naniharyono2018Avatar border
TS
naniharyono2018
Pulau Jawa Kekeringan, Sumatera Banjir, Indonesia Timur Gempa ...
Pulau Jawa Kekeringan, Krisis Air Bersih Melanda
17 Okt 2018, 19:24 WIB

Liputan6.com, Bandung - Sejumlah mata air di Pulau Jawa mengering. Warga pun harus antre selama berjam-jam untuk mendapatkan air bersih.  Seperti ditayangkan Liputan6 SCTV, Rabu (17/10/2018), sudah tiga bulan hujan tak kunjung datang. Kekeringan melanda puluhan desa di delapan kecamatan di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Kelangkaan air juga diperparah dengan mengeringnya sejumlah mata air di pegunungan. Warga terpaksa bergantung kepada bantuan air dari Badan Penangunalangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Situasi yang sama terlihat di Bandung, Jawa Barat. Warga harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan bantuan air demi mencukupi kebutuhan minum dan lainnya. Sudah lebih dari dua bulan, beberapa sumber air sudah mengering. 

https://www.liputan6.com/news/read/3...bersih-melanda

Begini Dampak Kekeringan di Jawa dan Nusa Tenggara
Masyarakat mengeluarkan biaya tambahan untuk air bersih
07 September 2018



Jakarta, IDN Times - Bencana kekeringan melanda di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Jawa dan Nusa Tenggara selama musim kemarau pada 2018.

Kemarau menyebabkan pasokan air berkurang, debit sungai menurun, tinggi muka air di danau dan waduk menyusut, sumur kering sehingga masyarakat mengalami kekurangan air dan sebagian pertanian puso. 

"Sebagian masyarakat terpaksa harus membeli air bersih untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis, Kamis (6/9)

1. Petani mengeluarkan biaya tambahan akibat dampak kekeringan



Akibat kekeringan tersebut, kata Sutopo, petani juga mengeluarkan biaya tambahan Rp800 ribu untuk sewa pompa air dan membeli solar guna mengaliri sawahnya.  "Sebagian petani melakukan modifikasi pompa air dengan mengganti bahan bakar solar dengan gas 3 kilogram, sehingga dapat menghemat biaya Rp100-Rp150 ribu rupiah," ujar Sutopo.

2. Kekeringan melanda 11 provinsi



Berdasarkan data yang dihimpun Posko BNPB, kekeringan melanda 11 provinsi yang terdapat di 111 kabupaten/kota, 888 kecamatan, dan 4.053 desa. Kekeringan telah menyebabkan 4,87 juta jiwa terdampak. "Masyarakat mengalami kekurangan air bersih sehingga harus mencari air ke sumber-sumber air di tempat lain. Sebagian harus membeli air bersih dan menggantungkan pada bantuan droping air bersih," ungkap dia.

3. Sebagian besar kekeringan melanda Jawa dan Nusa Tenggara



Menurut Sutopo, sebagian besar kekeringan melanda wilayah Jawa dan Nusa Tenggara. Beberapa daerah yang mengalami kekeringan cukup luas adalah Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, NTT, dan Lampung. "Pendataan kekeringan di wilayah Bali masih dilakukan. Namun, berdasarkan laporan BPBD, kekeringan tidak terlalu berdampak luas di Bali pada tahun ini," kata Sutopo.

Dia melanjutkan, di Provinsi Jawa Barat kekeringan terdapat 22 kabupaten/kota yang meliputi 165 kecamatan, 761 desa, dan berdampak pada 1,13 juta penduduk mengalami kekerangan air bersih. 

Di Jawa Tengah, lanjut Laosketter, sebanyak 854 ribu jiwa penduduk terdampak kekeringan, yang terdapat di 28 kabupaten/kota, 208 kecamatan dan 1.416 desa. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), sebanyak 1.23 juta jiwa penduduk terdampak kekeringan yang berada di sembilan kabupaten ada kota, 74 kecamatan, dan 346 desa.
https://www.idntimes.com/news/indone...-tenggara/full

Jawa Barat Kekeringan, Ribuan ASN Gelar Salat Istisqa di Gasibu
Selasa 16 Oktober 2018, 09:54 WIB




Bandung - Sekitar 10 ribu aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemprov Jabar bersama warga lainnya mengikuti salat istisqa di Lapangan Gasibu, Selasa (16/10/2018). Salah sunah tersebut digelar agar Allah segera menurunkan hujan di Jawa Barat. 

Pantauan detikcom, salat istisqa yang digelar di Lapangan Gasibu diikuti oleh para ASN dan warga. Sejumlah pejabat juga tampak hadir seperti Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa dan pejabat lainnya. 

