Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

LordFariesAvatar border
TS
LordFaries
Waspadi Penyakit African Swine Faver dari Tiongkok Masuk Bali
Waspadi Penyakit African Swine Faver dari Tiongkok Masuk Bali
TRIBUN-BALI.COM - Kementerian Pertanian Tiongkok untuk pertama kali mengumumkan terjadi wabah penyakit African swine fever (ASF) atau “Demam Babi Afrika” (Reuter Beijing (3/8/ 2018)).

Penyakit ini ditemukan di Kota Shenyang, Provinsi Liaoning.

Dalam waktu relatif singkat penyakit ini telah ditemukan di tujuh tempat dalam lima provinsi di Tiongkok Timur.

Di antaranya Liaoning, Henan, Jiamusi, Zhejiang dan Ahui.

Menyikapi kondisi demikian, pemerintah Tiongkok telah meng-eliminasi (culling) sekitar 30.000 babi untuk menghentikan penyebaran penyakit (The Telegraph 5/9/18).

Kemungkinan besar penyakit masih akan meluas, karena populasi babi di Tingkok diperkirakan 500 juta, melebihi setengah populasi babi dunia.

Bandingkan Indonesia hanya memiliki 4 juta babi.

Lembaga pangan dunia FAO menyatakan, hampir pasti ASF akan menyebar ke negara Asia lainnya, termasuk Indonesia.

Menyikapi kondisi demikian, asosiasi epidemiologi dokter hewan Indonesia yang tergabung dalam AEVI akan mengadakan Seminar Pendidikan Keprofesian bertema “Situasi Terkini African Swine Feverdi Asia dan Resiko Masuknya Virus ASF ke Indonesia” pada Sabtu (15/9/2018) di Bogor.

Penyebaran ASF ke Tiongkok sudah diprediksi 11 tahun lalu, ketika penyakit dari Afrika ke Georgia, Armenia, Rusia bagian Barat dan Azerbaijan (2007), lalu Ukraina dan Belarus 2013.

Peringatan lebih keras diungkapkan dalam jurnal Veterinary Record Juli 2017 dengan judul “Preparing for the worst, African swine fever in China”.

Peringatan ini didasarkan penemuan ASF di Irkutsk, Rusia, 1.000 Km dari Tiongkok.

Dari tulisan tersebut, pihak berwenang di Tiongkok menyiapkan diri agar mampu melakukan diagnosis laboratoris secara cepat dan tepat.

Meskipun ASF tidak menular ke manusia, Bali perlu waspada, mengingat Bali mempunyai populasi babi cukup tinggi, banyak turis dari Tiongkok dan hotel yang menggunakan makanan berbahan babi.

Apa itu ASF?
Sudah Sejak awal tahun 1900-an diketahui virus ASF bersiklus di hutan (sylvatic cycle ) pada babi hutan, melalui vektor caplak atau kutu Ornithodorus moubata, di Selatan Sahara, Afrika.

Babi hutan bertindak sebagi pembawa (carrier) virus, tanpa sakit.

Ketika caplak menyerang babi piaraan (domestik), terjadi gejala klinis sangat parah berupa perdarahan pada bermacam-macam organ tubuh dan angka kematian mendekati 100 persen.

Babi tertular ASF mengeluarkan virus dalam jumlah banyak di saliva, urine, tinja dan sekresi hidung.

Virus juga ditemukan dalam darah, daging dan jaringan lain.

Diketahui bahwa virus ASF tahan hidup dalam daging babi yang telah diasap, diberi garam atau makanan kurang matang.

Karena itu sisa daging babi dan bahan mengandung babi mudah menularkan penyakit ini. Meskipun demikian, virus mati pada pemanasan 70C selama 30 menit.

ASF harus dibedakan dengan classical swine fever (hog cholera) yang pernah mewabah di Indonesia, termasuk Bali tahun 1995, dan masih ada sampai sekarang.

Hog cholera bisa dikendalikan melalui vaksinasi, sedangkan ASF belum ada vaksinnya.

ASF dua kali menyerang Portugal (1957 dan 1960), kemudian menyebar ke Spanyol.

Dari dua negara ini menyebar ke beberapa negara Eropa.

Penyebaran ASF keluar Afrika umumnya disebabkan oleh sisa potongan daging babi dari kapal laut yang diberikan langsung ke babi tanpa dimasak.

Melalui pemusnahan babi dan penutupan wilayah tertular, ASF berhasil dieradikasi dari Eropa (1990-an), kecuali di Pulau Sardinia, Italia.

Bagaimana ASF bisa sampai Bali?
Penulis memprediksi andaikan ASF masuk ke Bali, tidak melalui caplak atau impor babi hidup dari Tiongkok, melainkan melalui sisa daging atau bahan makanan mengandung babi yang tidak terlalu matang.

Bahan penular ASF ini bisa dibawa wisatawan dari Tiongkok atau wisatawan Indonesia yang baru pulang dari Tiongkok.

Disamping itu, penularan bisa terjadi lewat sisa makanan dari hotel, restoran, kapal laut atau pesawat terbang yang diberikan langsung ke babi tanpa dimasak lagi.

Cara penularan seperti di atas pernah terjadi di beberapa negara di Eropa, Kuba dan Brazilia.

Andaikan terjadi kecurigaan terhadap ASF di Bali apa yang harus dilakukan?

Kecurigaan perlu ada bila terjadi kematian babi dalam jumlah banyak pada suatu peternakan dengan gejala perdarahan dimana-mana.

Bahkan babi yang sudah divaksin terhadap hog cholera juga ikut mati.

Peneguhan diagnosis harus segera dilakukan oleh laboratorium BBVet di Denpasar.

Laboratorium ini harus disiapkan agar mampu melakukan diagnosis dalam tempo cepat dan tepat.

Apabila hasil laboratorium positif, maka harus segera dilakukan eliminasi populasi babi dalam peternakan tertular dan peternakan lain yang diduga tertular.

Lalu lintas perdagangan babi dan makanan mengandung babi ke luar daerah tertular harus dihentikan.

Kandang dan peralatan kandang di peternakan tertular didesinfeksi.

Melalui deteksi dini dan tindakan eliminasi, kerugian karena ASF bisa minimnalkan.

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Waspadi Penyakit African Swine Faver dari Tiongkok Masuk Bali, http://bali.tribunnews.com/2018/09/0...bali?page=all.
Diubah oleh kaskus.infoforum 10-09-2018 10:13
4
4.1K
39
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.2KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.