Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

venomwolfAvatar border
TS
venomwolf
Solusi Rupiah Melemah, Romo Syafii: Ganti Presiden
NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Tren melemahnya rupiah tampak tak terbendung setelah pada Senin 8 Oktober 2018, rupiah telah berada di level Rp 15.274. Menanggapi hal itu, anggota DPR RI Komisi III, Romo Syafii saat ditanya solusi agar keluar dari rupiah melemah, dia menjawab ganti presiden.

“Ya kalau saya, ganti presiden,” kata Romo Syafii kepada NUSANTARANEWS.CO di Gedung DPR, Senin (8/10/2018).

Mengenai melemahnya rupiah, sebelumnya menteri keuangan Sri Mulyani (4/10) mengatakan jika pelemahan rupiah dipicu adanya faktor eksternal yakni akibat negara Italia mengalami defisit besar.

Menyikapi pernyataan Sri Mulyani tersebut, Romo Syafii mengatakan, “Kalau eksternal ini ada pengaruhnya, ya itu akan sangat tergantung seberapa besar ketergantungan perekonomian kita dengan perekonomian internasional.”

Jadi, lanjut dia, jika pondasi perekonomian dalam negeri lemah, maka sudah menjadi konsekuensi logis, jika terjadi perubahan dalam perekonomian global, Indonesia menjadi rentan.

“Kalau fundamental ekonomi kita lemah banyak tergantung pada sistem perekonomian internasional, maka apa yang terjadi di luar itu kemudian mempengaruhi kita di dalam,” ungkap dia.

Sebaliknya, kata Romo Syafii, “Kalau fundamental perekonomian kita sudah kuat, itu tidak akan memberi pengaruh,” pungkasnya.

Pewarta: Romadhon
Editor: Almeiji Santoso

https://nusantaranews.co/solusi-rupiah-melemah-romo-syafii-ganti-presiden/



Eks Menteri Bicara Dolar AS ke Rp 16.000 & Penjelasan Menkeu

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali mencatatkan sejarah yang terbilang kurang mengenakkan. Level mata uang Garuda menembus level terlemah sepanjang masa.

Rupiah sempat menyentuh titik terlemah sepanjang sejarah yaitu Rp 15.258/US$. Mematahkan rekor sebelumnya yaitu Rp 15.250/US$ yang terjadi pada penutupan perdagangan 9 Juli 1998 atau sekitar 20 tahun lalu.

Tak sedikit yang memperkirakan pelemahan mata uang Garuda baru permulaan. Bahkan, tak menutup kemungkinan nilai tukar rupiah bisa menembus level Rp 16.000/US$, mengingat tekanan dinamika ekonomi global masih terus berlanjut.


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun tak ragu menyebut kondisi perekonomian dunia belum mencapai titik keseimbangan baru yang diharapkan. Gejolak dan tekanan, pun bisa terjadi kapan saja.

PILIHAN REDAKSI
IMF Pangkas Target Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,7%
IMF Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,1% Tahun Ini
Pelemahan Rupiah Bikin IHSG Masih Rawan Koreksi
Berikut penjelasannya.

Eks Menkeu Sebut Rupiah Bisa Tembus Rp 16.000/US$.

Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier memprediksi, nilai tukar rupiah bisa menembus level psikologis baru di Rp 16.000/US$. Berdasarkan catatan yang diterima CNBC Indonesia, ada enam alasan yang mendasari prediksi tersebut.

Pertama, Utang Valas Jangka Pendek. Menurut catatan Fuad, utang valas mencapai US$ 50 miliar. Kebutuhan terhadap valas yang tinggi serta pelemahan yang terjadi, mendorong perusahaan berebut valas. Akibatnya, ketersediaan valas di pasar semakin terbatas dan mendorong pelemahan rupiah semakin dalam.

Kedua, Aliran dana portofolio semakin terbatas ke negara emerging market. Dalam dua tahun ke belakang, investasi portofolio ke negara-negara emerging telah menurun hingga US$ 70 miliar. Di tahun ini saja, aliran hot money yang keluar dari pasar saham Indonesia telah mencapai Rp 53,68 triliun.

