Suatu ketika ada seorang sista yang datang menghampiriku membawa sebuah majalah anak-anak. Kemudian si sista ini memperlihatkan majalah tersebut kepadaku sambil berkata, "Lihat deh, masa di majalah ini ada cara membuat vlog dan cara menjadi youtuber terkenal. Kan belum saatnya anak-anak mempelajari kaya gitu. Emang kids zaman now beda banget dari zaman kita waktu masih kids dulu." Ya kira-kira begitulah perkataannya. Pada saat itu aku cuma hehe hehe aja di depan dia. Dalam benakku aku mikir, "So what gitu kalau anak-anak mau bikin vlog dan terkenal di youtube? Letak kesalahannya dimana?".

Selain sista tadi, sering saya dengar dan baca komentar orang-orang yang merasa gagal paham atau bahkan tidak suka ketika kids zaman now melakukan hal-hal yang menurut mereka aneh di media sosial. Seakan-akan para komentator ini tidak siap dengan perkembangan teknologi yang secara tidak langsung dapat merubah pola interaksi dan komunikasi kids yang tumbuh dan berkembang di zaman ini.



Aku dan kalian yang masa kecilnya masih main gasing dan bekel, beda dengan mereka yang dari balita sudah main games di hp orangtuanya (atau bahkan hpnya sendiri). Kita tumbuh dan berkembang di zaman yang berbeda. Kamu yang akan capek sendiri kalau memaksakan aktivitas atau budaya kids zaman dulu ke kids zaman now. Karena keduanya memang berbeda. Jadi daripada membuang waktu sia sia untuk mengutuki kids zaman now dengan sebutan generasi micin atau apalah, lebih baik kita bantu mereka untuk jalan ke arah yang benar (iyakiyakiyakk) dengan cara literasi.

Di tulisan kali ini, aku akan menjadi tim affirmatif dalam opini membiarkan kids zaman now berkembang seiring perkembangan zaman.



Jadi gini lho gan, degan, pernah lihat iklan susu buat balita atau anak-anak ngga? Iklan-iklan itu mayoritas memberikan gambaran bahwa orang tua harus membiarkan buah hatinya mengeksplorasi diri dan lingkungan asalkan dilindungi. Aku setuju nih sama tu iklan susu. Nah, kalau di iklan si anak harus minum susu agar terlindung, in real life, yang melindungi anak-anak itu ya orang tua dan orang dewasa disekitarnya. Lalu bagaimana cara melindunginya?

Cara-cara orang tua yang menjauhkan anaknya dari dunia digital, melarang sepenuhnya untuk mengakses internet dan media sosial, sengaja tidak mengajari anaknya menggunakan gadget agar anak-anak mereka tidak bisa menggunakannya. Menurutku cara-cara tersebut kurang tepat. Yang pertama, ini memang sudah era digital, jangan tutup matamu. Jangan sembunyikan anak atau adikmu dari dunia ini hanya karena kamu tidak ingin mereka terkena dampak negatifnya. Justru, biarkanlah mereka berkenalan dengan digital. Karena esok saat mereka sudah dewasa mereka harus bisa bekerja dan berperang dalam dunia yang semakin canggih ini.

Tugas kalian yang dianggap memiliki kematangan berpikir dan lebih bijak dalam mengambil keputusan (baca: orang dewasa), adalah meliterasi anak-anak di sekitar kalian. Ajari mereka cara menggunakan media sosial dengan baik dan benar. Berilah pengertian mengenai dampak positif dan negatif yang akan ditimbulkan jika mereka melakukan suatu hal di dunia maya. Jadilah teman yang nyaman untuk diajak sharing seputar media sosial dan perdigitalan agar mereka tidak segan untuk bertanya atau meminta nasehat sebelum bertindak.

Kalau mereka mau terkenal di instagram, youtube, atau media lainnya seperti idola mereka, ya biarkan saja. Tidak ada yang salah dengan ingin menjadi terkenal. Tapi tapi tapi, coba lihat dulu siapa idola mereka. Kalau idola mereka adalah para selebgram atau vlogger yang terkenal karena sensasinya mengenakan pakaian seksi, pamer adegan mesra dengan pacarnya, bertengkar di sosmed, jadi pelakor, atau jadi sumber gosip teraktual sejagad maya, sangat boleh kalian membantu anak tersebut mengganti idolanya. Berikan mereka rekomendasi influencer yang terkenal berkat karya kreatif, dimana ada kerja keras di dalamnya.

Sekian #opinisotoy dari aku. Semoga bermanfaat dan tidak menimbulkan war di kolom komentar 😂😂 Jangan pernah lelah untuk menggiring kids zaman now ke arah positif! Goodluck goodpeople!