Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

annisa2019Avatar border
TS
annisa2019
Tanpa Restu dari China, INALUM Belum Bisa Kuasai FREEPORT ...
Tanpa Restu dari China, Inalum Belum Bisa Kuasai Freeport
Rabu 03 Oktober 2018 - 11:00

Tanpa Restu dari China, INALUM Belum Bisa Kuasai FREEPORT ...
Suasana penggalian di Freeport. (Foto:   Instagram @freeportindonesia)

Meski telah menandatangani Sales Purchase Agreement (SPA) dengan Freeport McMoRan Inc (FCX) dan PT Rio Tinto Indonesia pada Kamis (27/9) lalu, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum masih harus menyelesaikan urusan administrasi dan pembayaran untuk menguasai 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI).

Pemerintah menargetkan urusan administrasi dan pembayaran USD 3,85 miliar ke FCX dan Rio Tinto dapat dirampungkan semuanya pada November 2018. Namun, meski tinggal urusan administrasi izin dan pembayaran saja, prosesnya tak semudah yang dibayangkan.

Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan bahwa ternyata aksi korporasi Inalum mengakuisisi 51 persen saham PTFI ini harus mendapat izin dari Badan Antitrust (anti monopoli) China. Tanpa izin dari Antitrust China, Inalum tak bisa melakukan transaksi pembayaran dengan FCX dan Rio Tinto.

"Kalau izin dari China itu belum keluar, Freeport enggak berani closing," kata Budi dalam wawancara khusus dengan kumparan, Jumat (28/9).

Masalahnya lagi, tak bisa dipastikan berapa lama izin dari Antitrust China ini akan keluar. "Orang bilang antara 1-3 bulan. Susah ditebak karena hubungannya sekarang lagi tegang juga sama Amerika Serikat (AS)," Budi menuturkan.

China sebagai konsumen tembaga terbesar di dunia sangat berkepentingan untuk menjaga persaingan usaha di antara produsen tembaga. Karena itu, Negeri Tirai Bambu mewajibkan semua produsen tembaga untuk meminta izin ketika melakukan aksi korporasi seperti merger, akuisisi, dan perubahan kepemilikan.

"Itu pintarnya dia. Seluruh dunia diatur, hebat. Orang enggak berani karena pasarnya dia besar," ucapnya.

Tanpa Restu dari China, INALUM Belum Bisa Kuasai FREEPORT ...

Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Budi Gunadi Sadikin(Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)

Menurut Budi, harusnya akuisisi PTFI ini tak mendapat hambatan dari China karena justru akan menambah produsen tembaga, bukan mengurangi. Karena itu, Budi optimistis Inalum tak akan mendapat hambatan dari Antitrust China.

"Dulu kan ini (PTFI) punya Freeport 100 persen terus sekarang jadi punya Indonesia, harusnya buat China justru menambah seller, bukan mengurangi. Freeport mungkin punya tambang tembaga di Afrika, Amerika Selatan, sekarang yang dari Papua jadi milik kita (Inalum). Kita minta harusnya tahun ini selesai," tutupnya.
https://kumparan.com/@kumparanbisnis...38653980247182

Beli 51 Persen Saham Freeport, Inalum Harus Izin ke China
Selasa 02 Oktober 2018 - 09:41

Sales Purchase Agreement (SPA) antara PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Freeport McMoRan Inc (FCX), dan PT Rio Tinto Indonesia telah ditandatangani pada Kamis (27/9) lalu. Perjanjian ini menyepakati penjualan 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI) ke Inalum.

Setelah penandatanganan SPA, Inalum masih harus menyelesaikan urusan administrasi dan pembayaran sebesar USD 3,85 miliar ke FCX dan Rio Tinto.

Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin menuturkan, ada banyak sekali perizinan yang harus dirampungkan. Ditargetkan semuanya bisa selesai pada November 2018.

