Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kiratarupaAvatar border
TS
kiratarupa
Sejarah Wayang Kulit di Nusantara


Sejarah Wayang Kulit di Nusantara –Wayang kulit adalah seni pertunjukkan yang dimainkan oleh sang dalang, diiringi oleh musik gamelan dan dimainkan oleh sekelompok nayaga dan lagu dinyanyikan oleh sinden (penyanyi). Catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukkan Wayang berasal dari Balitung prasasti sekitar abad ke 4 yang membaca mawayang Galigi. Dipentaskan cerita kisah Mahabharata dan Ramayana.
Asal mula kesenian wayang kulit ini tidak lepas dari sejarah wayang itu sendiri. Wayang kulit berasal dari sebuah kalimat yang berbunyi “Ma Hyang” yang berarti berjalan menuju yang maha tinggi. Akan tetapi wayang diartikan sebagian besar masyarakat berasal dari bahasa Jawa yang artinya bayangan. Orang yang memainkan kesenian ini dinamaan Dalang. Dalang adalah peran yang paling penting dalam sebuah pertunjukkan wayang. Dalam terminologi Jawa dalang berarti Ngudal Piwulang. Ngudal berarti membongkar atau menyebarkan sedangkan Piwulang berarti ajaran, pendidikan, ilmu pengetahuan maupun informasi. Maka dari itu peran dalang sangatlah penting karena wayang kulit tidak hanya menunjukkan hiburang, namun juga bimbingan.
Ragam permainan wayang dibagi menjadi 4 kategori diantaranya:
  • Grip Cerita
  • Bermain Carangan
  • Bermain Gubahan
  • Bermain Karangan

Bermain grip memiliki cerita yang sama sekali berakar di perpustakaan sementara carangan hanya garis besarnya diambil dari perpustakaan wayang. Bermain gubahan tidak berakar dalam cerita wayang tetapi memakai tempat yang tepat di perpustakaan wayang. Sementara buket bermain sepenuhnya longgar.
Kesenian wayang kulit banyak sekali memiliki karakter. Kekuatan utama budaya wayang merupakan identitas yang murni berisi filsafat nilai. Ada banyak karakter yang terdapat dalam wayang. Nah di dalam salah satu karakter yang ada di wayang Jawa hidup sebuah karakter yang di sebut Punakawan. Dalam sejarah wayang Jawa Punakawan ini terdiri atas empat orang dan selalu dianggap sebagai pengikut jenakan dari pahlawan yang menjadi karakter utama dalam sebuah cerita. Keempat tokoh tersebut selalu dianggap sebagai pengikut pahlawan yang menjadi karakter utama dalam sebuah cerita.
Keempat tokoh dalam wayang kulit tersebut adalah Semar yang juga dikenal sebagai Ki Lurah Semar, Petruk, Gareng, serta Bagong.
Semar digambarkan sebagai sosok personifikasi dewa dan kadang juga digambarkan sebagai arwah penjaga pintu dari pulau Jawa itu sendiri. Di dalam mitologi Jawa, dewa-dewa yang ada tersebut hanya mampu untuk mengubah diri mereka menjadi manusia yang jelek. Hal itulah yang menyebabkan sosok Semar selalu jelek dan gendut serta memiliki hernia yang menggantung. Sedangkan dalam asal mula kesenian wayang kulit ini terbagi menjadi beberapa jenis. Salah satunya adalah wayang kulit Gagrag Banyumas. Wayang kulit ini memiliki gaya pendalangan yang dikenal dengan sebutan pakeliran. Gaya ini dinilai sebagai cara untuk mempertahankan diri. Perawatan dan kualitas yang mereka tunjukkan di atas panggung selalu menunjukkan hal lain. Adapun unsur-unsur yang terdapat di dalam pakeliran ini antara lain lakon, sabet (gerakan yang akan dilakukan para wayang, catur atau narasi dan percakapan antar karakter, serta karawitan yang berarti musik).
Ada juga pembagian wayang kulit jenis lain setelah Gagrag Banyumas yaitu wayang kulit Banjar. Sesuai dengan Namanya, wayang kulit jenis ini berkembang di Banjar, Kalimantan Selatan. Sejak awal abad ke 14, masyarakat Banjar memang sudah mengenal kesenian wayang kulit ini. Pertanyaan tersebut semakin diperkuat ketika Majapahit akhirnya berhasil menduduki beberapa bagian wilayah Kalimantan serta membawa misi untuk menyebarkan agama Hindu dengan menggunakan pertunjukkan wayang kulit sebagai medianya. Contoh lain dari jenis wayang kulit adalah wayang siam yang terkenal di Kelantan, Malaysia. Wayang Siam ini merupakan pertunjukkan wayang one man show. Bahasa yang digunakan dalam pertunjukkan tersebut adalah Bahasa Melayu. Akan tetapi, tidak ada bukti yang jelas mengenai awal kemunculan wayang siam ini. Banyak yang kemudian berpendapat bahwa kesenian tersebut berasal dari Jawa, karena mengikuti symbol-simbol yang sangat bercorak Jawa.
Ketika itu minat dari masyarakat dan pemuda sangat besar untuk menyaksikan pertunjukkan wayang kulit ini. Akan tetapi di zaman sekarang ketertarikan kaum muda akan adanya kesenian wayang kulit semaikin rendah. Hal ini dikarenakan maraknya permainan berbasis teknologi yang biasa mereka mainkan. Meskipun demikian, masih ada juga orang tua yang aktif mengajarkan anak mereka untuk mencintai salah satu kesenian tradisional ini. Hal itu sangat dibutuhkan untuk mempertahankan kesenian ini agar tidak habis dimakan jaman.
 
 
Baca juga artikel menarik lainnya:
Belajar Filosofi Hidup dari 4 Tokoh Wayang Punakawan
10 Macam Alat Musim Gamelan Jawa dan Fungsinya
Mengenal 9 Macam Motif Batik Nusantara yang Sangat Populer
 
 
0
2.1K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
BudayaKASKUS Official
2.3KThread1.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.