Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

annisaputrieAvatar border
TS
annisaputrie
Daya Beli Lesu Masih Berlanjut, Begini Datanya
Daya Beli Lesu Masih Berlanjut, Begini Datanya
Senin, 12 Mar 2018 20:25 WIB


Jakarta - Tumbangnya beberapa toko ritel menimbulkan perdebatan. Ada yang bilang hal itu lantaran perubahan gaya hidup masyarakat ada pula yang percaya lantaran lemahnya daya beli.

Tahun lalu sederet peritel melakukan penutupan toko, bahkan ada pula yang gulung tikar, Di awal tahun ini Home Solution ikut mengibarkan bendera putih, peritel alat-alat rumah tangga ini telah dinyatakan pailit.

Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal sebenarya, melemahnya konsumsi salah satunya bisa dilihat dari rendahnya inflasi inti. 

"Inflasi inti yang menggambarkan secara riil apa hubungan antara permintaan dan penawaran. Kalau core inflation turun berarti ada indikasi demand itu turun. Indikasi permintaan naik belum terlihat. Inflasi inti kalau dilihat secara cenderung turun," kata dia kepada detikFinance, Senin (12/3/2018).

Sebaliknya, peningkatan inflasi juga bisa mencerminkan peningkatan daya beli.

"Kalau demand pull inflation itu karena permintaan makin banyak karena daya beli meningkat terus karena daya beli bagus. Sehingga harga ikut terkerek naik, suplainya tidak bisa kejar permintaannya," tambahnya.

Jika dilihat dari inflasi inti pada Januari 2018 sebesar 0,31% (month to month/mtm) dan 2,69% (year on year/yoy). Lebih rendah jika dibandingkan Januari 2017 sebesar 0,56% (mtm) dan 3,35% (yoy).

Lalu inflasi inti pada Februari 2018, inflasi inti 0,57% (mtm) dan 2,58% (yoy). Sementara inflasi inti di Februari 2017 0,93 (mtm) dan 3,41% (yoy).

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3912745/daya-beli-lesu-masih-berlanjut-begini-datanya


Ekonomi Lagi Susah, Pedagang Kecil Hanya Bisa Pasrah

15 March 2018 00:02 WIB 

SuaraKarya.id -Seorang pedagang sekaligus agen barang kebutuhan rumah tangga di kawasan Kembang Kuning, Surabaya, Jawa Timur mengeluh.

 Dampak ekonomi sulit yang berimbas pada penyusutan omzet penjualan, mulai dirasakan sejak memasuki tahun 2018.


Menurut pemilik Toko Lancar, Elok Rahmawati (35), gejala ekonomi sulit tahun ini lebih terasa dibanding tahun-tahun sebelumnya. 


"Omzet penjualan kami bahkan melorot hingga 30 persen akhir-akhir ini, padahal pembelinya tak berubah dan bahkan cenderung bertambah," ujarnya Selasa (13/3/2018).


Saat ditemui suarakarya.id di tokonya di Jalan Kembang Kuning Kulon Besar C/7 Surabaya tersebut, Elok menyebut pemicunya bukan cuma soal kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok. Tapi daya beli para pelanggannya juga sudah jauh menurun.


Tidak tanggung-tanggung, harga berbagai kebutuhan itu melonjak hingga 40 persen. "Hampir semua barang dagangan, harganya naik. Mulai dari rokok, tepung, beras, minyak goreng, gula, kopi," katanya.


Para tetangga langganannya yang biasanya membeli produk merk tertentu yang harganya lebih mahal, kini sudah banyak yang beralih ke produk yang harganya lebih murah. Mereka yang rutin membeli barang dalam jumlah banyak untuk stok kebutuhan selama periode tertentu, sekarang pilih mengecer karena uangnya terbatas.


Bahkan para pedagang langganannya yang biasa belanja ke tokonya Rp1,5 juta perhari, sekarang hanya mampu membeli barang dagangan maksimal senilai Rp1,1 juta perhari. "Kalau ditanya mengapa membeli lebih sedikit, dia jawab toko-tokonya juga sudah mulai sepi," ujar Elok.


Awalnya dia juga sempat curiga mengapa stok barang dagangannya tak bisa keluar banyak, seperti yang sudah-sudah. Tapi saat dirinya mengecek ke sejumlah pasar tradisional, ternyata hampir semua pedagang juga mengeluh sepi.


Bersama suaminya Trisa Nugraha, dia keliling ke pasar-pasar seperti Pasar Pabean yang merupakan tempatnya memborong kerupuk, hingga ke Pasar Tambah yang merupakan pusatnya para agen beras dan gula. Hasil diskusi dengan para pedagang di dua pasar itu juga sama persis sepeti yang dialaminya.


