Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

abbecedeAvatar border
TS
abbecede
Cerita Horor Dibalik Syuting TEREKAM (Kisah Nyata)
Cerita Horor Dibalik Syuting TEREKAM (Kisah Nyata)


Quote:

Quote:


SELAMAT MEMBACA!


PART 1 : Gedung Arsip Cibinong

Pertama kali, hunting waktu itu di sebuah gedung yang menjadi tempat penyimpanan arsip di daerah Cibinong. Kita dari KASKUS jalan berempat dan janjian dengan anak-anak FHI di Depok. Gue, Arif, Boy, dan Oji ke lokasi menggunakan motor berboncengan.

Sekitar jam 11 malam, kita sampai di lokasi tersebut. Gedung itu letaknya bersampingan dengan sebuah danau yang cukup serem menurut gue. Gelap dan banyak pohon. Pencahayaan cuma berasal dari lampu jalan yang berwarna kuning dan kedap-kedip. “Be, tempatnya serem juga ya!” kata Boy pelan. “Heu euh.” jawab gue sekenanya sambil melihat kanan dan kiri.

“Ada anak kecil tuh Be di danau.” Boy coba ngasih tau sesuatu ke gue. Gue, yang emang sebenernya penakut, cuma diem aja sambil ngeliatin handphone. Bangke nih Boy, perasaan dia nggak pernah cerita kalo dia bisa ‘ngeliat’. Walaupun rame dengan anak komunitas, suasana basecamp kita yang juga menjadi savezone terasa angker. Persis di samping danau itu.

“Selama hunting, kita menggunakan HT ya untuk komunikasi kalo ada apa-apa. Inget, jangan nyebut nama. Cukup bilang ‘Pocong 1, pocong 2’. Kalo ada apa-apa di dalem, sebut aja ‘mayday’. Kita bakal nyamperin ke sana.” Gue merhatiin anak FHI yang lagi briefing, karena katanya mereka biasa masuk berdua-dua. Mati lah gue!

Giliran KASKUS buat masuk ke dalem. Gue mencari alasan supaya gue nggak masuk berdua aja. Gue bilang ke mereka, kalo konsep TEREKAM adalah mengikuti kalian lagi hunting. Dan diputuskan untuk jalan berempat. Dua anak FHI jalan di depan, gue dan Boy ngikutin di belakang. Boy megang kamera, dan gue ngawasin syuting plus bantu megangin lampu. Dan ternyata gue salah!!!

Dengan formasi kayak gitu, gue harus berjalan di paling belakang. Kaki gue mulai gemeter saat kita masuk ke gedung yang pertama. Sebuah bangunan rusak dan tua, dengan kaca di bagian depannya dan pohon besar berada di tengah-tengahnya. Rasanya kayak banyak makhluk yang merhatiin kita. “Ayo masuk!” kata anak FHI yang gue lupa namanya.

Kaca pecah, kondisi yang berantakan, dan cuma bermodal lampu LED kecil suasananya makin serem. Lebih serem daripada masuk wahana rumah hantu. Gue coba mengarahi mereka harus kemana dan ngomongin apa, di tengah rasa takut gue. Kita masukin ruang demi ruang di bagian bawah tapi nggak nemuin sesuatu. Kita coba naik ke atas, dan anak FHI itu menceritakan kalau di ruangan yang ini, katanya, suka ada penampakan kuntilanak.

“Kita pindah lokasi yuk ke gedung 2.” Usul gue. Sebagai orang yang berada di baris paling belakang, gue merasa ada yang liatin gue di ruangan seberang. Dan mulai mencium bau-bau yang nggak enak. Tapi gue nggak mau bilang. “Nggak serem di sini, nggak ada apa-apa”. Gue coba beralasan. Gue nyuruh Boy untuk terus menyalakan kamera dan gue ngawasin dari belakangnya. Sampe pas kita berada di pintu keluar gedung 1, kita mendengar suara cewek teriak. “Ada yang denger nggak?” kata Andra.

