annastasia81Avatar border
TS
annastasia81
Rania -Gadis Yang Membuatku Menyukai Esok Hari-
Yang kangen masa-masa di SMA boleh cekidot cerita ini 😆

1.

"Cowok sok cool itu kakunya kaya kanebo kering."

"Pak Ujang vraiment??? - Pak Ujang beneran nih??? Benar ini sekolahnya?"

Rania baru saja tiba di depan sekolah barunya. Cewek berdarah campuran itu terbelalak melihat gedung yang lebih mirip bangunan tua di film-film horror daripada gedung sekolah.

"Iya benar ini sekolahnya non, lihat di sana tuh Non."

Pak Ujang menunjuk plang nama yang sudah hampir rubuh di depan bangunan sekolah itu.

"Bacaannya SMA PARKIR Jakarta." Pak Ujang kembali melanjutkan.

"PARKIR? Masa PARKIR sih, mana Pak Ujang?" Rania membuka kaca mobil dan menjulurkan kepalanya. Mencoba membaca nama sekolah itu dengan jelas.

"Ya ampuunnn Pak Ujang! Itu di bacanya PARKIT BUKAN PARKIR, makanya dari tadi saya pikir saya yang salah baca, ternyata mata pak Ujang yang koslet." 

Rania menjerit gemas. "Makanya kacamatanya dipakai Pak Ujang... jangan dijadikan bando di kepala bapak. Memangnya bapak Minnie mouse, pakai bando segala."

Pak Ujang mengambil kacamatanya dari kepala dan memakainya. Ia membaca nama sekolah itu sekali lagi.

"Eh iya, SMA PARKIT. Pak Ujang salah berarti ya Non hehehe..."

"Iya makanya kacamatanya dipakai Pak Ujang." Rania ikut terkekeh.

"Pak, saya jalan sedikit aja ke sana ya." lanjut Rania sambil menunjuk menuju bangunan sekolah itu.

"Baik non... Gud Die ya Non!"

"Hah Gud Die? Apaan lagi tuh Pak Ujang?" Rania mengerutkan dahinya. Tercenung dengan kata-kata Pak Ujang yang terdengar salah di telinganya.

"Gud Die itu loh Non, Selamat Tinggal seperti di film Londo Londo itu, kan non dulu tinggal di luar negri masa non Rania nggak tau!"

"OMG... Itu sih GOOD BYE Pak Ujang bukan Good Die atuh. Aku kira pak Ujang nyumpahin aku mati hahahaha..." tawa Rania meledak.

Ia hampir saja menangis karena tidak tahan melihat ekspresi Pak Ujang yang masih tidak mengerti mengapa ia di tertawakan anak majikannya.

Dipikir Pak Ujang anak berparas bule ini sawan kesambet hantu bangunan tua sekolah itu.

Tapi ya masak pagi-pagi sudah ada hantu. pikir Pak Ujang bergidik berusaha mengusir pikirannya yang tidak karuan.

"Non kalo udah selesai ketawanya, Pak Ujang pamit dulu ya."

"Eh iya ya Pak Ujang... Gud Die to you too ya Pak." Rania kembali tertawa geli dan menghapus air matanya yang keluar.

Pak Ujang pun berlalu pergi, meninggalkan Rania yang sedang menatap lekat bangunan sekolah itu.

Rania sedikit merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Ia berjalan sambil menyemangati dirinya sendiri.

"Ok Rania Semangat! Ini hanya intermezo sebelum lo kembali ke kehidupan lo di Paris."

Rania tersenyum. Dengan langkah mantap ia menuju gerbang sekolah.

Sedikit lagi Rania mencapai pintu gerbang sekolah, seorang satpam menutup pintu gerbangnya.

"Eh... eh Pak tunggu... tunggu!"

Rania berlari kencang, mencegah satpam itu untuk mengunci gerbang sekolah.

"Tunggu Pak saya belum masuk Pak!"

Satpam berkumis dan bertubuh gemuk itu menoleh mendengar teriakan Rania.

"Yah pintunya sudah saya gembok. Kamu terlambat masuk." Satpam berkumis itu melihat jam tangan tuanya.

"Sekarang pukul 7 lewat 1 detik menurut Undang-undang dan Peraturan di Sekolah ini. Barangsiapa Siswa yang Terlambat meski hanya 1 detik saja maka tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam Sekolah. Sekarang sebaiknya kamu pulang dan kembali lagi besok. Ingat JANGAN TERLAMBAT ya." Pak Satpam itu mengakhiri kalimatnya dengan menunjuk jarinya ke arah Rania.

