sambil menyeka air mata.
Sementara itu, secara pribadi Yones Douw menambahkan, pemerintah harus cepat menuntaskan kasus ini. Sebab, selain karena berjanji, pengungkapan kasus yang terlalu lama dapat menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap mereka menjadi hilang.
"Janji Menkopolhukam, Pak Jokowi, hari ini sedang kami tunggu.
Kalau sudah empat tahun kepercayaan kepada negara akan hilang. Saya di sini bicara Hak Asasi Manusia," kata Yones.
Tanggal 7-8 Desember 2018 menandai empat tahun penganiayaan dan penembakan di Kabupaten Paniai, Papua. Pada 7 Desember empat tahun lalu, di Jalan Poros Madi-Enarotali, Distrik Paniai Timur, terjadi penganiayaan kepada seorang warga bernama Yulianus Yeimo.
Menurut keterangan tertulis yang dirilis oleh Amnesty Internasional, Yulianus mengalami luka bengkak pada bagian belakang telinga kanan dan kiri, serta luka robek di ibu jari kaki kiri. Luka tersebut akibat pukulan popor senjata api laras panjang. Sementara penembakan terjadi di Lapangan Karel Gobai, Kota Enarotali, Senin 8 Desember 2014. Kala itu, personel polisi dan tentara menembak kerumunan warga yang sedang melakukan protes damai atas penganiayaan Yulianus. Penembakan ini menewaskan empat pemuda Papua yang seluruhnya pelajar. Mereka adalah Apius Gobay (16), Alpius Youw (18), Simon Degei (17), dan Yulian Yeimo (17). Penembakan juga mengakibatkan setidaknya 11 warga sipil terluka.
https://nasional.kompas.com/read/201...h-janji-jokowi.
Janji Jokowi.
menyebut dua kata langsung membuat kesadaran berpikir tergunciang. dari yg stabil berusaha bergerak kearah abstrak.
substansi berpikir menjd kabur.
janji jokowi
dua kata ini ini adalah mantra.
mantra utk mengambil akal sehat.
ngoo ha ha ha aaaa
ini mantra utk menyadarkan
Quote:
Jokowi Ingin Kasus Penembakan di Paniai Diselesaikan
27/12/2014, 21:09 WIB
JAYAPURA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo meminta agar kasus kekerasan yang disertai penembakan warga sipil di Pania, Papua, pada 8 Desember 2014 diusut dan diselesaikan secepatnya. Permintaan tersebut disampaikan Presiden Jokowi di hadapan masyarakat Papua, Sabtu 27/12/14) malam pada Perayaan Natal Bersama Nasional 2014 di Stadion Mandala, Jayapura.
"Saya menyesalkan terjadinya kekerasan di Paniai. Saya ikut berempati terhadap keluarga korban kekerasan, dan saya ingin kasus ini diselesaikan secepatnya agar tidak terulang lagi di masa mendatang," ujar Jokowi.
Jokowi ingin tanah Papua sebagai tanah yang damai. Sebelumnya, Jokowi mengaku telah membentuk tim kecil untuk menginvestigasi kasus penembakan di Paniai. Ia ingin mendapatkan informasi sedetail mungkin peristiwa itu.
https://regional.kompas.com/read/201...i.Diselesaikan.
27/12/2014, 21:09 WIB
JAYAPURA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo meminta agar kasus kekerasan yang disertai penembakan warga sipil di Pania, Papua, pada 8 Desember 2014 diusut dan diselesaikan secepatnya. Permintaan tersebut disampaikan Presiden Jokowi di hadapan masyarakat Papua, Sabtu 27/12/14) malam pada Perayaan Natal Bersama Nasional 2014 di Stadion Mandala, Jayapura.
"Saya menyesalkan terjadinya kekerasan di Paniai. Saya ikut berempati terhadap keluarga korban kekerasan, dan saya ingin kasus ini diselesaikan secepatnya agar tidak terulang lagi di masa mendatang," ujar Jokowi.
Jokowi ingin tanah Papua sebagai tanah yang damai. Sebelumnya, Jokowi mengaku telah membentuk tim kecil untuk menginvestigasi kasus penembakan di Paniai. Ia ingin mendapatkan informasi sedetail mungkin peristiwa itu.
https://regional.kompas.com/read/201...i.Diselesaikan.
Quote:
Orang Tua Korban Penembakan Paniai Papua Tolak Uang Rp 4 Miliar dari pemerintah
Jumat, 7 Desember 2018 19:00
Tribunnews.com/ Theresia Felisiani
Obet Gobay orangtua Apius Gobay (16) korban penembakan di Paniai, Papua
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Obet Gobay orangtua Apius Gobay(16) korban penembakan di Paniai, Papua sangat berharap mendapatkan keadilan.
Ditemui di kantor Amnesty International, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (7/12/2018), Obet Gobay berbagi cerita dan dengan tegas dia menolak tawaran uang Rp 4 miliar dari pemerintah.
"Rp 4 miliar yang ditawarkan pemerintah, saya menolak. Bantuan apapun saya tolak. Pak Jokowi, Kapolri, keadilan harus ada. Mereka juga mau jadi tuan di atas tanahnya tapi kamu tembak," kata Obet Gobay.
"Kalau saya mau ambil Rp 4 miliar yang ditawarkan pemerintah saya bisa ambil. Kalau itu sapi atau babi yang terbunuh saya bisa pergi ke pasar untuk ganti beli. Tapi ini manusia, tidak dijual di pasar. Darah saya yang ditembak," lanjut dia.
http://bogor.tribunnews.com/2018/12/...ari-pemerintah.