Sementara Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tidak ikut serta karena sedang melaksanakan kunjungan kerja ke Rusia. Begitu juga dengan Wakilnya Uu Ruzhanul Ulum yang juga tidak hadir mengikuti salah istisqa karena sedang bertugas di Bekasi. 

Salat sunnah dua rakaat diimami oleh Ketua MUI Jabar Rachmat Syafei, berlangsung dengan khidmat. Setelah salat, para ASN langsung memanjakan doa agar Allah memberi keberkahan untuk Jawa Barat.

Sekda Jabar Iwa Karniwa menuturkan, salat istisqa digelar sebagai bentuk ikhtiar agar Allah segera menurunkan hujan di tengah kekeringan yang sedang melanda sejumlah wilayah di Jawa Barat.

"Ini bagian dari ikhtiar Pemprov Jabar melalui Pak Gubernur Ridwan Kamil. Kita semua ASN Jabar dan non ASN bersama-sama dengan Ketua MUI. Seluruh ASN hampir 10 ribuan hadir di sini untuk memohon ampun sekaligus memohon barokah (dari Allah untuk segera diturunkan hujan)," ucapnya, usai melaksanakan salat istisqa. 

Baca juga: Minta Hujan, Seribu ASN Kota Bandung Gelar Salat Istisqa

Selain menggelar salat istisqa, pihaknya juga sedang mengupayakan untuk membuat hujan buatan bekerja sama dengan BPPT. "Ikhtiar sesuai keilmuan bekerjasama BPPT untuk rekayasa membuat hujan buatan. Iktiar utama secara iklas mendoakan masyarakat Jabar tidak hanya itu, tapi tanaman, hewan juga mendapat barokah," ucapnya. 

"Niat baik kita ini sejak Sabtu, tapi alhamudillah tadi malah hujan, sekarang memohon hujan yang barokah,"ujarnya. 

https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4258530/jawa-barat-kekeringan-ribuan-asn-gelar-salat-istisqa-di-gasibu

BNPB: 22 Orang Meninggal Akibat Banjir Sumatera Utara dan Barat

Sabtu, 13 Oktober 2018 16:16 WIB


Banjir dan longsor landa empat wilayah di Kabupaten Mandailing Natal, Kota Sibolga, Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Pasaman Barat. Twitter/@Sutopo_PN

TEMPO.CO, Jakarta - Banjir bandang melanda sejumlah daerah di Suamtera Barat dan Sumatera Utara setelah diguyur hujan beberapa hari terakhir. Salah satunya banjir Mandailing Natal yang mengakibatkan 11 orang siswa SD meninggal akibat terseret arus.


"Data sementara yang dilaporkan BPBD Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat, banjir dan longsor menyebabkan 22 orang meninggal, 15 orang hilang, dan puluhan orang luka-luka," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Sabtu 13 Oktober 2018.


Data sementara BNPB, kata Sutopo, 13 orang meninggal dan 10 oranng hilang di Mandailing Natal. 11 di antaranya merupakan siswa Madrasah di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Mandailing Natal. Sepuluh orang juga diperkirakan hilang akibat tertimpa bangunan yang hancur diterjang banjir bandang pada Jumat, 12 Oktober 2018.

Dua korban meninggal lainnya ditemukan setelah hanyut bersama kendaraannya masuk sungai. Menurut Sutopo Kejadian berlangsung mendadak saat Sungai Aek Saladi tiba-tiba mengalir dengan debit besar dan membawa lumpur hingga meluap dan menerjang bangunan madrasah. "Jumlah korban hilang masih dapat berubah karena belum dapat dipastikan, korban tertimbun lumpur dan material tembok yang roboh," ujarnya.


Korban jiwa selanjutnya kata Sutopo diakibatkan oleh longor di kota Sibolga dan menewaskan empat orang, 25 rumah pun rusak berat dan 100 rumah terendam banjir dengan ketinggian 60-80 cm


Di Sumatera Barat, banjir bandang menerjang Nagari Tanjung Bonai, di Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar pada Kamis, empat orang meninggal dunia dan 3 orang hilang.


Sutopo menambahkan banjir juga terjadi di Kabupaten Pasaman Barat. Satu korban meninggal dunia dan dua warga hilang. 500 unit rumah pun terendam oleh banjir, selain itu tiga unit jembatan roboh.
[font=Arial]https://nasional.tempo.co/read/1135955/bnpb-22-orang-meninggal-akibat-banjir-sumatera-utara-dan-barat/full&view=ok


Banjir di Aceh Utara Meluas
October 18, 2018


Banjir di wilayah Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, mulai meluas.

