Gempa bumi merupakan peristiwa di mana sebagian permukaan bumi mengalami getaran dan guncangan yang disebabkan oleh pelepasan energi dari dalam bumi sehingga menciptakan gelombang seismik. Biasanya gempa bumi disebabkan oleh adanya pergeseran kerak bumi (atau yang sering disebut sebagai Gempa Tektonik), dan adanya pergerakan magma di dalam gunung berapi (atau yang sering disebut sebagai Gempa Vulkanik). Gempa bumi dapat diukur menggunakan alat bernama Seismometer, dengan Skala Magnitudo atau Skala Richter. Getaran dan guncangan inilah yang kemudian menimbulkan kerusakan di permukaan bumi.

Dalam setahun, Jepang mengalami lebih dari 1.500 gempa, bahkan bisa mencapai 3.000 gempa.Gak heran sih, mengingat Jepang berada di wilayah cincin api sekaligus lempeng Pasifik. Selain itu, daratan Jepang juga dikelilingi oleh lautan, sehingga Tsunami kerap kali terjadi jika pusat gempa berada di bawah laut. Salah satunya adalah gempa di tahun 2011 di wilayah Tohoku, dengan kekuatan mencapai 9,0 SR dan menimbulkan gelombang Tsunami setinggi 10 meter. Bencana yang dahsyat ini menimbulkan 15.269 korban tewas dengan 8.526 orang lainnya dinyatakan hilang. Setelah itu, gempa kembali mengguncang Jepang pada 14 April 2016, dengan rentang kekuatan 6,2 SR hingga 7,3 SR. Gempa yang melanda wilayah Kumamoto menimbulkan sedikitnya 9 korban jiwa. Karena seringnya terjadi gempa bumi dan Tsunami di negara itu, sekarang Jepang makin sering menerapkan mitigasi gempa dan Tsunami di masyarakat untuk meminimalisir korban jiwa.

Indonesia sering mengalami gempa tektonik karena berada di wilayah cincin api dan lempeng bumi yang cukup aktif, terutama di wilayah barat Sumatera dan pulau-pulau besar di selatan Indonesia. Selain itu, adanya jalur gunung api dari Sumatra hingga Nusa Tenggara juga bikin Indonesia gak bisa lepas dari gempa vulkanik yang bersamaan dengan erupsi gunung berapi. Makanya, banyak gempa-gempa yang cukup besar mengguncang Indonesia dengan kerusakan yang gak main-main. Salah satu yang terparah adalah gempa dan Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004. Gempa yang berkekuatan 9,1 SR sampai 9,3 SR ini menyebabkan Tsunami setinggi 30 meter. Di Indonesia sendiri, bencana ini menyebabkan lebih dari 165 ribu jiwa meninggal dunia. Gak lama kemudian, gempa kembali juga melanda Nias (2005) dengan kekuatan 8,7 SR, Yogyakarta (2006) dengan kekuatan 5,9 SR, dan Jawa Barat (2009) dengan kekuatan 7,9 SR. Di tahun 2018, Indonesia kembali diguncang gempa yang cukup dahsyat di Lombok Nusa Tenggara Barat (29 Juli 2018) dengan kekuatan 6,4 Mw, Nusa Tenggara Timur (17 Agustus 2018) dengan kekuatan 6,7 SR, serta Palu, Sigi dan Donggala (28 September 2018) dengan kekuatan mencapai 7,4 SR yang juga disertai gelombang Tsunami setinggi 5 meter.

Chili adalah salah satu negara di Benua Amerika yang jadi langganan gempa, dengan intensitas yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara di benua yang sama. Negara ini dilewati oleh lempeng Nazca yang cukup aktif bergerak, meskipun bukan lempeng bumi yang mendominasi sebagian besar kerak bumi, tapi setiap pergerakannya menimbulkan kekuatan yang cukup besar dan mampu memporak-porandakan Chili. Rata-rata kekuatan gempa yang terjadi di lempeng Nazca berada di angka 8 SR. Pada tahun 2010 silam, gempa berkekuatan 8,8 SR melanda lepas pantai Concepcion, Chili dan menyebabkan gelombang Tsunami. Tahun 2015 gempa yang tak kalah dahsyat juga mengguncang lepas pantai Illapel, Chili dengan kekuatan 8,3 SR dengan disusul kembali oleh gelombang Tunami setinggi 4 meter. Kerusakan yang ditimbulkan dari gempa-gempa ini cukup parah meskipun terjadi di lempeng minor.

Filipina juga bernasib sama kaya Indonesia, dengan banyaknya jalur gunung api dan adanya lempeng tektonik yang masih aktif dan melaui negara ini, menyebabkan Filipina sering diguncang gempa bumi. Dua kondisi itu menyebabkan banyak gempa berkekuatan lebih dari 6 SR mengguncang Filipina dan menimbulkan banyak korban jiwa. Tahun 1976 aja Teluk Moro di Pulau Mindanao diguncang gempa dengan kekuatan 7,9 SR, yang lagi-lagi disusul oleh gelombang Tsunami dan menyebabkan 8.000 orang meninggal dunia.Pada 15 Oktober 2013 lalu, gempa berkekuatan 7,2 SR mengguncang daerah Bohol dan Cebu dan menyebabkan ratusan orang meninggal dunia kerusakan parah.

Yang terakhir ada Tiongkok. Loh, kok Tiongkok? Soalnya Tiongkok sendiri dilalui oleh beberapa lempeng minor dunia yang cukup aktif bergerak. Jadi, ketika lempeng-lempeng itu saling bergesekan satu sama lain, bisa dipastikan akan terjadi gempa di negara ini, meskipun tidak sampai menyebabkan Tsunami layanknya Indonesia atau Jepang. Kekuatan dari gempa-gempa yang terjadi di Tiongkok juga cukup besar, dengan kisaran 6 SR sampai 8 SR. Salah satu contohnya adalah gempa yang melanda wilayah Sichuan pada 12 Mei 2008. Gempa berkekuatan 7,9 SR ini menimbulkan sekitar 69.000 jiwa melayang. Di abad ke-20, Tiongkok juga pernah dilanda beberapa gempa terburuk sepanjang sejarah, yaitu gempa Shaanxi (1556) yang berkekuatan 8,3 SR dan membuat 830 ribu orang meninggal dunia, serta gempa Tangshan (1976) yang berkekuatan 7,9 SR dan memakan sedikitnya 242 ribu korban jiwa.