Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

andibagaskaraAvatar border
TS
andibagaskara
Kuliah Nggak Penting, Bikin Startup Aja?
Kuliah Nggak Penting, Bikin Startup Aja?

Kehidupan kampus (foto: Wikipedia)


Syahdan, Adi adalah seorang pemuda dengan ambisi besar. Umurnya 20 tahun, kuliah di jurusan komunikasi. Hobinya mendesain. Dulu Adi belajar mendesain dari kakaknya, dan dia menekuninya sejak SMA. Sama seperti anak kuliahan lain, Adi juga tipikal remaja yang hidupnya kelihatan lurus-lurus aja. Setiap hari ada saja tugas kuliah yang mesti dikerjakan, belum lagi kewajiban memenuhi presensi kelas dan mengerjakan ujian tengah dan akhir semester. Lalu jangan lupa, Adi juga adalah mahasiswa rajin. Absennya tak pernah kosong.

Sampai suatu hari dia membaca sebuah artikel yang bercerita lancar tentang betapa menjanjikannya dunia startup. Dia kemudian membayangkan betapa mengasyikan ketika dia bisa mengembangkan bisnis baru. Mandiri di atas kaki sendiri, tanpa perlu mencari kerja dan tergantung pada bos di kantor. Apalagi dia tergolong hipster, alias orang yang punya kemampuan di bidang desain. Komplit sudah, dia punya angan-angan dan juga kemampuan. Di dunia startup, hipster sering disebut sebagai salah satu dari tiga co-founder yang penting, selain hustler (orang bisnis) dan hacker (orang IT).


Kuliah Nggak Penting, Bikin Startup Aja?
Startup atau kuliah? (foto: Pexels)


Dengan restu dan sedikit modal dari orang tua - untuk memulai bisnis - dan juga kemampuan di bidang desain, mulailah Adi membangun sebuah startup bersama dua temannya, Kinan dan Ari, yang masing-masing punya kemampuan bisnis dan IT. Mulailah ketiganya berkumpul di sebuah ruang coworking. Di sana, hampir setiap hari mereka berdiskusi tentang produk yang akan ditawarkan dan model bisnis seperti apa yang ingin dikembangkan. Akhirnya disepakati satu hal, mereka akan mencoba membuat apps kasir yang ditujukan untuk pelaku UKM.

Kesepakatan sudah nongol, dan kini dimulailah tahap perancangan produk. Adi bertugas merancang aplikasi yang mau ditawarkan, sementara Ari bertugas melakukan coding pemrograman. Mereka bertiga juga mengembangkan website untuk mendukung aplikasi kasir yang sedang dibangun. Setelah berjalan enam bulan, perlahan-lahan mereka bertiga mengalihkan fokus, dari bangku kuliah ke pengembangan bisnis. Singkat cerita, ketiganya lupa status mereka sebagai mahasiswa. Adi, misalnya, menghabiskan waktu lebih banyak di kantor coworking dibanding mengikuti sesi kuliah. Lebih dari delapan jam per hari dia ada di sana, sebagai orang yang bekerja keras - tapi tanpa gaji maupun penghasilan - mengembangkan startup yang dikelolanya bersama rekan-rekan.

Adi tampaknya yakin bahwa aplikasi kasir yang dia kembangkan akan berhasil. Karena itu dia rela mengabaikan kewajiban akademisnya. 


Penting mana, kuliah atau startup?

Jaman sekarang sudah banyak cerita tentang startup sukses yang dibangun oleh founder berusia muda. Mark Zuckerberg adalah satu nama yang sering disebut. Mark pernah kuliah di Harvard, meski kemudian memilih mogol dari kampus demi mengembangkan proyek Facebook. Mark memang akhirnya mendapat gelar dari Harvard, setelah menerima honoris causa pada 2017.

Apa yang terlihat dari seorang Mark Zuckerberg bisa dibaca begini: tidak ada salahnya mengembangkan startup ketika masih duduk di bangku kuliah. Di zaman sekarang ada lebih banyak saran yang bilang bahwa masa-masa di kampus adalah saat yang paling tepat untuk membuat startup. Alasannya banyak, tapi yang biasanya disebut adalah karena mahasiswa dianggap punya insting pasar yang kuat.


Kuliah Nggak Penting, Bikin Startup Aja?
Memulai startup? (foto: pxhere)



Tapi walau punya insting kuat, mungkin memang nggak perlu kali ya, sampai meninggalkan bangku kuliah demi membuat startup? Setiap orang punya jalan pikiran masing-masing, tentang bagaimana mereka mengelola cita-cita dan pendidikan. Entah itu Adi maupun Mark. Dua-duanya punya jalan pikiran berbeda. Mereka hanya punya satu kesamaan: ambisi membangun sesuatu ketika masih duduk di bangku kuliah.

Ambisi jadi sesuatu yang sah-sah saja, sebab semua orang memilikinya. Tapi membangun sebuah bisnis berarti mencoba untuk mandiri dan belajar mengelola banyak hal untuk mencapai tujuan (apalagi tujuan bisnis bila bukan untuk mencari keuntungan besar?) Perkaranya jadi rumit kalau bisnis sudah berbenturan dengan rutinitas sehari-hari yang menuntut orang untuk belajar dengan baik (kuliah, misalnya.) Bisakah kalian mengelola dan membagi waktu dengan baik supaya dua-duanya bisa sukses?

Kalau tidak bisa membagi waktu dan fokus, berarti ada yang mesti dikorbankan. Nah, pilih mana: membangun startup atau melanjutkan kuliah dengan baik?

emoticon-Toastemoticon-Rate 5 Staremoticon-Toastemoticon-Rate 5 Staremoticon-Toastemoticon-Rate 5 Star


Kunungi Thread yang Lain Yaa Gan :




0
1.5K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.