Drone sempat meledak ketika Presiden Venezuela berpidato disebuah acara militer untuk ulang tahun ke 18 tentara Venezuela. Sang Presiden pun selamat namun hal tersebut membuat 7 tentara terluka, hingga membuat heboh dunia karena drone yang di lekatkan sebuah bom mencoba menteror pidato sang presiden.



Hal ini membuktikan pembunuhan terhadap presiden suatu negara bukanlah omong kosong belaka, terlebih lagi Presiden Maduro di kenal vokal dan banyak pihak yang meradang karena sepak terjangnya. Banyak pihak yang mengatakan ini adalah ulah pihak oposisi, maklum saja kalah dalam pemilihan suara bisa menjadi ancaman tersendiri untuk sang raja, tidak legowo, tidak mau menerima hasil karena lemah dalam berpolitik membuat emosi yang keluar hingga memberikan ancaman kepada presiden terpilih secara konstitusi.

Memang tak ada kelompok yang mengaku tentang serangan tersebut, walau biasanya ISIS sering mengaku membuat teror di negara lain kini diam seribu bahasa. Hingga pihak intelejen negara berkesimpulan ada pihak lain yang tidak suka dengan terpilihnya kembali presiden Maduro, hal ini disebabkan ketika juni 2017 ada sebuah helikopter yang menyerang Mahkamah Agung dan sang pilot yang ditangkap pun menyatakan hal yang cukup mengkhawatirkan, ia meminta rakyat Venezuela bangkit melawan pemerintahan Presiden Maduro.



Maduro memang mirip dengan presiden diktator pada umumnya dimana lawan politik dibungkam hingga tak bersuara, ketika ia berkuasa dari 2013 memang banyak kebijakannya yang bertentangan dengan banyak orang terlebih lagi pihak asing. Karena gayanya inilah pihak oposisi menganggap Maduro harus di musnahkan, namun Maduro bukanlah presiden kacangan masih banyak dari warganya yang mendukung dengan wadahnya Partai Persatuan Sosialis (PSUV) yang selalu rela pasang badan untuk Maduro.

Namun Maduro yakin ini bukanlah pihak opisisi saja yang ingin menjegalnya ada kekuatan yang luar biasa dibaliknya dengan politik adu domba seperti biasanya agar terciptalah perang saudara, Maduro berfikir ada kekuatan imperialis seperti AS atau Kolombia yang ingin menyingkirkannya.



Berkaca dari Venezuela semoga saja hal tersebut tak terjadi di negeri ini, semoga saja walau ada perbedaan tapi tak lantas memecah belah anak bangsa yang memang bersaudara, kalah menang itu hal biasa setidaknya yang kalah di coba lain waktu dan yang menang tetap memberikan penghormatan kepada yang kalah agar tak menjadi pelawak dadakan karena sujud syukur di akhir lomba padahal itu hanya tipuan belaka untuk menyenangi hati sang calon raja, sungguh elite politik di negeri ini memang lucu-lucu mau saja menipu kawan sendiri dengan nama koalisi seakan mereka berkawan padahal hanya untuk satu kepentingan yang ada di depan mata, yaitu kursi dewan dan juga tampuk pimpinan.



Setidaknya tidak ada yang marah-marah hingga meneror pemerintah yang sedang berjalan, bagi saya itu sudah cukup dan legowo adalah hal yang disukai banyak orang. Monggo yang mau coment serupputtt dolo



Referensi tulisan

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-45073780