Macam rupa genre menghiasi perfilman nasional pada bulan Oktober. Dari belasan film Indonesia yang siap tayang di bioskop, ada drama, horor, komedi, hingga fiksi ilmiah.

Genre fiksi ilmiah, yang jarang diproduksi sineas Indonesia, diwakili oleh Tengkorak. Dilansir dari Tempo.co(5/9/2018), film buatan mahasiswa dan dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) ini memakan proses hingga empat tahun sebelum akhirnya tayang di bioskop.

Rata-rata pemain film yang dijadwalkan tayang pada 18 Oktober ini adalah dosen dan mahasiswa UGM. Biaya pembuatannya mencapai Rp550 juta, relatif kecil dibanding film-film nasional yang umumnya memakan dana miliaran rupiah.

“Banyak tokoh seperti Umar Kayam main film berperan menjadi Sukarno, dia seorang dosen. Pak Yusril Ihza Mahendra juga bermain watak menjadi Cheng Ho. Saya juga mau bermain dalam film sebagai selingan sebagai dosen,” kata Profesor Eddy O. S. Hiariej, Guru Besar Hukum Pidana pada Fakultas Hukum UGM.

Tengkorak mengangkat penemuan fosil tengkorak raksasa yang tingginya lebih dari 1.700 meter saat terjadi gempa bumi Yogyakarta 2006. Temuan ini membuat bingung orang-orang dari seluruh dunia, mulai dari pemuka agama, politisi, hingga ilmuwan.

Seorang gadis bernama Eka (Eka Nusa Pertiwi) bertekad mengungkap misteri di balik penemuan tersebut.

Tengkorak adalah satu-satunya fiksi ilmiah dalam sekian tahun. Kebalikannya, genre horor sampai saat ini masih sangat ramai mendominasi bioskop. Seperti bulan September, Oktober juga dihiasi oleh tiga judul film seram yaitu The Origin of Santet (4 Oktober), Asih (11 Oktober), dan Jaga Pocong (25 Oktober).

Dari tiga judul itu, tampaknya Asih paling berpotensi mengundang banyak penonton karena merupakan sempalan (spin-off) dari Danur: I Can See Ghosts (2017) dan Danur 2: Maddah (2018). Dua film itu sukses besar, masing-masing mendapat lebih dari 2,5 juta penonton.

Kisah dalam Asih terjadi 37 tahun sebelum Danur. Asih (Shareefa Danish) depresi berat karena diusir orangtuanya setelah hamil di luar nikah. Ia membunuh anaknya sendiri dan mengakhiri hidupnya.

Keesokan harinya, di tempat yang tak jauh dari lokasi kematian Asih, ada Puspita (Citra Kirana) yang sedang hamil besar. Ia hidup bahagia bersama suami dan mertuanya. Namun, arwah penasaran Asih siap mengganggu hidup mereka.

Asih merupakan film garapan sutradara Awi Suryadi. Kebetulan, pada hari yang sama film lain bikinan Awi juga tayang yaitu Kesempatan Keduda. Namun, film yang diproduseri dan dibintangi Raffi Ahmad ini mengambil genre komedi. Kisahnya soal dua duda yang menjadi sahabat karena kesamaan nasib.

Raffi mengakui, ide film ini berdasarkan curhat seorang teman. "Ini komedi romantis mengisahkan dari teman yang duda. Itu dari dua tahun lalu, mereka jadi duda pas ditanya mau dapat istri kayak gimana, bilangnya mau yang muda. Akhirnya jadi film ini," ungkap Raffi Ahmad kepada Suara.com (10/9).

Pekan selanjutnya, ada film komedi lain yaitu Generasi Micin. Mengambil tema anak SMA, film garapan sutradara Fajar Nugros ini dibintangi beberapa bintang muda seperti Kevin Anggara, Clairine Clay, Morgan Oey, dan Joshua Suherman. Selain itu ada Melissa Karim dan Ferry Salim.

Beralih ke drama, ada empat film mewakili genre ini, yaitu Liam dan Laila (4 Oktober), Menunggu Pagi (11 Oktober), Dancing in the Rain (18 Oktober), serta Dear Nathan Hello Salma (25 Oktober).

Judul terakhir merupakan sekuel Dear Nathan (2017). Jefri Nichol dan Amanda Rawles kembali menjadi sejoli Nathan dan Salma. Ini sudah kesekian kali mereka tampil bersama. Bulan September saja ada Something in Between yang mempertemukan dua bintang muda ini.

Inilah cuplikan dari film-film yang akan tayang di bioskop Indonesia pada bulan Oktober 2018. Seperti biasa, jadwal bisa berubah sewaktu-waktu.