Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

shouphelloAvatar border
TS
shouphello
Hoaxnya si Ratna itu berbahaya sekali
Hoax nya si Mak Lampir itu berbahaya sekali.

Memang keliatannya remeh. Toh kita semua juga tau itu bohong sekarang. Tapi orang kalo bohong suka double down, double down. Dan akhirnya orang normal ketakutan bisa jatoh.

Sekarang aja presidennya waras dan polisinya juga liat bukti. Biasanya mak hoax kayak gini dianggap kebenaran, yang bilang bohong bisa yang masuk penjara. Pencemaran nama baik lah dll.

Liat setnov nabrak tiang listrik. Kita anggap itu remeh. Tapi puluhan tahun itu cara yang amat ampuh untuk meloloskan koruptor dari penjara.

Atau lihat kasus si Firza? Jubin semua sama. Tetep aja pendukung wowo pikir itu fitnah. Okay mungkin si rizieg bukan pemain. Kemungkinan kecil. Si Firzanya?

Atau coba misal kita dibayar kas ama pejabat. Duit dapet 7.5 juta suruh tanda tangan 15 juta. Ya jelas bohong. Tapi kita juga mikir, ini si pejabat kok bayarnya pake cash?Siapa yang bikin system bayar pake cash? Hukum memang dibuat supaya korupsi gampang.

Puluhan tahun kebohongan yang murahan itu manjur. Kita sedemikian biasa dengan kebohongan. Yang jujur mengungkapkan itu malah yang bisa dipenjara karena pencemaran nama baik.

Sekarang aja dengan bukti sedemikian jelas baru kasus. Jangankan Ratna, si Firza aja lolos.

Tapi satu tahun lalu, sesuatu yang kelihatannya amat remeh akhirnya jadi besar dengan cara yang tidak masuk akal. Itu kemungkinan besar mengapa Wowo dan kawan kawan ngenyel itu benar meskipun bukti menunjukkan lain.

Bisa jadi Wowo dan kawan kawan betulnya udah tau Ratna bohong. Masak nggak nanya rumah sakitnya dimana? Masak nggak nanya konferensi apa? Masak nggak nanya mau terbang kemana? Ini calon presiden lho.

Tapi mereka pikir nggak bakal ketawan. Mereka pikir, kalo mereka bisa blow up gede, nanti yang bilang bohong yang dipenjara, ini bisa jadi kasus gede.

Prabowo IQnya paling dikit 130. Nggak mungkin nggak kepikir sampe begitu.

Ingat kasus Ahok? Itu dimulai dari sesuatu yang amat remeh dan amat gampang diverifikasi.

Jaman Ahok gw pikir, seumur hidup gw nggak bakal pernah denger FPI lagi. Mereka bisa khotbah, mereka bisa punya opini aneh apapun. Apa bila fentung sudah illegal seumur hidup gw nggak usah peduli lagi. Rakyat juga pinter.

Mereka ngomong apa juga nggak bakal menang pemilu. Majoritas kritik terhadap Ahok udah jelas kok siapa yang ngaco. Masyarakat pinter. Tau pejabat masih laper. Tau pejabat mau korupsi.

Beberapa kritik memang valid. Misal Ahok mindahin warga gusuran ke rusun yang jauh. Kasih cash aja kenapa? Tapi majorits kritik ke Ahok bullshitnya keliatan banget. Dan dikaskus itu jelas sekali.

Tapi majoritas kritik terhadap Ahok memang kelasnya lelucon.

Waktu orang bilang nggak boleh vote gubernur muslim, yang dengerin di kepulauan seribu juga ketawa. Arab saudi aliansi ama Amerika. PKS ngusung gubernur non muslim. Kok voting malah nggak boleh? Dilarang ama agama yang lahir sebelum voting ada? Aneh sekali kan?

Dan waktu gw baca kalo si Ahok bilang orang dibohongin pake, dan bukan oleh Al Maidah, gw pikir, sesuatu seremeh itu nggak bakal jadi apa apa. Paling cuman bakal bikin orang diketawain doang.

Di pelajaran bahasa inggris dulu, gw diajarin, jangan pake kalimat pasif. Subjeknya nggak jelas. Ya memang bisa apa ja.

Terus gw denger di mesjid mesjid. Mereka bilang kalo Ahok bilang Ulama bohong. Menurut mereka, Ahok bilang interpretasi kalo nggak boleh pilih gubernur muslim itu kebohongan.

Gw bingung. Hah? Ahok nggak ngomong gitu. Interpretasinya mungkin ngaco, namanya juga agama amat open to interpretasi.

Tapi gw nangkepnya ada pejabat mau makan duit rakyat, dan supaya bisa menang mau nyingkirin Ahok pake agama gitu. Kalo mereka jujur bilang mau Ahok pergi biar korup gampang kan nggak ada yang simpati. Makanya pake agama. Ketidakjujuran niat itu di mata orang banyak ya dianggep kebohongan. Ahok pun sudah klarifikasi. Yang dia maksud bohong itu pejabat busuk, bukan ulama.

