Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

l4d13putAvatar border
TS
l4d13put
Cerita Ratna Sarumpaet soal Munculnya Tagar 2019 Prabowo Presiden
Cerita Ratna Sarumpaet soal Munculnya Tagar 2019 Prabowo Presiden


Senin 17 September 2018, 15:16 WIB

Quote:


Jakarta - Aktivis Ratna Sarumpaet menjelaskan awal mula tercetusnya gerakan tagar 2019 Prabowo Presiden. Ratna menyebut gerakan tersebut bermula dari kelakar beberapa orang untuk mengganti gerakan tagar 2019 Ganti Presiden yang sebelumnya dilarang. 

"Jadi gini loh itu (tagar 2019 Prabowo Presiden) sebenarnya kalau buat saya itu bercandaan tahu nggak? Kan ganti presiden (tagar 2019 ganti presiden) nggak boleh," kata Ratna di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (17/9/2018).

Dari kelakar, akhirnya tagar tersebut dideklarasikan hingga didaftarkan ke Kemenkum HAM. Tagar tersebut didaftarkan sebagai badan hukum ke Kemenkum HAM dengan siasat nama #2019PrabowoPresi den.

"Oke kita bikin aja Prabowo presiden nanti kita mau ditangkap nggak ya kira-kira, eh nggak tahunya nggak tuh," katanya.

Ratna menjelaskan gerakan tersebut mulanya tak memiliki konsep apa-apa. Jadi dia mengaku cukup heran saat gerakan tersebut kemudian menjadi ramai. 

"Jadi sebenarnya mereka sendiri tidak punya konsep apa yang sedang mereka lakukan dan mau ke manain kita ini, jadi aku sih sewaktu aku diajak, buat saya nih anggap saja bercanda dan benar saya jadi juga, ketawa ya lucu banget nggak diapa-apain dan ramai banget," tutur Ratna. 

Ratna berharap, melalui tagar itu, perjuangan untuk mengantarkan Prabowo sebagai presiden dapat terwujud. Meski pada perjalanannya banyak terjadi persekusi terhadap gerakan-gerakan yang tidak mendukung petahana Presiden Jokowi. 

"Pokoknya kita perjuangkan deh ya supaya Prabowo jadi presiden,"kata Ratna. 

Ratna juga berharap tak ada lagi upaya-upaya persekusi terhadap gerakan tagar 2019 Prabowo Presiden, seperti gerakan tagar 2019 Ganti Presiden. Dia mencontohkan seperti yang pernah menimpa dirinya dan beberapa orang, seperti Neno Warisman, saat mendeklarasikan gerakan 2019 Ganti Presiden. 

"Jadi gini, jangan bikin bumerang ya saya pikir pemerintah dan terus persekusi kan rakyat itu juga punya nalar sendiri ya punya nurani, barangkali orang menganggap mereka bodoh, tapi mereka pasti renungkan," ujarnya. 

"Orang juga punya kesederhanaan pendidikan, mereka itu juga pasti punya pikiran. Jadi kalau mau menang jangan main kasar, setiap orang dipersekusi. Saya sendiri loh kalau saya bawa rombongan gitu beda, ini sendiri, gila ya," sambung Ratna.

Gerakan tagar 2019 Prabowo Presiden pertama kali dideklarasikan di Bandar Lampung pada 7 September 2018. Gerakan tersebut diinisiasi untuk menggantikan tagar '2019 Ganti Presiden' yang mengalami penolakan di sejumlah daerah. 

Gerakan tersebut kemudian juga didaftarkan sebagai badan hukum ke Kemenkum HAM dengan nama PERKUMPULANTAGAR2019PRABOWOPRESI DEN atau tagar 2019PrabowoPresi den. Tak hanya itu, kemudian Gerakan Nasional Prabowo Presiden (GNPP) juga mendaftarkan perkumpulan 2019PrabowoSandi ke Kemenkum HAM. 