Ketiga, Proyeksi aliran portofolio di pasar global. Aliran portofolio diperkirakan akan selektif memilih instrumen investasi. Akibatnya, pemerintah dan swasta akan kesulitan menerbitkan obligasi atau surat utang. Ketertarikan yang menurun, jadi alarm pemerintah sebab pelemahan rupiah bisa semakin besar karena aliran modal asing semakin terbatas.

Keempat, Mencuatnya era perang suku bunga. Dewasa ini, era suku bunga acuan tinggi mulai berlangsung. Di Asia saja, sudah ada tiga negara yang menaikkan suku bunga acuan lebih dari 100 bps yaitu Pakistan, Indonesia dan Filipina. Belum lagi AS yang juga telah menaikkan hingga 75 bps. Perang ini menjadikan investor berpikir ulang untuk memilih negara tujuan termasuk Indonesia.

Kelima, Tren Penurunan Kepemilikan Asing di Surat Berharga Negara (SBN). Sejak pelemahan rupiah, tren kepemilikan asing terus berkurang. Di awal 2018, porsi kepemilikan asing mencapai 39,92%. Sementara pada akhir September, porsi kepemilikan tinggal 36,89%. Meskipun secara nominal naik Rp 15 triliun, namun hal ini tidak berarti apa-apa dibandingkan utang pemerintah yang naik Rp 1 triliun per hari.

Keenam, Kenaikan Harga Minyak Global. Harga minyak jenis Brent yang menjadi acuan, telah mencapai US$80/barel. Sementara proyeksi di RAPBN 2019 sebesar US$68,7/barel. Di sisi lain, nilai tukar rupiah ditaksir Rp 14.400/US$ dan saat ini telah menyentuh Rp 15.253/US$. Asumsi-asumsi yang meleset, menjadi beban tersendiri bagi Indonesia. Akibatnya devisa yang keluar semakin besar dan rupiah tidak memiliki pijakan untuk menguat.

Di samping enam alasan tersebut, faktor melesetnya penerimaan pajak dari target yang ditetapkan ikut menjadi faktor lain. Hingga September 2018, penerimaan pajak telah mencapai Rp 900,82 triliun atau 63,26% dari target sebesar Rp 1.424 triliun.

Realisasi yang masih jauh dari target bisa menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi investor pemegang SBN. Sebab hal ini berkaitan dengan kemampuan pemerintah dalam melunasi utang dan bunga-bunganya. Jika pemerintah sampai mengalami gagal bayar (default), tentu jadi sentimen negatif bagi Indonesia di mata global. Akibatnya, aliran modal asing semakin sedikit yang masuk dan mendorong pelemahan rupiah semakin dalam.

Sri Mulyani Buka Suara Dolar AS Tembus Level Terlemah

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara mengenai kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menembus level terlemah sepanjang masa.

Berbicara di sela-sela rangkaian Annual Meeting IMF - World Bank 2018, bendahara negara tak ragu menyebut kondisi saat ini belum mencapai puncaknya, karena tekanan masih akan berlangsung hingga tahun depan.

"Normalnya, equilibrium belum tercapai karena yang dikatakan Powell [gubernur bank sentral]," ungkap Sri Mulyani di Hotel Melia, Nusa Dua Bali, Senin (8/10/2018).

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Bahkan, mata uang Garuda menyentuh posisi terlemah sepanjang sejarah.

Pada siang ini, pukul 14:10 WIB, US$ 1 ditransaksikan berada di Rp 15.252/US$ di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,51% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu.

Menurut Sri Mulyani, ketidakpastian ekonomi global yang bersumber dari negeri Paman Sam akan memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap kondisi perekonomian negara berkembang.

Maka dari itu, koordinasi antar pemangku kepentingan terkait akan terus dilakukan.

"Pak Perry [Gubernur Bank Indonesia] sudah menyampaikan apa yang disebut policy mix bersama dengan kami. BI akan melakukan dalam hal ini dalam mengelola nilai tukar. Kami akan lakukan policy mix dari yang sudah dilakukan di moneter," tegasnya.


(roy)

https://www.cnbcindonesia.com/market/20181009084351-17-36557/eks-menteri-bicara-dolar-as-ke-rp-16000-penjelasan-menkeu

saatnya borong dollar lagi emoticon-Traveller






-2
2.7K
53
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.4KThread41.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.