matthysse67Avatar border
TS
matthysse67
7 Peneliti Ini Tewas Karena Eksperimennya Sendiri, Tragis!
Ketika kita menyebutkan ilmuwan dan peneliti, pasti berhubungan dengan passion mereka terhadap penemuan, bukan sekedar aksi berbekal nekat saja. Meskipun begitu banyak peneliti harus menghadapi kecelakaan, sakit dan bahkan tewas atas nama terobosan ilmiah. Namun jika dipikir lebih lanjut, jika berusaha menemukan misteri penyebab di balik wabah dan reaksi plutonium, memang gak butuh banyak kesalahan untuk menjadikannya kecelakaan berisiko hebat.

Baik karena kenaifan, tindakan sembrono atau sedikit tergelincir, para peneliti ini seluruhnya menemui ajal mereka akibat eksperimen yang mereka adakan sendiri. Ini nih 7 peneliti yang pada akhirnya harus meregang nyawa karena eksperimennya sendiri.



Carl Scheele (1742-1786)



Jenius di bidang kimia farmasi ini menemukan banyak elemen, paling terkenal adalah oksigen (walaupun Joseph Priestley mempublikasikan penemuannya pertama kali dan mendapatkan semua pengakuan), juga molybdenum, tungsten, manganese dan klorin. Tapi itu adalah hari-hari sebelum OSHA dan pengetahuan mengenai seberapa beracunnya beberapa elemen kimia. Scheele punya kebiasaan buruk menggunakan semua inderanya dalam menguji tiap elemen kimia: termasuk menghirup dan mencicip.

Dia berhasil bertahan dari uji cicip hidrogen sianida, tapi efek kumulatif dari merkuri, timah, asam fluoric dan racun berbahaya lainnya menghabisi Scheele. Scheele diketahui tewas dalam keadaan keracunan banyak logam berat di usia 44 tahun.



Elizabeth Fleischman Ascheim (1859-1905)



Dalam rangka mempelajari penemuan X-ray oleh Wilhelm Conrad Röntgen, wanita California Elizabeth Fleischman Ascheim melepas karirnya sebagai akuntan dan melanjutkan ke sekolah sains elektro. Dia adalah pembelajar yang cepat dan dengan segera membeli perlengkapan X-ray untuk membuka salah satu dari laboratorium X-ray pertama di negaranya.

Bersama dengan saudara iparnya yang dokter, ia mulai bereksperimen secara obsesif dengan perlengkapan itu. Sayangnya ia menolak menggunakan pakaian pengaman karena beranggapan akan membuat praktikan gak nyaman. Akhirnya ia meninggal karena keracunan efek radiasi di usia 46 tahun dan diingat sebagai "martirnya radiologi".



Alexander Bogdanov (1873-1928)



Bogdanov yang orang Rusia adalah seorang dokter, ekonom, filsuf, ilmuwan alam, penulis sains-fiksi, penulis puisi, guru, politisi, revolusioner, pionir dari cybernetics and organiztional science dan penemu dari institusi pertama dunia yang berdedikasi sepenuhnya pada transfusi darah. Institusi Soviet untuk tranfusi darah tersebut ia dirikan pada tahun 1926.

Dia adalah pionir di hematologi dan berbuat terlalu jauh sampai melakukan 11 transfusi pada dirinya, yang ia percayai dapat menyembuhkan kebotakan dan meningkatkan penglihatan. Sayangnya transfusi darah terakhirnya mengandung malaria dan TBC yang mengakhiri hidupnya.



Marie Curie (1867-1934)



Penemuan dari radioaktif dari Henri Becquerel pada tahun 1896 menginspirasi penelitian ilmiah yang dilakukan oleh pasangan hebat, Marie dan Pierre Curie. Penelitian cerdas mereka dan analisisnya membawa pada isolasi polonium, diberi nama dari kampung halaman Marie dan radium.

Marie menghabiskan hidupnya untuk melakukan penelitian radiasi dan terapi radiasi yang menyebabkannya ia menderita Leukimia dan harus menemui ajal pada tahun 1934. Di antara semua teman seangkatannya, dia satu-satunya orang yang menerima dua penghargaan Nobel pada dua bidang berbeda: kimia dan fisika.



Haroutune (Harry) K. Daghlian Jr. (1921-1945)



Ahli fisika asal Amerika merupakan bagian dari Proyek Manhattan dalam sebuah fasilitas situs besar yang terpencil di Laboratorium Nasional Los Alamos, New Mexico. Pada 21 Agustus 1945, dalam eksperimen masal penting, ia secara gak sengaja menjatuhkan bata karbit tungsten ke inti bom plutonium. Kecerobohan itu menyebabkan reaksi luar biasa dan Daghlian mencoba melempar bata itu sejauh mungkin. Seakan sukses mencegah reaksi berbahaya, ia berhasil menahan bata tersebut namun dengan tangan. Daghlian memang menghentikan reaksinya, namun ekspos berlebihan pada radiasi menyebabkannya tewas 23 hari kemudian.


Malcolm Casadaban (1949-2009)



Profesor muda di bidang sel biologi dan genetik molekular serta mikrobiologi di University of Chicago, Casadaban, melakukan penelitian laboratorium pada bakterium yang menyebabkan wabah yang akhirnya membunuhnya. Berdasarkan keterangan dari Pusat pencegahan dan pengendalian penyakit pada insiden tersebut, Casadaban mendapatkan keturunan penyakit hemokromatosis yang diperparah dengan wabah di laboratorium itu.


Richard Din (1987-2012)



Din meneliti bakterium yang dikenal dengan nama Neisseria Meningtidis. Ia berusaha menemukan vaksin yang dapat mengatasinya. Lulusan UC Berkeley ini akhirnya mengalami sakit kepala hebat dan harus rawat inap saat ia gak mampu menahannya. Kondisinya semakin parah dan ia tewas 17 jam setelah gejala pertama yang ia terima. Penyebabnya adalah penyakit meningokokus dari bakteri yang ia teliti. Untungnya tim medis yang menangani Din diketahui gak tertular karena telah diberikan perawatan antibiotik yang sesuai.

Itulah 7 dari beberapa peneliti penting sepanjang sejarah yang meninggal akibat penelitian mereka sendiri. Penelitian mereka dilanjutkan oleh beberapa pihak yang belajar dari kesalahan mereka, yang membawa kebermanfaatan luar biasa pada dunia.

Seringkali, untuk sebuah kesimpulan dan solusi pun butuh pengorbanan ya. Bersyukurlah kita yang hidup di masa ini karena telah banyak hal yang dipermudah. Pelajaran satu lagi, jangan sembarangan melakukan percobaan ilmiah yang berisiko ya!



Spoiler for SUMBER:
Diubah oleh matthysse67 02-08-2018 13:00
0
1.2K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.