Kita menuju gedung yang kedua. Berada di tengah-tengah lokasi ini. Cahaya bulan lumayan cukup menerangi malam minggu gue yang kelam. Mau masuk ke lokasi kedua, gue udah jiper duluan. Bentuknya banyakan lorong, dan menurut peserta hunting sebelumnya, ini lebih angker dari lokasi 1. Alamakjam! Kita disuruh untuk hening di lokasi kedua.

Mereka langsung mengusulkan untuk naik ke atas, tempat yang paling serem. Mereka bertiga udah agak naik di tangga, dan dari lorong sebelah kanan, gue ngeliat bayangan hitam lari dan ngilang. Bentuknya anak kecil dan memakai dress. Rambutnya pendek. Astagfirulloh! Gue ngeri. Karena istri gue waktu itu lagi hamil dan anak kita perempuan. Bangke, jangan sampe ngikut nih yang beginian!

Keadaan di atas emang cukup menyeramkan. Tapi karena atasnya udah jebol dan kita bisa liat langit, gue agak sedikit tenang. Gue emang paling takut dengan ruangan dan gelap. Rasa takut gue menghilang. Dan gue coba berpikir positif, kalo yang gue liat itu cuma ilusi. “Kita hening dimana?” tanya gue.

Anak FHI itu menunjuk sebuah tempat di pojokan. Depannya sebuah kamar mandi, dan belakang kita ruangan kosong. Gue minta hening di antara mereka bertiga. Tapi nyatanya, kita harus menghadap ke arah yang berbeda-beda. Gue kebagian menghadap lorong. Sekitar 5 menit lampu dimatiin, kita nggak menemukan apa-apa. Sampe pada akhirnya, gue melihat ada sesuatu yang ingin menghampiri kita. Sosoknya semakin lama, semakin mendekat.

“Udah yuk!” gue nyalain lighting dan kondisi tadi hilang seketika. Gue minta balik ke savezone. Dan setelah itu, gue minta Arif dan Oji buat masuk bergantian sambil dokumentasiin yang lagi hunting. “Ada anak kecil di dalem.” kata salah satu anak FHI. Deg! Berarti bener apa yang gue liat tadi. Bangke!
Oji dan Arif udah selesai huntingnya. Rasa ngantuk udah mulai menggelayuti mata kita. Gue dan Oji coba rebahan di sebuah bale-bale rusak yang terletak di bawah pohon. Lagi asyik-asyik ngobrol, ada anak FHI nyeletuk. “Eh ada yang liatin di antara ranting!” ujar anak FHI yang akhirnya gue tau namanya adalah Bayu. “Yah nggak dapet fotonya!” lanjut Bayu.

Malam pertama kami hunting berakhir dengan damai. Cuma rasa ngantuk yang nggak abis-abis sampe besok siangnya. Lusa saat kita di kantor dan mulai masuk editing, gue mencoba membuat script editingnya. Gue cek video itu satu-satu. Dan ternyata, ada 1 video yang hilang entah kemana. Video yang suara wanita teriak itu hilang! Dan aneh aja gitu.

Tentunya gue sedikit kecewa. Karena gue cuma bisa menampilkan dokumentasi hunting yang nggak ada serem-seremnya itu. Sampe saat proses preview di malam kamis. Jam udah menunjukkan jam 9an malem. Semua karyawan udah pulang. Tinggal gue sama Oji yang kudu nyelesaiin editan video ini malam ini juga. Biar bisa tayang malem jumat.

“Ji, apaan nih? Coba deh lo perbesar dan perlambat!” Oji melakukan apa yang gue minta. Astagfirulloh, ada bayangan putih, samar, yang menjauh dari pergerakan kita. Awalnya dia nengokin kita dari jendela dan saat kita masuk ke dalam, dia menjauh dan menghilang! Oji mengiyakan apa yang gue liat. Gue minta untuk pulang dan ngelanjutin editing besok siang.

Note : Saat gue nulis ini, gue mencium bau dan wangi yang dateng bergantian.

Quote:


Salam hormat dari kami,


Tim TEREKAM

Diubah oleh abbecede 29-11-2018 04:17
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
4.9K
14
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.