"Izin-izinnya banyak banget, saya lihatnya saja sudah capek, tebal sekali. Tapi kita lihat yang paling critical, yang paling lama biasanya payment. Ada administrasi dokumen, ada administrasi izin, ada administrasi payment. Karena orang kan mesti cari uangnya. Tapi karena kita bankir dan uangnya sudah tersedia duluan, kita sudah dapat uangnya cepat dan uangnya masuk November 2018," ujar Budi dalam wawancara khusus dengan kumparan, Jumat (28/9) lalu.

Perizinan yang harus diselesaikan Inalum tersebar di 9 negara, salah satunya China. Ternyata, Inalum harus mendapat izin dari Badan Antitrust (anti monopoli) China untuk mengakuisisi PTFI.

"Nah yang kita baru tahu, ternyata Freeport itu mesti dapat izin di 7 atau 9 negara, bikin lama itu. Izin apa itu? Izin antitrust law. Antitrust law apa? Yang paling lama di China. Freeport ini perusahaan Amerika, kok mesti izin ke antitrust China? Saya baru sadar, ini hebatnya pemerintah China. Jadi mereka itu bikin antitrust bukan hanya untuk domestik, tapi untuk global," paparnya.

China sebagai konsumen tembaga terbesar di dunia sangat berkepentingan untuk menjaga persaingan usaha di antara produsen tembaga. Karena itu, Negeri Tirai Bambu mewajibkan semua produsen tembaga untuk meminta izin ketika melakukan aksi korporasi seperti merger, akuisisi, dan perubahan kepemilikan.

"Logika mereka begini, China butuh tembaga banyak banget, jadi dia impor tembaga. Perusahaan tembaga di dunia misalnya ada 4, tiba-tiba 2 terbesar merger sehingga jadi tinggal 3, akibatnya perusahaan tembaga gabungan ini memiliki kontrol lebih besar pada produksi tembaga dunia. China melihatnya ini bisa kartel harga, sementara China pembeli terbesar. Maka kalau mau jualan ke China, harus izin (untuk merger/akuisisi) ke China. Itu pintarnya dia. Seluruh dunia diatur, hebat. Orang enggak berani karena pasarnya dia besar," ucapnya.

Menurut Budi, harusnya akuisisi PTFI ini tak mendapat hambatan dari China karena justru akan menambah produsen tembaga, bukan mengurangi.

"Dulu kan ini (PTFI) punya Freeport 100 persen terus sekarang jadi punya Indonesia, harusnya buat China justru menambah seller, bukan mengurangi. Freeport mungkin punya tambang tembaga di Afrika, Amerika Selatan, sekarang yang dari Papua jadi milik kita (Inalum). Kita minta harusnya tahun ini selesai," katanya.

Tanpa izin dari antitrust China ini, Inalum belum bisa membayar lunas pembelian saham PTFI ke FCX dan Rio Tinto. Diharapkan izin dari China ini bisa mulus.

"Kalau izin dari China itu belum keluar, Freeport enggak berani closing. Orang bilang antara 1-3 bulan. Susah ditebak karena hubungannya sekarang lagi tegang juga sama Amerika Serikat (AS)," tutupnya.
https://kumparan.com/@kumparanbisnis...47549613028573

Quote:



----------------------------

Wuakakakk ... yaa jelaslah, akhirnya akan dibeli CHINA jua, seperti kejadian di Afrika itu, dimana tambang Freeport akhirnya di 'take over' oleh modal dari negeri  China. 

Di masa depan kayaknya CHINA akan menggantikan peran negeri-negeri maju seperti AS, Prancis, Canada, Australia dan Jepang sebagai óperator' utama pertambangan di INDONESIA. Itu infonya, hampir sebagian besar smelter pertambangan di dalam negeri, dibangun oleh modal investasi dari China

Jadi kelak, Chinalah yang mayoritas akan menguasai smelter-smelter pertambangan di negeri ini.

emoticon-Wkwkwk
Diubah oleh annisa2019 20-10-2018 02:37
1
3K
31
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.9KThread41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.