Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

LordFariesAvatar border
TS
LordFaries
Minim Dukungan, Rupiah Makin Sulit Menguat
Minim Dukungan, Rupiah Makin Sulit Menguat
JAKARTA - Meskipun telah terdepresiasi lebih dari 12 persen sepanjang tahun ini dan menjadi salah satu mata uang berkinerja terburuk di Asia, nilai tukar rupiah dinilai masih sulit untuk menguat hingga tahun depan. Sebab hingga kini belum ada sentimen positif yang mampu mendukung penguatan rupiah.

Di sisi lain, berbagai faktor yang menghambat pergerakan positif mata uang RI itu terutama adalah defisit transaksi berjalan yang bakal melebar, ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), tensi perang dagang yang masih memanas, dan tren kenaikan harga minyak.

Ekonom Indef, Achmad Heri Firdaus, mengemukakan Bank Indonesia (BI) memprediksi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal III-2018 akan berada di atas level 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini tentunya akan memicu pelemahan rupiah lebih dalam lagi.

“Sudah pasti ini cukup menekan rupiah, karena kebutuhan dollar AS akan meningkat. Di sisi lain, pasokan valuta asing dari ekspor masih seret,” kata dia, di Jakarta, Rabu (24/10). Menurut Heri, CAD sebenarnya bisa dihindari dengan memacu ekspor untuk menjaring lebih banyak valuta asing ke Tanah Air, ketimbang mengeluarkannya untuk impor dan kegiatan lainnya.

“Jadi, kalau kita banyak mendapatkan valuta asing melalui ekspor lama-lama akan mengurangi defisit. Tapi dengan catatan impor dikendalikan, capital outflow bisa diredam dan sebagainya,” lanjut dia. Pada perdagangan di pasar spot, Rabu, nilai tukar rupiah memperpanjang pelemahannya pada perdagangan hari kedua berturut-turut.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah lima poin atau 0,03 persen di level 15.197 rupiah per dollar AS, setelah terdepresiasi lima poin di posisi 15.192 rupiah pada perdagangan Selasa (23/10). Ekonom senior, Faisal Basri, memperkirakan tren pelemahan rupiah masih akan berlanjut di tahun depan.

“Pemerintah saja bikin asumsi APBN sudah 15 ribu rupiah, biasanya realisasi lebih tinggi daripada target, trennya akan melemah,” ungkap dia. Faisal menambahkan neraca transaksi berjalan yang masih defisit membuat rupiah terus melemah. Pada pada kuartal I-2018, transaksi berjalan Indonesia defisit 5,71 miliar dollar AS atau 2,21 persen dari PDB.

Di kuartal berikutnya, defisit itu melebar menjadi sebesar 8,02 miliar dollar AS atau 3,04 persen dari PDB. Sementara itu, dari sisi eksternal, rencana Bank Sentral AS yang masih akan menaikkan suku bunga acuan dan meningkatnya eskalasi perang dagang antara AS dan Tiongkok membayangi pergerakan rupiah.

“Jadi sederhana aja, apakah tahun depan transaksi berjalan akan menjadi surplus, kan tidak. Sepanjang transaksi berjalan defisit, dan arus modal masuk melemah, maka rupiah akan terus melemah,” kata Faisal Basri. Selain itu, keputusan BI menahan suku bunga acuan di level 5,75 persen dinilai akan membuat investasi dalam rupiah kurang menarik sehingga pemodal mengalihkan investasi ke tempat yang lebih menjanjikan, seperti dollar AS.

Pacu Ekspor
Sebelumnya, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III-2018 akan melebihi kuartal sebelumnya yang sudah mencapai 3 persen terhadap PDB.

Deputi Gubernur BI, Mirza Adityaswara, mengatakan proyeksi ini berasal dari pertumbuhan ekspor periode Januari–September 2018 yang masih lebih rendah dibandingkan impor, meskipun pada bulan lalu neraca perdagangan sempat membaik.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), secara tahun berjalan, pertumbuhan ekspor hanya 9,41 persen, padahal impor telah mencapai 23,33 persen dari Januari–September 2018. Mirza menambahkan pertumbuhan impor pada kuartal III-2018 lebih tinggi ketimbang ekspor karena harga komoditas dunia sedang tidak mendukung.

Dari sisi impor, harga minyak mentah dunia justru kian tinggi. “Indonesia adalah importir minyak dan harga minyak sedang naik, sehingga impor minyak meningkat. Ditambah juga karena sedang mengakselerasi infrastruktur,” jelas dia. Menurut Heri, perlu upaya ekstra untuk memperkuat kurs rupiah, salah satunya yang terpenting adalah memperbaiki fundamental ekonomi, yaitu daya saing.

“Industri dan eskpor terutama yang punya nilai tambah tinggi harus ditingkatkan. Kemudian, di jangka pendek dengan menahan laju depresiasi melalui pengendalian impor,” jelas dia.

http://www.koran-jakarta.com/minim-dukungan--rupiah-makin-sulit-menguat/

Nah loh
1
905
10
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.8KThread41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.