Sumber Berita
=========================================
Komen TS

Saya setuju dengan ibu Ratna

Hati-hati dengan propaganda neo-neo komunis yang berusaha menggadaikan negara ini kepada mengleng. Wiwik adalah anak dari ketua OPR Boyolali, ketua Grayak, ketua Merapi-Merbabu Complex yang kerjaannya membegal dan menyembelih rakyat yang mau berangkat ke pasar saat subuh.

Bapak Prabowo Subianto layak diperjuangkan untuk menjadi Presiden NKRI, karena beliau adalah dari keluarga para pahlawan Nasional.

Berikut ini adalah jasa dan pengorbanan keluarga bapak Prabowo Subianto

1. Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Banyakwide
Beliau adalah kakek buyut dari Margono Djojohadikoesoemo (kakek Prabowo Subianto). Raden Tumenggung Banyakwide atau lebih dikenal dengan sebutan Panglima Banyakwide, saudara dan pengikut setia dari Pangeran Diponegoro, dan anak dari asisten Wedana Banyumas

2. Raden Mas (RM) Margono Djojohadikoesoemo

Beliau adalah kakek dari Prabowo Subianto. Margono Djojohadikusomo yang lahir pada tanggal 16 Mei 1894 di Purwokerto, adalah cucu buyut dari Raden Tumenggung Banyakwide atau lebih dikenal dengan sebutan Panglima Banyakwide, pengikut setia dari Pangeran Diponegoro, dan anak dari asisten Wedana Banyumas.

Beliau adalah ketua DPAS  (Dewan Pertimbangan Agung Sementara) NKRI. Beliau adalah tokoh yang mengusulkan supaya dibentuk sebuah Bank Sentral atau Bank Sirkulasi seperti yang dimaksud dalam UUD '45. Beliau adalah pendiri bank BNI (Bank Negara Indonesia) dan orang pertama yang menjabat Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI).

Beliau juga tokoh yang mencetuskan hak angket DPR. Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, "Hak Angket" pertama kali digunakan DPR pada tahun 1950-an. Ihwalnya berawal dari usul resolusi oleh R.M. Margono Djojohadikusomo agar DPR mengadakan "Hak Angket" atas usaha memperoleh devisa dan cara mempergunakan devisa.

Panitia angket yang kemudian dibentuk beranggotakan 13 orang yang diketuai Margono. Tugasnya adalah menyelidiki untung-rugi mempertahankan devisen-regime berdasarkan Undang-Undang Pengawasan Devisen tahun 1940 dan perubahan-perubahannya.


Beliau adalah ayah dari 
Soemitro Djojohadikusumo
Soebianto Djojohadikusumo 
Taruna Soejono Djojohadikusumo

Dua orang putranya adalah pahlawan nasional yang gugur saat menyerbu markas tentara Dai-Nippon yang dikenal sebagai Pertempuran Lengkong Tangerang. Dua putranya gugur bersama 34 pejuang lainnya, diantaranya adalah Daan Mogot dan Sjewket Salim (putra haji Agus Salim).

Penghargaan yang diterima:
Gedung R.M. Margono Djojohadikusomo di Universitas Gajah Mada dinamakan sesuai dengan nama beliau.

Nama R.M. Margono Djojohadikusomo juga diabadikan menjadi nama jalan di Jakarta.
Kisah kehidupannya menjadi inspirasi pembuatan film Merah Putih

3. Soemitro Djojohadikoesoemo

Beliau adalah ayah dari Prabowo Subianto. Beliau adalah pendiri fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) dan salah seorang ekonom Indonesia yang terkenal dan banyak berjasa bagi perekonomian Indonesia. Dalam pemerintahan, posisi yang pernah diembannya adalah sebagai Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Riset atau Menristek

4. Soebianto Djojohadikoesoemo

Beliau adalah paman dari Prabowo Subianto atau adik kandung dari Soemitro DjojohadikusumoKapten Anumerta Soebianto Djojohadikusumo (lahir 1923 - meninggal di Lengkong, SerpongTangerang SelatanBanten25 Januari 1946) adalah perwira Tentara Republik Indonesia (TRI), pahlawan nasional yang gugur dalam Pertempuran Lengkong, Serpong - Tangerang Selatan bersama dengan 34 orang lainnya diantaranya Mayor Daan Mogot