"Tapi Pak... bagaimana saya bisa tahu peraturan sekolah ini pak! Saya siswa baru, pindahan dari Paris." Rania menarik nafasnya cepat-cepat, bersemangat untuk menjelaskan kondisinya. Ia berharap satpam itu dapat memaklumi dan mengizinkannya masuk ke dalam sekolah.

"Dua hari yang lalu, kami sekeluarga baru tiba di Jakarta Pak. Jadi bagaimana dalam dua hari saya tahu semuanya tentang sekolah ini!" lanjut Rania lagi.

"Maaf, sekali lagi saya tidak bisa mengizinkan Kamu masuk ke dalam. Peraturan adalah peraturan. Jadi sebaiknya sekarang kamu pulang dan besok datang sebelum pukul 7 ya." dengan nada tegas satpam itu menolak.

Satpam itu baru saja beranjak ketika Rania berteriak keras.

"Pak tolong pak... biarkan saya masuk!"

Rania menggoyang-goyangkan gerbang sekolah, persis mahasiswa yang sedang demo di gedung perwakilan. Tapi bukan menyuarakan aspirasi rakyat melainkan memohon untuk dibiarkan masuk ke dalam sekolah.

Tapi dengan cuek Pak Satpam malahan berbalik pergi. Ia meninggalkan Rania yang menurutnya sudah menganggu tugasnya.

Rania merasa lemas. Sudah terbayang di matanya, amukan Mamong kalau ia tidak masuk sekolah hari ini. Dan bagaimana jika karena masalah ini, ia tidak diizinkan kembali ke Prancis.

Kepala Rania terasa berat. Ia memejamkan mata dan bergumam dalam hati, "Ya Tuhan, please bantu aku masuk. Aku janji nggak akan telat bangun lagi. Please sekali ini aja, please!"

Melihat seorang siswa melintas di depan pintu gerbang sekolah. Rania merasa semesta menjawab doanya.

"Hey Kamu..." Rania memanggil.

Cowok itu berhenti, menatap Rania.

"Ya Kamu! Sini... Sini... Sini!" Rania memanggil cowok itu mendekat.

Setelah jarak mereka sudah cukup dekat cowok itu berhenti.

Meski diam tanpa kata, tatapan cowok itu seolah menyiratkan pertanyaan, "ada apa?"

Tanpa basa basi, Rania langsung berbicara.

"Nama gue Rania. Gue baru aja pindah. Lo bisa bantu gue masuk nggak?" Rania tersenyum, membujuk.

Sekilas cowok itu melihat jam tangannya. "Maaf nggak bisa." jawabnya singkat, nyaris tanpa ekspresi.

"Tolongin gue dong. Pliss!!! Gue harus bisa masuk ke dalam sekolah." Rania terus membujuk, pantang menyerah.

"Saran Saya sekarang kamu pulang dan besok jangan terlambat lagi." kata-katanya tenang dan terasa dingin di saat yang bersamaan.

Rania terhenyak ketika cowok dingin itu berbalik pergi.

Ia terkejut dengan ketidakramahan dua oknum tadi. Pak satpam yang sok peraturan itu dan cowok dingin yang baru saja pergi.

"Gilak ya orang-orang itu! Kaku banget kaya kanebo kering. Gue telat satu detik aja kaya gue ketahuan bolos. Gimana kalo gue nyontek! Bisa-bisa gue dikirim ke Pesantren kali!" Rania sibuk mengomel. "Pokoknya gue nggak boleh pulang. Mamong bisa ngamuk berat di rumah dan gue pasti nggak akan diizinin balik ke Paris."

Rania berjalan mondar mandir berusaha mencari ide.

Duh bagaimana ya? otaknya terus saja dipaksanya berpikir.

"Ah gue tahu!"

Tiba-tiba terlintas sebuah ide. Gue coba cari jalan masuk yang lain aja. Gue yakin sekolah ini pasti punya pintu belakang. Pokoknya gue harus bisa masuk. Jangan panggil gue Rania kalo gue nggak berhasil.[]



INDEX


1.Chapter 1

2.Chapter 2

3.Chapter 3

4.Chapter 4

5.Chapter 5

6.Chapter 6

7.Chapter 7

8.Chapter 8

9.Chapter 9

10.Chapter 10

11.Chapter 11

12.Chapter 12

13.Chapter 13

14.Chapter 14

15.Chapter 15

16.Chapter 16

17.Chapter 17

18.Chapter 18

19.Chapter 19

20.Chapter 20

21.Chapter 21

22.Chapter 22
Diubah oleh annastasia81 22-03-2022 07:49
anasabila
pulaukapok
bukhorigan
bukhorigan dan 15 lainnya memberi reputasi
16
12.7K
117
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread•41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.