Cerita ini berlatar belakang 20 tahun yang lalu. Aku menjadi saksi keganasan pembantaian kedua orang tuaku. Sebelumnya perkenalkan, namaku Angel aku adalah anak pengusaha tekstil yang sangat sukses dan terkenal dikotaku. Ayah ku memiliki ribuan karyawan, ratusan partner bisnis, dan tentu saja puluhan pesaingnya.
Ayahku memiliki supir pribadi, bernama parjo, ia penduduk asli hanya saja, ayah dari kakeknya adalah bekas tentara belanda, entah apa yg mengilhami kedua orang tuanya memberikan nama parjo.
Ayah ku juga memiliki sekretaris pribadi, namanya Mita ia sering menggodaku ketika aku sedang berkunjung kekantor ayah, atau ketika ia sedang mengambil berkas dirumah. Aku sedikit merinding ketika melihatnya, terkadang matanya memerah ketika soflen yg dikenakannya tergeser atau kering, dan dia orang yg selalu sukses membuat ibuku cemburu. Hingga ibu tak segan untuk memarahinya ketika menurut ibu apa yg mita lakukan terhadap ayah sudah berlebihan, entah dia sakit hati atau tidak dgn kata2 pedas yg ibuku lontarkan.
Ayah juga memiliki partner bisnis yang sering datang kerumah, hanya untuk makan malam/bersantai sambil merayakan proyek proyek mereka yg gol. Aku tidak terlalu peduli, yang aku tau partner bisnis ayah adalah seorang blasteran, berambut pirang dan memiliki sorot mata yg tajam, dia pun selalu dikawal oleh setidaknya 2 bodyguard pribadi.

Aku sering melihat ayahku resah, ketika hampir setiap hari ia diterror oleh pesaing2nya, mulai dari ancaman melalui surat atau pun hal hal yg tidak bisa diterima oleh akal sehat. Aku pun terkena imbasnya, salah satu teman sekolahku adalah anak dari pesaing bisnis ayah, ia bernama Michel. Entah doktrin macam apa yg diberikan ayahnya, anak seumuranku berani mengancam untuk menjatuhkan kerajaan bisnis ayahku, aku hanya menanggapinya dengan sedikit memicingkan mataku, karena aku menganggap itu hanya sebuah lelucon.
Ayah ku orang yg tegas dan sangat disiplin, hingga dihari terakhir sebelum pembunuhan terjadi ayah memecat setidaknya 3 karyawannya. Mereka dipecat karena ketahuan bersantai dikantin saat jam belum menunjukan waktu untuk istirahat dan salah satunya karena ia ketahuan mengambil berkas penting milik ayah.
Ayah juga memiliki tukang kebun, aku biasa memanggilnya kang mus. Kang mus sangat menghormati ayah, karena ayah memberikan beasiswa untuk ketiga anak kang mus hingga jenjang perguruan tinggi. Oh iya istri kang mus adalah mbak ijah, ia orang yang menjadi asisten rumah tangga dirumah.

Hingga tiba saatnya, beberapa hari sebelum idul fitri, menjadi malam yg sangat mengerikan. Aku terbangun dari tidurku, karena mendengar sedikit kedaguhan dan mungkin memang pertanda yg tuhan berikan untukku. Ketika aku ingin mengecek sumber kegaduhan, aku hanya melihat orang yg berjalan dengan bersimbah darah dan memakai masker khas perampok, yg aku lihat hanya mata yg sepertinya tidak berwarna coklat. Untung saja dia tidak sadar akan kehadiranku. Aku langsung masuk ke kamar orang tuaku, aku menangis dan terpukul sekali saat aku melihat kedua orang tuaku dibunuh dengan keji, dan aku hanya menemukan kertas digenggaman tangan ibuku, entah kapan dia menggambarnya kertas itu berisi simbol yg menurutku seperti kepala burung berjambul ^^> , aku pun berlalu sambil membereskan tempat map yg berantakan.
lalu aku menghubungi polisi, Hingga polisi datang, aku pun ditanya atas kesaksianku dan menceritakan semua orang2 yg dekat dengan ayah dan menjelaskan kejadian2 yg ayah alami sebelum pembunuhan dimalam itu. Polisi hanya bilang, ini bukan perampokan, ini murni pembunuhan. Siapakah pembunuh ayah? Dan apa motifnya?
Bantu aku menangkapnya...