Jumat, 7 Desember 2018 19:00
Tribunnews.com/ Theresia Felisiani
Obet Gobay orangtua Apius Gobay (16) korban penembakan di Paniai, Papua
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Obet Gobay orangtua Apius Gobay(16) korban penembakan di Paniai, Papua sangat berharap mendapatkan keadilan.
Ditemui di kantor Amnesty International, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (7/12/2018), Obet Gobay berbagi cerita dan dengan tegas dia menolak tawaran uang Rp 4 miliar dari pemerintah.
"Rp 4 miliar yang ditawarkan pemerintah, saya menolak. Bantuan apapun saya tolak. Pak Jokowi, Kapolri, keadilan harus ada. Mereka juga mau jadi tuan di atas tanahnya tapi kamu tembak," kata Obet Gobay.
"Kalau saya mau ambil Rp 4 miliar yang ditawarkan pemerintah saya bisa ambil. Kalau itu sapi atau babi yang terbunuh saya bisa pergi ke pasar untuk ganti beli. Tapi ini manusia, tidak dijual di pasar. Darah saya yang ditembak," lanjut dia.
http://bogor.tribunnews.com/2018/12/...ari-pemerintah.
Quote:
Korban Tewas Penembakan Paniai Pelajar SMA
Penembakan di Paniai Papua ( Foto: SP/Roberth Vanwi/Istimewa )
Robert Isidorus Selasa, 9 Desember 2014 | 08:38 WIB
Jayapura - Kelima warga sipil yang tewas ditembak aparat keamanan ternyata masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Mereka adalah pelajar SMA Negeri 1 Paniai Timur. Salah satu pelajar yang tewas tertembak, Simon Degei, masih berusia 18 tahun. Ia sekolah di SMA Negeri 1 Paniai Timur dan saat ini berada di Kelas III.
Ini dikatakan Ketua Yayasan Yemewak Harold Gobay saat dihubungi SP, Selasa (9/12) pagi, via telepon dari Jayapura.
Otianus Gobai (18), yang merupakan siswa kelas III SMA Negeri 1 Paniai Timur, bahkan masih mengenakan baju sekolah saat peristiwa terjadi.
Kemudian, Alfius Youw berusia (17) siswa kelas III SMA Negeri 1 Paniai Timur. Kemudian Yulian Yeimo (17), yang masih di kelas I SMA Negeri 1 Paniai Timur.
Lalu Abia Gobay berumur 17 tahun. Ia juga siswa SMA Negeri 1 Paniai Timur. Seperti tiga rekan lainnya, ia berada di Kelas III.
Abia ditemukan tewas ditembak di Kampung Kogekotu, sebelah lapangan terbang, sekitar 400 meter dari Kantor Polsek Enarotali. Mayat Abia Gobay telah dibawa pergi ke rumah oleh keluarga.
Hingga Selasa (9/12) pagi, mayat para korban masih dijejer di lapangan terbuka sepak bola "Karel Gobay" di pusat kota Enarotali.
Keluarga korban bersama masyarakat mengadakan upacara duka bersama. Di sana, warga telah memasang tenda di lapangan.
"Mereka akan berada di sini sampai Kapolda dan Pangdam datang tanggung jawab atas perbuatan anak buah mereka," kata Harold.
Dikatakan, nama-nama pelajar yang menjadi korban penembakan telah menyebar di antara masyarakat. "Anak-anak ini sering juga menginap di tempat penampungan di yayasan," ujarnya.
http://www.beritasatu.com/hukum/2317...lajar-sma.html
Penembakan di Paniai Papua ( Foto: SP/Roberth Vanwi/Istimewa )
Robert Isidorus Selasa, 9 Desember 2014 | 08:38 WIB
Jayapura - Kelima warga sipil yang tewas ditembak aparat keamanan ternyata masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Mereka adalah pelajar SMA Negeri 1 Paniai Timur. Salah satu pelajar yang tewas tertembak, Simon Degei, masih berusia 18 tahun. Ia sekolah di SMA Negeri 1 Paniai Timur dan saat ini berada di Kelas III.
Ini dikatakan Ketua Yayasan Yemewak Harold Gobay saat dihubungi SP, Selasa (9/12) pagi, via telepon dari Jayapura.
Otianus Gobai (18), yang merupakan siswa kelas III SMA Negeri 1 Paniai Timur, bahkan masih mengenakan baju sekolah saat peristiwa terjadi.
Kemudian, Alfius Youw berusia (17) siswa kelas III SMA Negeri 1 Paniai Timur. Kemudian Yulian Yeimo (17), yang masih di kelas I SMA Negeri 1 Paniai Timur.
Lalu Abia Gobay berumur 17 tahun. Ia juga siswa SMA Negeri 1 Paniai Timur. Seperti tiga rekan lainnya, ia berada di Kelas III.
Abia ditemukan tewas ditembak di Kampung Kogekotu, sebelah lapangan terbang, sekitar 400 meter dari Kantor Polsek Enarotali. Mayat Abia Gobay telah dibawa pergi ke rumah oleh keluarga.
Hingga Selasa (9/12) pagi, mayat para korban masih dijejer di lapangan terbuka sepak bola "Karel Gobay" di pusat kota Enarotali.
Keluarga korban bersama masyarakat mengadakan upacara duka bersama. Di sana, warga telah memasang tenda di lapangan.
"Mereka akan berada di sini sampai Kapolda dan Pangdam datang tanggung jawab atas perbuatan anak buah mereka," kata Harold.
Dikatakan, nama-nama pelajar yang menjadi korban penembakan telah menyebar di antara masyarakat. "Anak-anak ini sering juga menginap di tempat penampungan di yayasan," ujarnya.
http://www.beritasatu.com/hukum/2317...lajar-sma.html
0
1.7K
Kutip
15
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
672.1KThread•41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya