- Beranda
- The Lounge
Silakan Berdebat, Tapi Jangan Menghujat
...
TS
skydavee
Silakan Berdebat, Tapi Jangan Menghujat
Bangsa Indonesia sejak dahulu kala terkenal dengan keramahannya. Adab sopan santun khas orang timur adalah bagian tak terpisahkan dari nafas kehidupan kesehariannya. Lihatlah, bagaimana sikap manis saat bertemu orang yang lebih tua, kepada pejabat, bahkan yang belum dikenal sekalipun. Semisal saat ketemu dengan bule. Manis kan? Semanis senyumnya Kristina Karapetyan. Bahkan tak jarang sambil minta foto-foto segala jika si bule lagi berjemur badan di tepi pantai pakai bikini. Coba, kurang ramah apa kita ini. Jika ada yang tak ramah, maka status keindonesiaannya wajib dipertanyakan.
Namun, seiring berjalannya waktu, keramahtamahan sebagai ciri dan jati diri bangsa ini yang awalnya kental, mulai terasa encer. Mungkin salah satu faktor penyebabnya ialah telanjangnya langit informasi yang begitu mudah diakses. Ditambah pula dengan krisis identitas yang menunjukkan gejala kian akut. Sehingga asyik memuja kebudayaan bangsa lain, yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai dan falsafah adat ketimuran.
***
Tergerusnya sikap keramahan pada era saat ini sangat mudah dibuktikan secara empiris. Silakan cek portal berita dari media mainstream. Disana, akan ditemukan dengan mudah komentar-komentar yang pedasnya menghujam hingga ke hulu hati. Terkadang penyulut perkaranya sepele. Karena beda pilihan politik.
Kondisi semakin dibuat semrawut seperti lilitan benang yang simpulnya diikat mati, tatkala kita bersedia mengamati ocehan para bangsawan dipusaran kelas elit. Perbedaan preferensi serta afiliasi, lantas sertamerta melahirkan perseturuan dua kubu. Bahkan untuk perkara seperti remahan rengginang di kaleng Khong Guan sekalipun, tak luput dari ajang perdebatan. Padahal, ribuan pasang mata dan telinga melihat serta mendengar rentetan omong kosong yang sedang mereka pertontonkan.
Ajang saling debat memang hal yang lumrah. Karena bagi orang yang waras, perdebatan tak akan pernah lepas dari kehidupan ini. Namun elok rasanya dengan tetap menggunakan etika, manfaat dan tujuan dari perdebatan yang dilakukan. Jika sedari awal berniat mencari perkara, memang selalu ada bahan untuk dijadikan tema perdebatan. Sekalipun untuk obyek yang sama dan remeh temeh.
Hakekat dari berdebat sebenarnya adalah memandang masalah dari perspektif yang berbeda. Masing-masing melihatnya dari posisi dan sudut pandangnya. Bila mampu memaknai dengan sikap yang positif, sebenarnya tidak ada pihak yang kalah ataupun menang dalam perdebatan. Sebab tujuan dari perdebatan, yakni melahirkan sebuah kesimpulan yang logis, dan diterima oleh semua pihak demi kemaslahatan bersama. Disini, letak titik poin dari orientasi serta makna perdebatan.
***
Melakukan perdebatan seyogianya didukung oleh berberbagai data termutakhir, kredibel dan berbobot. Sikap dewasa dalam penyampaian debat juga mutlak diperlukan. Dengan demikian, proses yang sedang berlangsung tetap berjalan sesuai dengan koridor yang seharusnya.
Publik pasti akan mengapresiasi jalannya perdebatan andaikan materi perdebatan sarat akan konten yang mendidik. Ditambah dengan semangat kebersamaan tanpa mengedepankan ego personal, maka jelas akan mendapatkan nilai tambahan bagi orang lain.
Sebaliknya, perdebatan tanpa dilengkapi dengan kode etik, hanya akan menciptakan kondisi yang tidak kondusif. Tak jarang, caci maki serta hujatan, acapkali keluar dari kedua belah pihak. Celakanya, cacian dan hujatan diperuntukkan untuk menutupi ketidakmampuan dalam meng-counterpihak lain. Sungguh teramat disayangkan sebenarnya. Karena publik akan memberikan stigma negatif. Padahal, walaupun nilai-nilai serta etika ketimuran akhir-akhir ini semakin menunjukkan gejala terdegradasi, tetap saja masyarakat awam akan lebih merespons dengan positif, terhadap siapapun yang mampu melakukan perdebatan dengan narasi beserta diksi kata yang baik lagi tertata.
Tampaknya kita harus banyak belajar dari Pak Eko bagaimana mengemas perdebatan menjadi sesuatu yang menarik sekaligus menghibur. Tengoklah, meski beliau kerap beraksi dengan benda-benda yang berbahaya, seperti pisau, gergaji, dan masih banyak lagi, namun ia mampu menyuguhkannya dengan kocak dan mengundang gelak. Bukankah begitu?
Masoook Pak Ekooo....!?
©Skydavee 2018
Sumber gambar: google
Diubah oleh skydavee 05-09-2018 00:38
2
9K
106
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
924.7KThread•89.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya