Beberapa waktu lalu, saya diajak makan si bos ke salah satu rumah makan soto betawi di kawasan Cikini, Menteng, Jakpus. Saya dan beberapa teman kerja saya, terpaksa makan soto betawi itu lantaran hanya pedagang soto yang sudah ready jualan. Yang lainnya nggak jualan karena ada festival ultah TIM. 

Dari depan, bangunan bergaya lama antara 70-80 an milik soto betawi ini nampak meyakinkan, namun suasana aneh terasa saat masuk ke dalam. Suasana gelap, sunyi, dan dingin dan tentunya horor sangat terasa. 

Saya merasakan kehadiran mereka sejak pertama kali masuk, tapi rasa lelah dan pertanyaan-pertanyaan si bos tentang kerja di hari libur membuat saya mengabaikan insting saya. Saya memesan makanan dan minum, pemilik soto betawi nampak jutek dan tak ada satu senyumpun saat saya melihatnya. Makanan cukup lama datang, sampai saya bete dan iseng liat hp, sambil sesekali memperhatikan daftar menu makanan yang lumayan mahal untuk level soto betawi, serta bagian interior rumah makan yang udah lama. 

Setelah makanan sampai, saya segera mencobanya karena tergiur melihat daftar harga, tentunya pasti makanan ini luarr biasa enak. Sambil memperhatikan rekan kerja saya yang makan dengan lahapnya sambil mengembat kerupuk yang ada di meja. Yap... lidah saya terlalu peka soal cita rasa masakan, entah bagaimana caranya lidah saya mampu mengingat rasa masakan dan siapa yang memasaknya meski sudah berlalu belasan tahun. Pernah suatu hari saya bertemu ibu jajanan lontong usus, saya membelinya Rp 5000, saat suapan pertama lontong, usus dan kuahnya saya mampu mengingat citarasanya. Kemudian saya bertanya pada si ibu

"Udah lama jualan ini bu," 
"sudah cukup lama," jawab si ibu. 
"Rasanya sama dengan lontong yang saya makan waktu SD saat saya tinggal di daerah...apa ibu punya sodara yang jualan ," 
" Oh kamu tinggal disana, disana ade sepupu saya yang jualan yang tinggi langsing," jawab si ibu. 
"Iyah dia, ibu jualan itu yang aku maksud," 

Sorry guys agak melebar sedikit, habis kalau soal makanan dan lidah itu nggak bisa ditoleransi antara harga dan makanan harus matching klo nggak, saya akan mencak-mencak dan mencoret tempat makanan yang barusan saya makan sebagai tempat rekomended. 

Kembali pada persoalan soto betawi tadi, setelah mangkok soto betawi saya ada di hadapan, saya memperhatikan dengan baik kuah soto yang pucat alias putih, nampak tidak bergairah. Tapi saya mencoba tidak berburuk sangka pada penampilan fisik makanan. Setelah suapan pertama masuk rasanya diluar harapan, sungguh tidak enak. Tawar, hampa, dan aneh, entah bumbu apa yang masuk ke dalam soto yang harganya mahal itu. Ok saya menambahkan sambal, tapi rasanya tetap sama tidak enak. Saya liat ke sekeliling, teman-teman saya makan dengan baik dan lahap. Ok saya memutuskan untuk skip aja tanpa komentar, melihat ada si bos di depan muka yang udah bersedia traktir. Nggak mungkin juga saya ngedumel-dumel. 

Setelah selesai makan dan bertanya-tanya tentang kualitas masakan dan harga makanan yang nggak balance saya pulang ke rumah di kawasan Depok. Tak ada yang aneh dalam perjalanan selain rasa bergejolak di perut, dan semakin menjadi-jadi saat sampai rumah sekitar 2 jam sehabis makan soto, saya muntah-muntah dan lemas, perut tiba-tiba sakit seperti di remas-remas. Saya langsung kepikiran pasti karena soto betawi. 

Saya pun kontak teman yang kebetulan peka karena dia berasal dari suku adat flores. Saya bertanya tentang keanehan masakan di restoran itu. 

"oii makanan tadi aneh nggak? tanya saya 
"Aneh," jawabnya. 
"Apa yang aneh?" tanya saya balik. 
"Pokoknya sekitaran lo aneh," singkat dia
"Maksud lo,lo liat apa?" 
"Banyak setan di sekeliling lo ada 5," 
"Mereka ngapain? mau masuk? tapi nggak bisa kan?" 
"Iyah mereka nggak bisa masuk,'" 
"Tapi kok gw nggak merasa ada yang mendekat yah, gw cuma merasakan itu rumah makan horor," 
"Gw nggak tau, yang jelas makanan lo nggak enak kan, sama makanan gw juga nggak enak," 
"Tapi yang lain makan enak-enak aja tuh," 
"Nggak tau deh," tutupnya mengakhiri pertanyaan saya yang masih penasaran. 

Sampai detik ini saya masih penasaran, karena tidak menemukan jawaban kenapa saya muntah-muntah, kenapa makanan itu tidak enak, dan kenapa saya nggak detek 5 mahluk yang berusaha mendekati saya. Saya hanya merasakan tempat makan itu punya banyak mahluk ghaib. Tapi anehnya kalau warung makan itu menggunakan hantu penglaris mengapa rasa makanannya amat sangat tidak enak. 

Sekian dan terimakasih buat yang mampir untuk membaca.....