Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

powerpunkAvatar border
TS
powerpunk
Bersatunya "Cinta Segitiga" Sang Politikus Pemilik Media

Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.
emoticon-Nyepi




Masih ingat sepak terjang duo televisi berita Metro TV dan TVOne kala pemilu 2014? Meski kejadiannya sudah berlangsung lebih dari empat tahun yang lalu, namun masih segar dalam ingatan kita bagaimana kedua televisi tersebut berlomba - lomba seolah menjadi corongmasing - masing pasangan calon presiden, baik untuk menunjukkan visi misi capres yang didukungnya maupun untuk menjatuhkan lawan politiknya.


Bagi pendukung para paslon hal tersebut tidak ada yang salah, namun berbeda dengan pandangan masyarakat biasa yang menganggap kedua media tersebut terlalu frontal dan massive dalam mendukung calon presidennya masing - masing. Seolah frekuensi yang mereka gunakan adalah milik mereka sendiri sehingga mereka dengan bebas menyiarkan konten yang sesuai dengan kepentingan politik mereka.

Akibatnya, kedua televisi berita tersebut mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) karena dinilai melakukan pelanggaran atas kepentingan publik serta netralitas dalam menyiarkan pemberitaan terkait pasangan capres cawapres kala itu. Bahkan KPI juga sempat memberikan rekomendasi kepada Kementerian Komunikasi dan Informartika (Kominfo) agar melakukan evaluasi terkait dengan Izin Penyelenggaraan Penyiaran.

Terlepas dari teguran yang dilayangkan oleh KPI tersebut, tentu sebagian besar dari kita sudah tahu siapa orang di balik kedua media tersebut yang membuat keduanya seolah menjadi corong para paslon. Aburizal Bakrie, sang bos Viva Group (termasuk didalamnya TVOne) yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar, salah satu partai pendukung pasangan capres cawapres Prabowo - Hatta. Sedang dipihak Metro TV, terdapat Surya Paloh, sang pemilik Media Group yang juga menjabat Ketua Umum Partai Nasdem, salah satu partai pendukung pasangan Jokowi - Kalla.


Sebenarnya selain dua tokoh tersebut, masih ada lagi satu tokoh politik lainnya yang juga merupakan bos media. Tak lain dan tak bukan yaitu bos MNC Media, Harry Tanoesudibjo atau yang lebih dikenal dengan sebutan HT yang juga merupakan Ketua Umum dari partai baru, Partai Perindo. Bahkan untuk tokoh terakhir ini tak haya memiliki satu media televisi, melainkan empat sekaligus, yakni RCTI, MNCTV, G TV (sebelumnya Global TV), dan I News (sebelumnya SindoTV).

Pada Pemilu 2014 yang lalu media milik HT juga punya andil dalam dukung - mendukung pasangan capres cawapres. Kala itu, mereka cenderung mendukung pasangan Prabowo Hatta. Hal ini tentu bukan tanpa sebab. Salah satu yang diduga menjadi penyebabnya adalah "putusnya" hubungan dengan Surya Paloh, bos Metro TV. Ya, ketiga bos media yang sudah disebutkan diatas memang sebelumnya memiliki saling keterkaitan. Mereka pernah menjalin hubungan pertemanan, perseteruan hingga akhirnya rujuk kembali, bak drama percintaan.


Kisah dimulai saat Harry Tanoe yang kala itu baru mulai terjun ke dunia politik bergabung dengan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) besutan Surya Paloh. Bahkan kala itu, HT diberi jabatan cukup tinggi, sebagai Ketua Dewan Pakar. Namun hubungan ini tak bertahan lama, dan akhirnya HT berpindah haluan ke Partai Hanura besutan Wiranto. Di partai ini ia juga mendapat jabatan cukup tinggi, sebagai Ketua Dewan Pertimbangan. Bahkan kala itu, mereka berdua sempat mendeklarasikan diri sebagai bakal calon pasangan Presiden dan Wakil Presiden meski akhirnya gagal karena tidak memenuhi ambang batas minimum pencalonan.

Hubungan Ical, sebutan Aburizal Bakrie dan Surya Paloh juga mengalami pasang surut. Pada 2009, keduanya terlibat persaingan kala memperebutkan posisi sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Persaingan keduanya bahkan melibatkan media masing - masing. Dan hingga akhirnya Ical berhasil menduduki kursi Ketua Umum partai berlambang pohon beringin ini. Sedangkan, Paloh akhirnya memilih hengkang dari Partai Golkar dan mendirikan Partai Nasdem. Berbeda partai, membuat keduanya saling serang melalui media masing - masing. Saling serang ini berlanjut hingga pada pemilu 2014 yang lalu.


Setelah hubungan antara HT - Paloh, dan Ical - Paloh, lalu bagaimana hubungan antara Ical dan HT? Ical dan HT sendiri tidak pernah berkonflik dalam hal politik, justru mereka sangat mesra dalam hal bisnis. Setidaknya ini terjadi pada tahun 2013 yang lalu dimana terdapat desas - desus yang menyatakan bahwa saham Viva Group akan dibeli oleh MNC Group. Meski berita ini akhirnya dibantah dan tak pernah terealisasi.

Kini, saat eskalasi pertarungan capres cawapres ronde kedua telah dimulai, ketiganya justru berada di perahu yang sama, yaitu mendukung calon presiden petahana, Joko Widodo. Partai Golkar, Nasdem, dan Perindo kompak dalam mendukung pasangan Jokowi - Ma'ruf. Sehingga bukan tak mungkin ketiganya akan menggerakkan media - media yang mereka miliki sebagai ujung tombak pemberitaan berbasis kampanye, meski hingga tulisan ini dibuat ketiga media ini belum nampak keberpihakannya jika dibandingkan pada Pemilu 2014 yang lalu.





Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Ini, Ini, dan Ini
Sumur Gambar : Om Google






0
2.5K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.