Indonesiaraya.co.id, Lhoksukon – Banjir di wilayah Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, mulai meluas, sehingga warga yang bermukim di lokasi terparah mulai mengungsi ke tempat yang lebih aman.
. “Rabu Sore tadi, luapan air dari DAS Krueng Kerueto mulai meluas dan jumlah gampong (desa) yang terendam banjir juga bertambah. Bahkan ada warga yang sudah mulai mengungsi terutama ke kawasan yang agak tinggi rendaman airnya,” ungkap Kasubbag Humas Kapolres Aceh Utara Iptu Heri di Aceh, Rabu malam (17/10/2018).
Di Kecamatan Matang Kuli, jumlah gampong yang terendam banjir semakin bertambah dan sekarang menjadi 22 gampong. Antara lain, Alue Tho, Ceubrek, Pante Pirak, Munye Pirak, Siren, Lawang, Hagu, Meuria, Mee, Tanjong Tgk Ali, Punti Matangkuli, Trieng Teupin Keube, Teupin Keube, Parang IX, Leubok, Blang Dan, Tanjung Haji Muda, Baro, Alue Euntok, Tumpok Barat, anjung Babah Krueng dan Gampong Keude Matangkuli.. Warga desa tersebut mulai mengungsi baik ke mesjid, meunasah dan juga gedung serbaguna desa.
. Sejumlah gampong berikut jumlah jiwa yang mengungsi antara lain, Gampong Hagu dengan jumlah 20 KK (43 jiwa) mengungsi ke mesjid, 2. Gampong Lawang, jumlah 18 KK (45 jiwa) mengungsi ke gedung serba guna gampong, Gampong Tanjung Haji Muda, jumlah 14 KK (110 jiwa), mengungsi ke gedung serbaguna gampong dan Gampong Siren, jumlah 20 KK (35 jiwa), mengungsi ke meunasah gampong.
. “Saat ini tim BPBD Aceh utara telah berada di lokasi banjir di Gampong Hagu untuk melakukan evakuasi warga yang sakit serta warga usia lanjut,? ujar Kasubbag Humas.

Seorang warga Matang Kuli, Haris Maulana juga membenarkan bahwa jumlah desa yang terendam air bertambah luas dan warganya sudah mengungsi.. Biasanya banjir di Kecamatan Matangkuli akan berlanjut mengalir ke kawasan Kecamatan Lhoksukon, ucapnya. Sementara itu sebelumnya, banjir juga melanda di Kecamatan Tanah Luas, yang mengenangi 5 desa akibat luapan aliran sungai Krueng Keureuto. Yakni, Desa Teupin Me, Blang, Tanjong Mesjid, Serba Jaman Baro Dan serta Desa Rayeuk Kuta. Demikian, seperti dikutip Antara. 
https://indonesiaraya.co.id/banjir-d...-utara-meluas/

Gempa Bumi Terus Guncang Indonesia Bagian Timur,
Ini Penjelasan Pakar Geologi Unhas
Kamis, 11 Oktober 2018 22:14

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Gempa bumi berkekuatan magnitude 6,4 mengguncang Situbondo, Jawa Timur, Kamis (11/10/2018) dini hari. Beberapa saat setelah mengguncang Situbondo, gempa bumi kembali terjadi dengan kekuatan 7,0 magnitudo mengguncang Papua Niugini pada pukul 06.48 waktu setempat.

Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat, pusat gempa berada di sekitar 125 km timur dari Kimbe pada kedalaman 40 km. Tercatat ada guncangan gempa hingga 6,2 magnitudo sebelum dan setelah gempa utama berlangsung. Terakhir, gempa berkekuatan 3,6 SR mengguncang Palu lagi.

Terkait maraknya gempa bumi yang terjadi belakangan ini, Kepala Puslitbang Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin, Dr Eng Ir Adi Maulana mengatakan, secara regional, gempa-gempa ini memang saling berkaitan satu sama lain. "Secara langsung memang tidak ada kaitannya, tapi secara regional mereka berkaitan satu sama lain, dalam artian ketika gempa Lombok dulu terjadi, ini mereaktivasi semua jalur patahan yang ada di wilayah Indonesia bagian tengah," kata dosen Geologi Unhas ini kepada Tribun Timur.

"Di Indonesia bagian tengah itu disusun kepingan-kepingan, tak sama seperti bagian barat yang semacam benua besar, di timur itu seperti kepingan yang jika salah satu bergerak akan mengakibatkan pergerakan lempeng lainnya," sambung Adi.

Menurutnya, secara regional, patahan-patahan tersebut berhubugan satu sma lain dimulai dari Lomnok, kemudian mengaktivasi Palu Koro di bagian utara, lalu diikuti Sesar Walennae di Sinjai, Bulukumba, dan terakhir di Situbondo. "Di Jawa bagin timur itu ada sesar kecil namanya sesar kambing yang berbatasan dengan selat Makassar, itu yang kemudian bergerak juga. Jadi sesar ini adalah rangkaian, karena Indonesia timur itu disusun seperti puzle, batas kepingan itulah yang menjadi jalur patahan dan menjadi sumber gempa," ungkapnya.

