Tertawa dalam perih, alias terlihat senang walaupun hati teriris. Mungkin Agan pernah mengalaminya saat melihat gebetan jalan sama teman sekantor yang @#$%^&*(_ ku pikir kita punya sesuatu yang spesial ternyata aku tak lebih dari rekan kerja mu saja.

Sebenarnya, tertawa dalam perih pada kasus di atas adalah hal wajar, di mana kamu gengsi menunjukkan kalau kamu sedih di depan orang-orang, apalagi di depan oknum bersangkutan secara langsung. Tapi apakah hal ini sama dengan yang disebut pasif-agresif?

Menurut artikel ini,pasif agresif adalah cara seseorang untuk menyampaikan kekecewaan atau rasa marah secara tersirat, alias tidak langsung. Biasanya sikap ini didorong oleh rasa takut atau enggan untuk mengungkapkan emosi negatif secara langsung.

Kalau kata wikihow, lebih sadis lagi, perilaku pasif agresif adalah cara mengatasi konflik tanpa menghadapinya secara langsung. Perilaku ini bisa merusak hubungan sebab pada awalnya, orang-orang pasif agresif terkesan ramah, tetapi lama-kelamaan, sikap mereka berubah. Istilah “munafik” biasa digunakan untuk menjelaskan perilaku tersebut.

Whoa. Tendensius banget sih. Sebenarnya gue bingung sih, karena pasif-agresif, munafik, gengsian, itu sepertinya mirip, lalu batas pebedaannya di mana? Gak taulah. Yang pasti, buat gue pasif-agresif itu melelahkan banget. Agan pasti pernah mengalaminya, sebagai pelaku, ataupun korban, sama aja dua-duanya melelahkan. Gue kasih gambarannya aja biar makin jelas yah.

Aku Gak Apa- Apa Kok....Tapi...



...mogok bicara selama seminggu. Kalau ceuk orang sunda mah, ambeugan. Terus terang aja, gue gak masuk golongan ini, karena gue itu gampang banget ngelupain kesalahan orang, Gue juga gak gampang butthurt, makanya gue lelah banget menghadapi orang ambeugan. Gak diajak, ambeug, gak dikasih ambeug, padahal kalau mau sesuatu tinggal bilang aja kan, meski belum tentu dikasih juga. Orang pasif agresif sering bilang gak papa, padahal dalam hatinya ngedumel. Kan kalau gak suka ya bilang aja, buat orang yang menelan mentah kayak gue, capek menebak-nebak maksud hati nya.

Wah Mobilnya Bagus, Pantesan Cewek Itu Milih Dia...



Di balik pujian ini, ada sebuah nyinyiran, bahwa satu-satunya alasan cewek itu milih dia adalah karena mobilnya. Nyinyir aja yak, apa salahnya menjadi realistis heuheuheu. Orang pasif agresif biasanya menyelipkan nyinyiran dalam pujiannya, jadi kalau dia memuji, biasanya ada niat terselubung tuh. Kalau udah kayak gini, cengirin aja dah.

Andai aja ini semua gak terjadi...



Satu hal yang menyebalkan kalau pasif-agresif sedang muncul, adalah sifat susah move on ini. Menyesali secara berlarut-larut sebuah kegagalan, berandai-andai hasil akhirnya berbeda. Orang pasif agresif tidak mau menganut nasi sudah menjadi bubur, malah sibuk meratapi hal-hal yang gak sesuai keinginannya. Capek woi capek (ngomong ama diri sendiri). Dunia ini terus berputar, jadi jangan kelamaan merenungnya bos.

Itu beberapa contohnya. Gimana, ngeselin gak menghadapi orang pasif-agresif? Apa lo merasa salah satunya? Kalau gue pribadi sih pernah banget jad pelaku pasif-agresif. Cuma makin ke sini gue sadar itu melelahkan jadi gue udah mulai menguranginya. Satu hal yang pasti, orang pasif-agresif itu cenderung menghindari konfrontasi, makanya lebih suka memberikan silent treatment. Kesel sendiri, sedih sendiri, bukan karena lo Aries loh ya, tapi itu namanya pasif-agresif, hehe. Sedikit saran dari gue, konfrontasi itu perlu, karenaa dengan begitu kita bisa mencari penyelesaiannya. Tapi, dengan cara baik tentunya. Diskusi, bicarakan, kalau gak bisa langsung ya minimal kirim whats app. Meski kesannya gak gentle, tapi kalau cara itu dirasa membuat lo nyaman, kenapa enggak toh?

Mari kita kurang-kurangin menjadi pasif-agresif, demi dunia yang lebih legowo.