Prestasi perolehan medali dan kesigapan para penyelenggara dalam menyajikan acara berkelas dunia patut di banggakan. Namun, jangan sampai ini membuat kita terjebak pada kepuasan yang lupa pada tujuan. Karena bila kita larut dalam kepuasan dan menganggap ini adalah puncak keberhasilan, maka masa selanjutnya ini hanya akan jadi kenangan.

Ini baru awalan. Awalan yang baik bagi penyemangat kita. Bagi generasi baru untuk bertumbuh mendulang keberhasilan. Pemikiran ini mungkin sangat diperlukan untuk kita tanamkan. Agar supaya keberhasilan selanjutnya bisa kita raih di depan.


3 Hal yang mesti dikhawatirkan bisa menurunkan target keberhasilan di masa depan.



Politisasi

Keberhasilan yang diraih adalah keberhasilan bersama. Bukan keberhasilan segelintir orang saja. Bukan karena keberhasilan sekelompok atau segolongan barisan saja. Dan bukan pula ini keberhasilan pemerintah semata. Ini keberhasilan kita bersama.

Pihak yang berseberangan dengan pemerintah tentu mengklaim ini cuma pencitraan semata. Memang betul itu pencitraan, namun yang perlu kita sadari ini adalah pencitraan yang baik, yang meningkatkan citra negeri kita Dimata dunia. Jadi jika digunakan dan dianggap sebagai sarana untuk mencibir, sepertinya para politikus yang melakukannya perlu banyak lagi untuk berpikir.

Pihak politisi yang duduk dalam birokrasi pun tak boleh mengklaim ini keberhasilan mereka saja. Karena prestasi ini merupakan hasil jerih payah semuanya. Jadi kedua belah pihak mesti menahan diri dan jangan sampai prestasi yang ada dinodai dengan kepentingan sepihak saja. Baik dari pemerintahan maupun yang oposisi kritis terhadap pemerintahan.

Semoga prestasi awal yang baik ini, tiada keracunan politik sesaat yang merugikan kita semuanya.


Komersialisasi

Para atlet yang bersinar selama event Asian Games 2018 kali ini, tentu saja akan mendapatkan beragam tawaran komersil. Tak jarang tawaran komersil yang menggiurkan bisa membuat para atlet yang memiliki potensi lebih baik di depan bisa pindah haluan.

Seperti yang sudah sudah, tak sedikit para muda mudi Indonesia, yang baru terlihat prestasinya berubah menjadi pemain sinetron. Jadi bintang iklan, jadi penghibur yang keluar dari jalur titian kariernya. Memang ini tak salah dan bukanlah suatu dosa.

Namun yang sangat di sayangkan, adalah ketika mereka berubah haluan ke dunia hiburan, mereka redup dalam waktu yang tak lama. Karena spesialisasi mereka bukan di sana. Mereka diambil dari dunia olahraga karena namanya sedang bersinar. Dengan bayaran yang menggiurkan mereka pindah haluan. Dan sayangnya, pindahnya mereka ketempat beda haluan seringkali tanpa persiapan.

Kebijakan pemerintah terkini, yang menjamin masa depan para atlet semoga bisa menjadi alat pertimbangan yang baik bagi para atlet olahraga kita yang memiliki prestasi gemilang. Dengan adanya jaminan masa depan dan ketersedian sarana bagi mereka meraih prestasi yang lebih tinggi lagi, semoga tak membuat mereka tergoda dengan komersialisasi sesaat. Walaupun, tentu saja nilai komersial mereka sangat memikat, karena prestasi mereka sedang bersinar terang.


Lupa diri

Yang paling membahayakan adalah lupa diri. Kepuasan yang berlebihan, dari para penyelenggara, ofisial, timnas serta para atlet itu sendiri, merupakan hal yang perlu di waspadai. Merasa puas tak berbatas bisa membuat kita hilang ditelan prestasi dunia yang siap melindas.

Kepuasan yang ada sah dan boleh saja ada. Itu wajar saja. Namanya keberhasilan tentulah membawa atau menghasilkan kepuasan. Namun, bila kepuasan ini disadari sebagai awalan, bukan puncak keberhasilan, ini akan membuat kita dapat mempersiapkan target yang lebih tinggi didepan.

Jadi, keberhasilan ini, kepuasan ini dan prestasi yang sudah diraih, harus kembali disadarkan, ini adalah awalan. Awal dari prestasi yang lebih besar dihadapan kita. Di waktu mendatang setelah ini. Bukan sebaliknya.

Original Posted By arbib►