MENKO Perekonomian Darmin Nasution mengaku heran dengan sejumlah pihak yang membandingkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS‎), dengan masa krisis ekonomi pada 1998 silam.

"Jangan dibandingkan Rp 14 ribu sekarang dengan 20 tahun lalu. Membandingkannya yang fair (adil)," ujar Darmin Nasution di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/8/2018).

Darmin Nasution menjelaskan, pelemahan rupiah pada 20 tahun lalu sangat drastis dan inflasi mencapai 54,54 persen, di mana sebelumnya berada di posisi Rp 2.800, menjadi Rp 14 ribu per dolar AS‎.

"Sekarang dari awal tahun Rp 13.500 ke Rp 14.800 per dolar AS sementara inflasi 3 persen. Tahun 2014 itu dari Rp 12 ribu ke Rp 14 ribu inflasi 8 persen. Tahun 2009 itu dari Rp 9 ribu ke Rp 12 ribu dan inflasi 12 persen. Maksud saya, cara membandingkan dijelaskan," kata Darmin Nasution.

Menurut Darmin Nasution, fundamental perekonomian Indonesia saat ini masih dalam kondisi baik, yang tercermin dari inflasi di kisaran 3 persen dimana harga masih stabil dan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.



"Kelemahan kita hanya transaksi berjalan yang defisit 3 persen, itu pun lebih kecil dari tahun 2014 sebesar 4,2 persen, masih lebih kecil juga dari Brazil, Turki, Argentina," tuturnya.

Indonesia masih lebih baik dari Argentina dan Turki. Transaksi berjalan (CAD) Indonesia ada di 3 persen per triwulan II 2018. Sementara Turki 5,9 persen dan Argentina 4,7 persen.

Darmin Nasution menilai, persoalan defisit transaksi berjalan bukan suatu penyakit baru yang dihadapi Indonesia, tetapi sudah terjadi‎ sejak 40 tahun lalu.
"Memang ini agak besar tapi enggak setinggi 2014 (desifitnya), tidak setinggi tahun 1994 hingga 1995," tutur Darmin Nasution.

Pelemahan rupiah yang saat ini di atas Rp 14.800, kata Darmin Nasution, lebih disebabkan faktor eksternal, yaitu krisis keuangan di Argentina yang berdampak terhadap nilai tukar mata uang semua negara.

Meski nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini mengalami pelemahan yang cukup dalam, Darmin Nasution menilai tidak perlu diciptakan gerakan cinta rupiah, mengingat kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih terbilang baik.

Dengan adanya gerakan cinta rupiah yang didorong pemerintah, nantinya dapat menimbulkan kesan bahwa kondisi perekonomian saat ini mengalami keparahan.

"Jangan lah, nanti dibilang sudah gawat," ucap Darmin Nasution.

“Secara keseluruhan kinerja ekonomi Indonesia masih lebih baik dari Turki dan Argentina,” tandasnya.

Kondisi ekonomi Turki dan Argentina makin memburuk dengan nilai tukar mata uang yang merosot tajam 40 persen terhadap US Dollar, ditambah tingkat inflasi sudah mencapai 30 persen menyebabkan harga-harga barang naik drastis. Pertumbuhan ekonomi Argentina pun hanya mencapai sekitar 1-2 persen.
Begitupun dengan rasio utang Turki dan Argentina yang sudah diatas 50 persen dari PDB. Sementara Indonesia dikisaran 30 persen dari PDB.



https://www.jawapos.com/ekonomi/fina...-dan-argentina

Bersyukurlah.
Turki, Argentina, Venazuela, Cuba udah mau kolaps tuh,,menyusul malaysia,iran?

https://internasional.kompas.com/read/2018/09/02/19060051/di-tengah-krisis-turki-naikkan-harga-gas-alam-hingga-14-persen

https://tirto.id/turki-dihantam-krisis-ekonomi-erdogan-berpaling-pada-imf-cMva

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4196845/krisis-argentina-kurangi-jumlah-menteri

https://www.kompas.tv/content/article/31800/video/berita-kompas-tv/diambang-krisis-argentina-minta-imf-kucurkan-pinjaman

Mata uang Venezuela ambruk: Kertas tisu dijual 2,6 juta, daging ayam ...
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-45255401

https://investasi.kontan.co.id/news/giliran-mata-uang-iran-jatuh-ke-rekor-terlemah-sepanjang-masa

http://jabar.tribunnews.com/2018/09/04/selain-rupiah-indonesia-rupee-india-pun-melemah-hingga-menyentuh-level-terendah