Faktanya memang banyak pendukung 212 yang jadi pasien KPK. Mereka takut kalo Ahok sukses, mungkin jadi wakil presiden, hilangnya korupsi di Jakarta ini akan menular ke seluruh Indonesia. Habislah sudah periuk nasi semua koruptor. Jokowi mempermudah perijinan. Ahok menghilangkan korupsi. Pasar bebas betulan.

Lagi pula, yang ngomong kalo orang bohong pake agama banyak. Si Rizieq sendiri ngomong. Si Buni Yani sendiri ngomong. Di koran kita liat kasus first travel dan korupsi quran. Iya quran *dipake* buat korupsi, kata wartawan. Ada wartawan ngomong gitu.

Nggak ada presedent di seluruh dunia, setau saya, orang dipenjara karena bilang orang dibohongin pake agama. Kalo ada kasih tau gw. Banyak orang memang bohong pake apapun.

Apa yang dikatakan Ahok itu sesuatu yang dianggap fakta oleh banyak orang. Majoritas orang tentu tidak berpikir agama bohong atau ulama sengaja bohong. Well.... Yang itu cukup menarik juga sih tapi mungkin nggak majoritas.

Tapi kita korupsi gede puluhan tahun. Tau tau ada gubernur pake e-budgeting, anggaran lebih dikit, hasil jauh lebih banyak, tau tau nggak boleh pilih. Orang normal juga curiga kalo motive sebetulnya ya korupsi, dan bukan agama. Dan di kamus banyak orang, motiv A, lalu bilang B, ya bohong. Tidak saja itu hampir pasti memang kenyataan, majoritas dari kita juga mikir gitu kok. Tau deh sekarang masih majoritas kagak.

Banyak negara islam korupsinya tinggi. Itu politikus di sono pasti bohong

Yang kayak gini, rakyat juga bisa liat. Dan terbukti waktu pemilu Ahok masih dapat 43% suara. Ahok nggak jadi gubernur juga dia masih bisa jadi ketua KPK koruptor di tempat lain. So what?

Eh, mainnya hakim. Fuck..... Nggak ada hukum aneh aneh juga rakyat bisa mikir. Tapi karena ada hukum pasal karet, segelintir koruptor dan rakyat yang aneh, mau dukung khilafah, bisa punya pengaruh politik yang amat disproportional.

Kita nggak bisa bilang kita *demokrasi* kalo setiap ada pejabat populer dan elektabilitasnya tinggi dengan gampang disingkirkan dengan pasal karet.

Gw denger ada Pak Haji mengucapkan permusuhan terhadap Cina. Gw nggak pusing sih normalnya. Tapi kalo yang gitu boleh kenapa si Ahok kena?

Ini sekarang Mak lampir udah sering bikin claim yang nggak masuk akal. Terakhirnya dia bikin hoax. Si Wowo tanpa ngecheck mengconfirmasi seolah olah itu fakta. Ya, no harm done sih. Kita juga cepet tau itu bullshit. Tapi kalo hukum tajam ke Ahok, kenapa hukum tumpul banget ke Wowo?

In a sense, gw udah duga si Lampir bohong. Bukti demi bukti ada. Tapi ada rasa cemas. Cemas meskipun itu bullshit, tetep aja bisa bergulir jadi sesuatu yang besar.

Nanti kita bukan mikirin kita tambah kaya atau nggak tapi sibuk mikirin ini hoax bukan, ini penghinaan agama bukan, ini tersinggung bukan. Indonesia bisa kayak Amerika. Kebebasan berbicara bisa sulit sekali. Semua musti ati ati. Semua nggak boleh dibicarakan. Kapan kita maju?

Negara kita kebanyakan aturan. Aturan yang tidak pernah diterapkan secara konsisten. Yang cuman alat politikus untuk membohongi rakyat. Rakyat berpikir seolah olah hukum itu konsistent dan untuk menegakkan keadilan. Padahal hukum hanya alat, alat untuk menjegal orang yang performanya terlalu bagus.

Justru dengan adanya hukum, setiap hoax kecil bisa jadi masalah gede.

Kita perlu konsistensi. Kalo kita memang mau membatasi kebebasan berbicara pake hukum ya si Mak Lampir diprocess lah. Dia sengaja nyebar hoax. Berapa banyak orang mikir cebong gebukin dia padahal nggak. Orang ngomong nggak ada mutunya siapa yang mau gebukin. Sampe ada orang bilang dia di gang bang. Jelek gitu. Siapa yang mau?

Kalo yang si Mak lampir kerjakan legal, ya bebaskan Ahok juga. Katanya semua orang sama dalam hukum?

Diubah oleh shouphello 03-10-2018 16:50
1
879
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.