Tidak ada habisnya kalau berbicara tentang sepakbola, mulai dari permainan, wasit, pemain terbaik dan drama yang disajikan.

Berbicara drama dalam sepakbola, sebuah drama dan kejadian yang diluar perkiraan para penonton pasti akan menimbulkan adrenalin dan keseruan bagi penonton. Mulai dari drama gol hantu, gol tangan tuhan, psy war dari jose mourinho, drama CR7 menangis dilapangan atau drama yang terbaru antara Liverpool vs Everton yang membuat jurgen kloop berlari masuk lapangan, wissshh seru tenan yoo drama sepakbola luar negri. Kalau drama sepakbola dalam negri bagaimana gan? Weleh weleeh kalau ane yang ditanyaaa jawabannya yooo banyaaak. :

Tapi yooo drama sepakbola luar negri bikin adrenalin dan keseruan meningkat, kalo drama sepakbola indonesia bagaimana? Yooo sama banyak yang meningkat mulai dari amarah, emosi, serta cacian dan makian baik terhadap federasi, pemain, pelatih, penonton, supporter, dan mafia mafia yang ada.


Sebenernya kenapa sih yoo drama dan segala permasalahan di sepakbola kita bejibun dan buanyaaaak tenan? Banyak yang bilang jumlah penduduk 235 juta tapi mencari pemain 11 orang aje tak bisaaaa.

Bukan masalah pemain sebenarnya, kalau berbicara pemain ane ngacungin jempol ke pemain timnas kite mulai dari legenda dan bintang persipura boas salossa, pemain muda evan dimas, egy maulana sampai ke rico simanjuntak mereka gak kurang apa apa loh. Jadi masalahnya apa gaan? masalahnya adalah mental. Kenapa mental? Permasalahan sepakbola indonesia menurut ane sudah ada dari jaman dahulu, mulai dari pembinaan usia muda yang mana pada saat jaman ane muda nih dan berkompetisi di tingkat pelajar masih banyak yang memalsukan akta kelahiran, rapor sekolah dan banyak istilah pemain "cabutan".

Dan otomatis yaa pemain usia asli bakal terpinggirkan karena yang dicari bukan pembinaan, melainkan juara dan uang.



Selain itu masalahnya juga adanya kekuatan besar dibelakang pelatih, ane pada zaman mude dahulu nih banyak menyaksikan anak - anak yang memiliki faktor "uang" dengan skill, disiplin serta sikap yang buruk bisa tetap bermain. Dibandingkan temen - temen ane yang latihan selalu datang, sikap baik disiplin baik tapi sayang tidak punya faktor "Uang" yaaah otomatis terpinggirkan. Kalau sudah begini pelatih bisa apa? Bukankan orientasi kita sekarang adalah si faktor "uang".

Yah kalau permasalahan dari bawahnya sudah seperti ini bagaimana membuat bagus di level atasnya?

Di level antar pelajar dan usia muda aja wasit serta pemain masih bisa dibeli kok, maka tidak heran kalau di jenjang lebih atas hal tersebut sudah menjadi kebiasaan. Kalau sudah kebiasaan yah yang salah aja bisa dibenarkan.

Maka tidak heran masalah drama mafia pengaturan skor, pengaturan siapa yang degradasi dan promosi, drama siapa yang juara liga sudah menjadi hal yang lumrah. Tidak heran juga kalau drama pengaturan skor bisa diatur oleh para petinggi petinggi federasi yang kemaren baru terbongkar di salah satu acara TV. Karena apa tetap mindset didalam pikiran yang ditanam dari kecil adalah si faktor "uang".



Seperti ini lah drama sepakbola kita yang ternyata memang perlu untuk di revolusi. Bukan hanya revolusi federasinya saja, tapi revolusi midset atau revolusi mental yang ditanamkan pada generasi penerus.

Semoga sedikit tulisan ane bisa membuat "drama sepakbola indonesia berubah menjadi olahraga yang sesungguhnya"

Jangan lupa cendol, rate, komen, dan share yo gaan


Tulisan : pemikiran ts
Gambar : google