Mereka juga tidak bisa berkutik karena kondisi masyarakat belakangan memang banyak yang sedang susah. "Posisi kami menjadi dilema. Kalau harganya diturunkan kita rugi, tapi kalau lama barang tidak keluar, uang kami yang berputar menjadi kecil," ujarnya. 


Kenaikan harga barang diakui memang telah memberatkan para pembeli. Tapi dirinya tak mungkin menurunkan harga karena "harga  dari sononya" memang sudah mahal.


Dia kemudian mencontohkan harga minyak goreng curah yang menjadi dagangan andalannya seharga Rp 165 ribu per jerigen isi 17 kilogram. "Produk ini laris manis dan disukai pembeli. Berapapun stok yang kami sediakan selalu habis," ujarnya.


Tapi belakangan, harga produk yang sama itu sudah naik menjadi Rp 172 ribu per jerigen.


 Imbasnya, jumlah pembelian pelanggannya langsung menurun dan stok yang ada semakin lama menumpuk di tokonya. "Mau bagaimana lagi, kita hanya bisa pasrah. Kondisinya lagi begini," ujarnya.


Dari pantauan suarakarya.id, merosotnya omzet pedagang toko kecil atau warung juga terjadi di kota lainnya seperti di Solo,, Bandung dan Depok. Hanya saja penyebab merosotnya omset itu, oleh seorang pedagang hanya direka-reka saja.

http://www.suarakarya.id/detail/61508/Ekonomi-Lagi-Susah-Pedagang-Kecil-Hanya-Bisa-Pasrah

Ekonom: Menurunnya daya beli tergantung kebijakan pemerintah saat ini

Kamis, 08 Maret 2018 / 22:19 WIB 


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis Inflasi inti yang mengalami penurunan. Secara tahunan Inflasi inti Februari tercatat 2,58%, lebih kecil dibandingkan inflasi inti Januari 2018 yang sebesar 2,69.



Peneliti senior Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal menanggapi hal tersebut merupakan cerminan dari perlambatan konsumsi masyarakat, dan hal ini mengindikasikan adanya pelemahan daya beli.

Untuk itu, secara jangka pendek, pemerintah harus menjaga kebijakan jangan sampai kebijakan tersebut berdampak pada penurunan daya beli.

“Di antaranya mempertahankan harga BBM dan listrik tidak naik (meningkatkan subsidi) seperti yang baru dijanjikan,” ucapnya, kepada Kontan.co.id, Kamis (8/3).


Dia menambahkan, yang tidak kalah penting yakni memastikan tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat, khususnya menengah-bawah, dan iklim berusaha yang lebih baik untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).


Faisal memprediksi, hingga akhir tahun menurunnya konsumsi masyarakat akan bergantung pada arah kebijakan pemerintah.


“Kalau pemerintah tahun ini meningkatkan bantuan sosial, subsidi, dan meningkatkan akses pendanaan dan pembinaan untuk UMKM, mestinya inflasi inti bisa meningkat tahun ini. Inflasi keseluruhan saya prediksikan tahun ini masih di kisaran 3,5%, kalau pemerintah benar menjaga janjinya untuk menahan kenaikan administered prices,” jelasnya.


Sementara itu, Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), M Ikhsan mengatakan, konsumsi yang menurun saat ini bukan terjadi pada pemerintahan ini saja, namun sudah sejak dua tahun terakhir.


Menurutnya, penurunan ini pengaruh dari kenyamanan seseorang. “Thats we have to understand very well. Kenapa mereka menunggu terus, kalau di tanya kapan investasi tunggu tahun depan. Jadi jawabannya seperti itu,” ujarnya, saat ditemui di Gedung Bapenas, hari ini.


Ikhsan menambahkan, jika ingin meningkatkan konsumsi rumah tangga ataupun investasi, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan confidence pada privat sector driven. “Bagaimana cara kita memisahkan antara politik dan ekonomi, that’s another challenge,” imbuhnya.


Di sisi lain, pemerintah harus memperhatikan prioritas lain yakni Implementasi. Pasalnya, implementasi merupakan kunci dari pertumbuhan ekonomi. Untuk itu perlu dilakukan implementasi yang berkualitas dan tidak melakukan implementasi yang tergesa-gesa.

https://nasional.kontan.co.id/news/ekonom-menurunnya-daya-beli-tergantung-kebijakan-pemerintah-saat-ini

--------------------------

Lhaa terus buat apa berdemokrasi-ria kalo kehidupan semakin susah dan sulit serta semakin jauh saja dari keadilan ekonomi serta kesejahteraan yang jalan ditempat pada mayoritas rakyat di negeri ini (maksudnya nasib yang 99%)?

0
4.1K
31
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.