Adi menjelaskan, di Sulsel ada beberapa patahan yang secara genetik berhubungan dengan aktivitas sesar Palu Koro yang ada di Sulawesi Tengah. "Sesar Palu Koro itu memotong Kota Palu, terus ke tenggara melewati Sorowako yang dinamai patahan Matano dan membentuk Danau Matano. Kemudian tembus ke Teluk Tolo daerah Morowali dan sekitarnya," ucapnya.

"Kemudian ada satu segmennya dari Palu Koro, dia lurus ke tenggara, kalau Matano dia agak ke timur, yang ini dia lurus ke tenggara memotong Toraja sampai ke Teluk Bone. Daerah-daerah sepanjang sesar ini harus waspada," sambungnya.

Menurut Adi, masyarakat yang tinggal di daerah yang dilalui patahan di Sulsel inilah yang harus waspada, namun tak perlu panik. "Tidak usah panik juga, tapi masyarakat di sana harusnya sudah tahu bahwa mereka hidup di daerah jalur patahan. Harusnya aturan pembangunan sudah semestinya disesuaikan dengan daerah, jadi ketika gempa tidak ada lagi mungkin jembatan runtuh atau bangunan rusak parah," kata dia.

"Ini mang harus disosialisasi dari awal, cuma memang pengetahuan geologi di Indonesia relatif masih sangat kurang dibanding dengan negara lain seperti Jepang dan Amerika yang sudah sangat sadar gempa," kata dia menambahkan.

Menurut Adi, ahli geolohi sudah berbicara sejak dulu betapa besarnya potensi kebencanaan di Indonesia, hanya saja people awarness masyarakat terkait kebencanaan masih kurang, sehingga itulah yang membuat setiap kali ada bencana, banyak korban berjatuhan, seperti di Palu. "Seandainya dari dulu semua stakeholder mengerti kebencanaan, daerah seperti Patobo sama, Balaroa itu memang dari tahun 2000 sudah dipetakan sebagai daerah yang sangat rawan akan terjadinya likuifaksi," imbuhnya.

"Ahli geologi sudah tahu mana jalur-jalur rawan bencana, nah rekomendasi yang mereka buat biasanya tidak diakomodir dalam rencana tata ruang wilayah. Ini yang di negara kita memang masih jauh ketinggalan ketika berbicara kebencanaan. Belum ada kepedulian tinggi, nanti kalau ada bencana besar, baru ahli geologi dimintai pendapat," pungkasnya.
http://makassar.tribunnews.com/2018/...-geologi-unhas

-----------------------------------

Bolak-balik sudah diperingatkan oleh para Ulama di negeri ini, malahan Ulama yang mengingatkan dimusuhi dan bahkan di kriminalisasi ... 

Asal tahu saja, Pembukaan UUD 1945 tu telah jelas-jelas menyebutkan bahwa NKRI itu merdeka berkat rakhmat Allah swt. Bukan karena pemberian Jepang dan Belanda, dan bukan pula karena bambu runcing. Negeri ini pun dikenal negeri muslim karena 87% dari total penduduknya beragama Islam. Dasar negara Pancasila pun menyebut, Sila Pertama itu adalah Ketuhanan YME ... Lalu bagaimana bisa para pemimpin dan sebagian elit serta ilmuannya pura-pura budeg dalam menerima pandangan mayoritas penduduknya yang meyakini bahwa bencana alam itu semata-mata bukan peristiwa alamiah semata? Tapi akibat dosa dan kesalahan sosial dan individu yang sudah berakumulasi sehingga bertumpuk-tumpuk?

Apa kalian tidak beragama? Apa kalian banyak yang sekuler dan atheis sehingga mau menampikkan keyakinan mayoritas penduduk negeri ini bahwa bencana itu akibat terlalu banyak dosa dan kesalahan? Mengapa kalian nggak segera bertobat. 

Kota BANDUNG sudah lumayan seperti berita diatas itu. Setidaknya para ASN dan Pejabat Kotanya sudah mau mengakui  kalau mereka banyak dosa sehingga mereka ramai-ramai sholat minta hujan seraya berdoá di tengah lapang bahwa mereka selama ini banyak melakukan dosa dan kesalahan. Dengan itu mereka minta kemudian ampun kepada Allah dan berharap  Allah menurunkan rakhmatnya berupa hujan. 

emoticon-Sorry

Diubah oleh naniharyono2018 18-10-2018 06:57
-4
2.8K
42
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.8KThread40.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.