Mengembangkan game itu susah, dan bakalan lebih susah lagi buat para developer independen ini. Butuh banyak waktu yang bakalan kepake untuk mengembangkan game, belum lagi tim dari developer independen ini biasanya gak banyak, mungkin sekitar 10 orang, atau bahkan 5 orang.
Daripada menghabiskan waktu mengembangkan game menggunakan grafik 3D yang lebih susah dibandingkan dengan grafik pixel. Ditambah lagi sumber daya indie developer ini gak sebanyak developer triple A.

Seperti yang ane bilang sebelumnya, tim developer indie ini biasanya berisi kurang lebih dari 10 orang, dan budget mereka gak banyak. Yang berarti mereka ga bisa sembarangan memperkerjakan orang, apalagi 3D modelling artist. Ditambah lagi untuk membuat grafis 3D itu butuh komputer yang bagus dan software yang mahal, artinya uang lagi. Sedangkan piksel ga butuh banyak sumber daya, komputer pun tidak harus terlalu spesifik seperti 3D.
Jika developer indie terlalu memfokuskan sumber dayanya sama grafis yang ada nanti projek gamenya malah gagal karena terlalu fokus sama satu hal. Selain itu juga, grafik pixel itu bisa bikin kita nostalgia.

Piksel grafis biasanya ngebawa para gamers nostalgia, betul bukan? Karena grafis pixel identik dengan retro, old school atau klasik. Semua grafis pixel ini bisa membuat para gamers nostalgia sama jaman-jamannya dimana grafis pixel masih berjaya. Salah satu game yang memiliki grafis pixel dan dapat membuat para gamers nostalgia yaitu The Messenger.
Selain itu, banyak developer-developer indie lainnya yang tumbuh ditemani dengan game-game yang bergrafis pixel ini, jadi kalo membuat game dengan grafis yang sama bisa jadi sebuah kebanggaan sang developer.