5. Soejono Djojohadikusumo
Soejono Djojohadikusumo adalah paman Prabowo Subianto (lahir 1928 - meninggal di Lengkong, SerpongTangerang SelatanBanten25 Januari 1946) adalah kadet Tentara Republik Indonesia (TRI), pahlawan nasional yang gugur dalam Pertempuran Lengkong, Serpong - Tangerang Selatan bersama dengan 34 orang lainnya diantaranya Mayor Daan Mogot.

Pertempuran Lengkong, Tangerang

Peristiwa berdarah ini bermula dari Resimen IV TRI di Tangerang, Resimen ini mengelola Akademi Militer Tangerang. Tanggal 25 Januari 1946, Mayor Daan Mogot memimpin puluhan taruna akademi untuk mendatangi markas Jepang di Desa Lengkong untuk melucuti senjata pasukan jepang. Daan Mogot didampingi sejumlah perwira, antara lain Mayor Wibowo, Letnan Soetopo, dan Letnan Soebianto Djojohadikusumo.


Dengan mengendarai tiga truk dan satu jip militer, mereka berangkat ke Lengkong. Di depan pintu gerbang markas, tentara Jepang menghentikan mereka. Hanya tiga orang, yakni Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo, dan seorang taruna Akademi Militer Tangerang, yang diizinkan masuk untuk mengadakan pembicaraan dengan pimpinan Dai-Nippon. Sedangkan Letnan Soebianto dan Letnan Soetopo ditunjuk untuk memimpin para taruna yang menungggu di luar.

Semula proses perlucutan berlangsung lancar. Tiba-tiba terdengar rentetan letusan senapan dan mitraliur dari arah yang tersembunyi. Senja yang tadinya damai jadi berdarah. Sebagian tentara Jepang merebut kembali senjata mereka yang semula diserahkan. Lantas berlangsung pertempuran yang tak seimbang. Karena kalah kuat, korban berjatuhan di pihak Indonesia. Sebanyak 33 taruna dan 3 perwira gugur dalam peristiwa itu. Sedangkan 1 taruna lainnya meninggal setelah sempat dirawat dirumah sakit. Perwira yang gugur adalah Daan Mogot, Letnan Soebianto, dan Letnan Soetopo.


Peristiwa berdarah itu kemudian dikenal dengan nama Peristiwa Pertempuran Lengkong. Pada waktu itu Akademi Militer berpusat di Tangerang sehingga banyak yang menjadi korban adalah Taruna.

Untuk mengenang Peristiwa Lengkong tersebut ada dua tempat bersejarah yang pertama adalah Taman Makam Pahlawan (TMP) taruna yang bertempat di Jl. Daan Mogot (JL. Raya Jakarta-Serang) KM 24,5 dan yang kedua adalah monumen Lengkong yang berada di wilayah Serpong. Monumen yang dibangun berdampingan dengan Taman Daan Mogot itu berdiri tahun 1993 di atas lahan seluas 500 meter persegi. Pada dinding prasasti monumen terukir nama-nama taruna dan perwira yang gugur pada peristiwa pertempuran Lengkong. Sedangkan di dalam museumnya, terpampang foto-foto perjuangan para taruna militer di Indonesia berserta akademinya.

Monumen Lengkong kini dijadikan sebagai tempat peringatan peristiwa pertempuran Lengkong yang diperingati setiap tanggal 25 Januari. Bahkan, keputusan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu menetapkan peristiwa tersebut sebagai Hari Bakti Taruna Akademi Militer. Hal itu dituangkan lewat Surat Telegram KSAD Nomor ST/12/2005 bertanggal 7 Januari 2005.



Diubah oleh l4d13put 18-09-2018 08:37
0
2.3K
31
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.