Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
Tiongkok Tak Punya Pilihan Selain Buka Pasar Impor
Selasa 6/11/2018 | 00:00

Perang Dagang - Trump Ingin Perusahaan AS Diberi Akses Lebih Besar

Tiongkok Tak Punya Pilihan Selain Buka Pasar Impor


Foto : ISTIMEWA
>>Tiongkok akan impor barang dan jasa senilai 40 triliun dollar AS dalam 15 tahun ke depan.

>> AS tak akan berhenti sebelum berhasil memangkas defisit perdagangan dengan Tiongkok.



SHANGHAI - Tiongkok akhirnya membuka pasar impor untuk memangkas surplus perdagangan dengan Amerika Serikat (AS). Tiongkok berjanji akan memangkas tarif impor dan lebih membuka ekonominya untuk menjawab kritik yang menyebutkan Negeri Tirai Bambu itu melakukan praktik perdagangan yang tidak adil.

Berdasarkan data Biro Statistik AS, pada September 2018 defisit perdagangan AS dengan Tiongkok mencapai 40,2 miliar dollar AS. Sepanjang tahun ini (Januari–September), neraca perdagangan Negara Paman Sam itu tekor 301,36 miliar dollar AS. (Lihat infografis) Presiden Tiongkok, Xi Jinping, mengungkapkan janji negaranya itu saat memberikan sambutan kunci pada pameran perdagangan “Shanghai International Import Expo” di Shanghai, Tiongkok, Senin (5/11).

Xi menambahkan, negaranya juga sedang membangun pertahanan terhadap sistem perdagangan bebas global yang disebutnya sedang “diserang”. Pernyataan itu merujuk kepada AS, yang tengah terlibat perang dagang dengan Tiongkok melalui saling menerapkan tarif impor yang tinggi. Meski demikian, belum ada tanda-tanda kedua negara akan menyerah, dan AS justru bersiap-siap untuk meningkatkan serangan.

“Dalam globalisasi ekonomi yang semakin luas, cara-cara hukum rimba dan pemenang mendapat semuanya hanya mengarah ke jalan buntu. Ke depan, pertumbuhan inklusif untuk semua pihak adalah cara yang benar,” kata Presiden Xi. Dia menjanjikan tarif impor yang lebih rendah dan memberikan kemudahan pada perusahaan asing untuk mengakses ekonomi negara itu.

Tiongkok berjanji akan mengimpor barang dan jasa lebih banyak. Ini bukan kesepakatan sementara, tapi merupakan pertimbangan jangka panjang, dan keadilan perdagangan itu menjadi agenda tahunan. Total pembelian Tiongkok pada barang luar negeri akan mencapai 30 triliun dolar dalam 15 tahun ke depan.

Pada periode sama, pembelian jasa berkisar 10 triliun dollar AS. Akan tetapi, Presiden Xi tidak membahas keberatan utama AS soal dugaan pencurian kekayaan intelektual terhadap perusahaan AS. Belum ada tandatanda bahwa Tiongkok akan terpuruk akibat eskalasi perang dagang. “Ekonomi Tiongkok ibarat lautan. Badai bisa membalik kolam, tetapi tidak pernah terjadi pada laut,” kata Xi.

Ancaman AS

Tahun ini, AS telah menerapkan tarif impor tinggi pada setengah dari ekspor Tiongkok ke negara itu. Kebijakan tersebut membuat konsumen di AS harus membeli produk Tiongkok dengan harga lebih mahal. AS mengancam akan menerapkan kebijakan itu terhadap semua impor dari Tiongkok.

Gedung Putih mengatakan tarif merupakan cara untuk merespons kebijakan perdagangan Tiongkok yang dinilai tidak adil. Hal itulah yang juga dituding Presiden AS, Donald Trump, menciptakan defisit perdagangan yang besar, dan dugaan pencurian kekayaan intelektual. Trump juga ingin Tiongkok memberi perusahaan AS akses yang lebih leluasa ke pasar negara itu.

AS tidak akan berhenti sebelum berhasil memangkas defisit perdagangannya. Xi berjanji akan meningkatkan impor dengan memotong tarif impor, mengatur bea cukai, dan mengurangi “biaya institusional”. Namun, dia tidak menjelaskan negara mana yang akan diuntungkan dari tarif impor yang lebih rendah, dan apakah AS ada dalam daftar itu.

“Tiongkok juga akan terus membuka akses pasar. Keterbukaan telah menjadi merek dagang Tiongkok. Pintu Tiongkok tidak akan ditutup, akan terbuka lebih lebar,” ujarnya. Pidato Xi itu diungkapkan beberapa pekan sebelum jadwal pertemuannya dengan Trump di Buenos Aires, Argentina, setelah pertemuan pemimpin G20.

Hal ini bisa menawarkan kesempatan bagi Beijing dan Washington untuk mempersempit perbedaan mereka. Jeffrey Schott, mitra senior Peterson Institute for International Economics, yang menghadiri pameran di Shanghai, menilai janji Presiden Xi soal kebijakan investasi yang tidak diskriminatif, perlindungan hak kekayaan intelektual, dan pemangkasan tarif impor berpotensi meredakan tensi antara Tiongkok dan AS.

“Banyak hal yang ditawarkan Xi bisa menjadi sinyal positif saat dia bertemu Trump. Ada goodwill pada kedua belah pihak yang bisa menurunkan friksi yang bisa melukai kedua negara,” ujar Schott. 

BBC/SB/ahm/WP

Sumber
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
693
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.1KThread10.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.